Chapter 2 • Topeng

7 1 0
                                    

•Happy Reading•

Sepulang sekolah, Bintang menghempaskan tubuhnya dengan kasar ke atas ranjang, pria itu menghela napas panjang kemudian memejamkan matanya.

Bintang benci saat dirinya sedang terpuruk seperti sekarang, bayangan orang tuanya saat kecelakaan terus berputar di dalam kepala.

Benar. Bintang merupakan anak yatim piatu, kecelakaan tunggal di masa lalu yang menyebabkan orang tuanya harus pergi meninggalkan untuk selama-lamanya.

Luka yang ditorehkan akibat kecelakaan itu sangat sulit disembuhkan meskipun kejadian itu terbilang cukup lama.

"Mah ... Pah. Bintang rindu kalian,

"Kenapa ini harus terjadi sama Bintang?

"Bintang gak bisa hidup tanpa kalian," ucapnya terdengar lirih.

Air mata yang sedari tadi ia tahan berhasil menerobos keluar membasahi pelupuk matanya. Saat ini pria itu terlihat sangat rapuh, badan nya bergetar hebat ditambah rasa sesak yang terus menghantam di dalam dada. Perlahan, isak tangisnya semakin keras dengan sesenggukan yang menyesakkan.

Wajah ceria yang selama ini ia perlihatkan hanyalah topeng semata untuk menutupi kesedihannya.

Tanpa disadari, ada seseorang yang memperhatikannya sedari tadi di ambang pintu. Gadis itu perlahan berjalan mendekat ke arah Bintang kemudian tangannya terulur untuk mengusap rambut lelaki itu.

Bintang terperanjat kaget saat merasakan usapan lembut di kepalanya, dengan refleks tangannya langsung mengusap kasar air mata yang sedari tadi keluar.

Pria itu mendongak menatap siapa sosok yang yang berani masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu.

"Are you okey?" tanya gadis itu terlihat khawatir.

Shit! kenapa harus dia? Bintang mengumpat dalam hati.

Bintang membenarkan posisi tubuhnya saat ini, ia pun memberikan tatapan tajam sebagai tanda peringatan pada Shasya sebab sudah lancang masuk tanpa meminta ijin terlebih dahulu.

"Lo kenapa bisa masuk ke kamar gue?" tanyanya terdegar ketus.

"Bintang, lo gak apa-apa, kan?" Shasya mencoba mengulangi pertanyaannya tanpa berniat menjawab pertanyaan dari pria di hadapannya.

"Lo gak usah khawatirin gue!" Pria itu tersenyum getir.

"Gue gak selemah yang lo kira, Shasya!" lanjutnya, kemuadian beranjak berjalan mendekati jendela.

"Gue gak menaggap lo lemah sama sekali," jelasnya lembut kemudian mengikuti langkah pria itu dari belakang.
"Lo gak bisa ngebohongin gue. Gue tau, pasti ada sesuatu yang terjadi sama lo."

Gadis itu memberikan tatapan teduh pada Bintang, seolah-olah dirinya siap menjadi pendengar semua keluh kesah yang dirasakan oleh pria itu.

Sial! Bintang seolah terhipnotis dan hanyut dalam tatapan gadis itu. Dia tak kuasa membohongi dirinya sendiri. Benar kata Shasya, kalo dirinya saat ini sedang tidak baik-baik saja.

Badan pria itu bergetar, seketika kakinya menjadi lemas. Bintang mengalihkan pandangannya ke arah lain, sepertinya pertahanan yang selama ini ia bangun akan runtuh sia-sia di hadapan Shasya.

"Bintang, are you okey?" tanya Gadis itu sangat lembut.

Sial! Dada gue sakit, pria itu mengumpat dalam hatinya.

Penglihatan dia hanya terfokuskan pada sahabatnya yang masih setia diam membisu. Entah mendapat keberanian dari mana, tiba saja Shasya merangkul pundak Bintang lalu menyandarkannya tepat di bahu miliknya.

DENIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang