Chapter 1 • Tabu

11 2 0
                                    

Happy Reading●

"BINTANG!!!! LO APA-APAAN, SIH? BALIKIN HP GUE!!!" teriak Shasya berhasil menarik perhatian semua orang yang ada di ruangan kelas.

"BINTANG! JANGAN BUKA WHATSAPP! ITU PRIVASI." Gadis itu terus mengejar Bintang dengan raut wajah frustasi, ia berlari mengitari meja untuk mengambil HP yang direbut oleh lelaki itu.

Sebenarnya Shasya jengah melihat tingkah laku Bintang, tingkah usil pria itu selalu berhasil membuat dirinya uring-uringan. Contohnya seperti sekarang, Bintang merebut HP dari genggaman Shasya pada saat gadis itu bertukar kabar dengan seseorang.

Syasha sudah memperingati Bintang beberapa kali tetapi nihil pria itu tidak pernah menggubrisnya. Entah apa yang ada di pikiran pria itu sekarang, sehari saja dia tidak membuat onar dengannya sudah pasti hidup Shasya akan damai dan tentram.

"Kenapa, sih, kalian dari tadi ribut mulu?" tanya salah satu teman sekelasnya.

"Gue sumpahin kalian bakal jadi suami istri," timpal teman yang lainnya.

"Gue setuju banget sama, lo. Fir! Biasanya dari benci bisa jadi cinta."

"Inget, Bro! Benci dan cinta bedanya cuma tipis."

Shasya menghentikan gerakannya kemudian ia menatap tajam Fira.

"Sorry, ye! Gue GAK SUDI kalo jadi istri itu cowo, yang ada gue darah tinggi tiap hari lihat tingkah laku dia yang kayak gitu!" Shasya berucap tegas pada teman-temannya.

"Idihh... siapa juga yang mau jadi suami, lo!" Bintang menatap tajam ke arah Shasya.

"Nih, gue balikin HP butut, lo!" ucap pria itu sambil menyodorkannya pada Shasya. Mata gadis itu berbinar ia pun segera mengambil HP tepat di hadapannya saat ini.

"Kenapa gak dari tadi, sih?! Kalo gitu gue gak usah capek-capek lari cuma buat kelilingin meja sialan tadi!"

"Udah mending gue kasih tuh Hp, masih aja gak bersyukur. Dasar cewek!" ucap Bintang lalu mengajak temannya untuk pergi dari sana.

🦋🦋🦋

Saat ini Bintang sedang berada di kantin, suasananya tidak begitu ramai karena sebagian siswa masih ada jam pelajaran. Lebih tepatnya pria itu kembali bolos bersama teman-temannya.

Tatapan Bintang terlihat kosong bahkan ketiga sahabatnya pun menyadari akan hal itu, tangannya yang sibuk mengaduk-aduk es teh tanpa ada niat untuk meminumnya sama sekali.

"Bin!" seru Drevin membuyarkan lamunan Bintang.

Pria itu menaikan sebelah alisnya seolah bertanya ada apa pada sahabatnya.

"Lo ada masalah apa?" tanya Drevin yang langsung diangguki oleh Ikbal.

"Benar apa kata Drevin, lo bisa cerita sama kita. Seenggaknya itu bisa ngurangin kegelisahan yang ada pada diri lo saat ini."

Keanu beranjak lalu duduk di samping Bintang, tangannya terulur untuk mengusap bahu sahabatnya meskipun ia tidak tahu persis masalah apa yang sedang dipikirkannya.

Bintang menatap tajam ke arah Keanu, dia benci situasi seperti ini. Pria itu tidak suka kala sahabatnya menatap dengan tatapan iba seperti saat ini, meskipun jauh di lubuk hatinya yang paling dalam ada rasa senang karena ke tiga sahabatnya merupakan sosok yang sangat peka terhadap perasaannya.

"Gue pergi dulu."

Bintang melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana. Pria itu mengusap wajahnya yang terlihat frustasi, pertahanan yang sudah dibangun olehnya bisa-bisa runtuh jika berlama-lama berada di dekat mereka dan terjebak dalam situasi seperti tadi.

DENIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang