Chapter 3 • Bianglala

2 0 0
                                    

•Happy Reading•

Setelah mencoba semua wahana, saat ini giliran Shasya yang mengajak Bintang untuk naik bianglala. Pada awalnya pria itu menolak dengan alasan capek, tetapi Syasya berhasil membujuk Bintang hingga akhirnya menuruti keinginan nya.

"Lo tau? Sepertinya ini malam yang paling menyenangkan buat gue," celoteh Shasya dengan raut wajah yang sumringah.

"Apa alasannya? Gue kira malam ini sama aja kaya malam-malam sebelumnya." Bintang mengeryit bingung.

Gadis itu menggeleng cepat.

"No, Bintang! Bagi gue ini malam yang paling sepesial. Malam di mana kita bisa menghabiskan waktu bersama dan melupakan sejenak beban pikiran yang terus bergentayangan."

Pria itu terdiam—mencerna perkataan Shasya.

"Lo bener juga, Sya." Bintang menagguk pelan seraya tersenyum simpul. Mengiakan celotehan gadis itu.

Semilir angin menyapu kulit dua insan yang tengah menikmati pemandangan indah dari atas—iya benar, saat ini mereka sedang menaiki bianglala.

Bianglala yang berputar perlahan tapi pasti. Gedung-gedung pencakar langit bisa mereka lihat dengan jelas dari atas sana. Indahnya lampu kota yang menerangi gelapnya keadaan malam.

Sesekali mereka melirik satu sama lain, pandangan mereka tak luput melihat kendaraan yang berlalu lalang padahal hari sudah semakin larut.

Namun, di tengah kebahagiaan yang mereka rasakan selalu saja ada masalah yang berhasil mengusik ketenagan. Bianglala yang mereka naiki berhenti tiba-tiba saat berada di puncak atas.

"Pengumuman! Pengumuman!

"Mohon maaf atas ketidak nyamannan bagi para pengunjung, bianglala yang sedang kalian tumpangi terdapat masalah teknis dan akan segera kami perbaiki!

"Bapak/Ibu, Kakak/Adik, diharapkan untuk tetap tenang dalam kurun waktu satu jam. Terimakasih."

Setelah mendegar pengumuman tersebut, Shasya menghela napas kasar, wajah gadis itu terlihat sangat kesal. Bukannya apa, bayangkan saja ia harus terjebak selama satu jam menunggu perbaikan.

"Bintang!"

"Hmm... kenapa?" jawabnya seraya melirik ke arah Shasya yang berada di sampingnya.

"Lo takut?" bintang melanjutkan pertanyaan-nya, kemudian ia merangkul dan menyandarkan Shasya tepat di bahunya.

Shasya mengerjapkan matanya. Dia syok!

Ia tidak mengeluarkan sepatah kata apapun. Bukan itu yang dirinya maksud! Padahal dia hanya ingin menanyakan, apakah pria itu tidak keberatan terjebak selama satu jam bersama dirinya? Tapi mengapa respon yang diberikan sahabatnya sangatlah berlebihan? Bisa-bisanya Bintang menganggap dirinya sebagai seorang penakut.

Rasanya sangat aneh!

Entah mengapa saat ini hatinya merasa tidak nyaman. Darahnya berdesir merangkak naik di wajahnya. Ia merasa kepanasan di tengah dinginnya angin malam. Jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya,  rasanya Shasya ingin cepat-cepat keluar dari bianglala terkutuk ini.

Shitt!! Gue kenapa?! gumammya dalam hati.

Shasya mencoba menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan nya dengan perlahan.

"Bin!"

Pria itu hanya berdehem sebagai jawaban.

"Ishhh... lo modus, ya?!" tanya Shasya terdengar kesal seraya mendongakkan kepala agar bisa memandang Bintang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DENIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang