Setelah kecupan di malam berbulan, Nagi dan Reo bertemu seperti biasa. Mereka makan bersama, jalan-jalan bersama, dan... tidak tidur bersama tapi Nagi tetap menemani sang tuan muda hingga terlelap sebelum kembali ke bangsal.
Semuanya sama seperti biasa, kecuali pandangan Baya si kepala pelayan. Ia tersenyum ketika melihat tuan muda bercanda bersama Nagi. Namun di sisi lain terusik dengan sesuatu yang ada dalam pikirannya.
Nagi tidak tahu apa. Ia tidak bisa membaca pikiran. Tapi apapun itu, Nagi rasa tidak akan terdengar baik. Karena suatu ketika, selepas telepon berdering, Nagi tidak diberi perintah untuk sarapan bersama Reo di gedung berkubah.
Ia diminta untuk pergi ke mansion utama, mengembalikan cincin lalu berganti baju dengan hoodie hitam lama. Ponselnya dikembalikan. Nagi juga diberikan sebuah buku tabungan beserta kartu debit atas namanya yang telah diisi penuh hingga saldo maksimum.
Sang kepala pelayan menatap lelaki itu dengan ekspresi campur aduk, kemudian berkata, "Kau sudah tiga bulan berada di sini. Silakan nikmati libur panjangmu."
;
Tokyo ramai dan panas, masih sama seperti tiga bulan yang lalu. Lelaki itu berpapasan dengan Isagi ketika hendak masuk ke unit. Tetangganya menyapa ramah. Sedikit heran karena Nagi sudah lama tidak terlihat. Si surai putih hanya menjawab sekenanya lalu bergegas masuk kamar.
Begitu membuka pintu, Nagi disambut pemandangan kaktus yang sebagian mengering. Ia mengambil sedikit air keran dan menyiramnya supaya tidak mati. Lelaki itu kemudian melepas sepatu dan duduk di atas kasur. Hoodie ditanggalkan dan pendingin ruangan dinyalakan.
Dengan gaji sebanyak ini di rekening, Nagi harusnya bisa membeli banyak hal. Namun yang lelaki itu lakukan hanya merebahkan badan di atas kasur sambil memandang langit-langit kamar.
"Sedang apa dia?" gumamnya pelan sambil memikirkan Mikage Reo.
;
Liburan berlangsung lama. Nagi tidak tahu sampai kapan. Yang jelas ia rajin mengecek surel. Mata memandang layar ponsel. Harap-harap akan menemukan pesan dari mansion Mikage.
Tapi dua minggu berlalu tanpa kabar.
Dalam diam ia mengenang semuanya, termasuk permintaan sang tuan muda agar ia tidak pergi. Nagi merasa dirinya tidak boleh libur terlalu lama. Memang ada banyak pelayan di rumah itu, namun intuisinya berkata tidak semua pernah dimohon untuk tidak pergi. Tidak semua selalu diminta menghabiskan waktu dengan tuan muda.
Nagi khawatir. Itu sebuah perasaan yang jarang sekali muncul. Tapi kali ini Nagi benar-benar khawatir. Ia berpikir keras tentang cara untuk menghubungi Mikage Reo, untuk memastikan sosok yang dijaga tetap baik-baik saja.
Sepertinya lelaki itu sudah gila kerja. Di saat libur begini, ia malah memikirkan tugas.
Tapi biarlah. Dibanding menghabiskan waktu dengan kecemasan, lebih baik ia mengirim pesan. Terserah akan sampai atau tidak. Yang penting Nagi sudah berusaha menjaga tuan muda mereka.
;
Tiga bulan berlalu lagi dan memori tentang mansion di pinggir kota terasa seperti mimpi. Kehidupan Nagi sekarang tak ada bedanya dengan kehidupan sebelum itu. Ia masih memilih untuk diam di kamar, bermain gim, dan menghabiskan minuman bertekstur jeli untuk menunda lapar.
Tidak ada perbedaan.
Ia masih belum menyentuh uang di rekening debit. Rasanya masih malas dan aneh—walaupun itu hasil jerih payah menjaga tuan muda perusahaan.
Hidup tanpa menyapa siapapun selain kaktus di sisi jendela terasa normal-normal saja sampai hari ini.
Nagi rasa ia harus menghirup udara di luar apartemen. Pikirannya agak kacau karena surel-surel yang ia kirim tidak mendapat balas.
Lelaki itu bisa saja nekat dan kembali ke mansion tanpa menunggu perintah. Tapi ia tidak tahu apa isi pikiran orang kaya. Mereka bisa saja langsung mengusir atau lebih buruk dari itu. Nagi ingin mengantisipasi semua kemungkinan buruk.
Jadi ia diam saja, memandangi trotoar di depan gedung apartemen tanpa berkata apapun.
Saat sore lelaki itu selalu berjalan menyusuri taman. Lalu mereka berbincang tanpa henti. Nagi masih ingat.
Saat malam tiba, mereka menghabiskan waktu dengan game console. Lalu memandang bulan sampai bosan. Nagi masih ingat.
Saat bulan tinggal separuh di langit, suatu ketika Reo mencium bibirnya. Nagi masih ingat.
Ia mengingat semuanya. Namun waktu yang terus berjalan membuat memori tersebut perlahan-lahan pudar. Mungkin suatu hari nanti akan lenyap.
Nagi sekarang tiba di halte bus, duduk di bangku panjang, dan memandangi lalu lalang kendaraan. Semuanya terasa normal. Terasa biasa. Terasa monoton.
Bila ingatan tentang Mikage Reo lenyap, apa itu akan menjadi sesuatu yang buruk? Nagi tidak tahu.
Tapi ia tidak bisa mengabaikannya. Ia tidak mau semua itu hilang.
Dengan sisa-sisa kenangan, lelaki itu melangkah masuk ke dalam bus yang baru tiba. Nagi membiarkan malam memandu jalan, bulan menemani laju. Sang penjaga tidak mau menunggu perintah.
Ia ingin segera menjaganya lagi.
;
Mansion di pinggiran kota masih tampak sama. Yang berbeda adalah pintu besi tak lagi terbuka otomatis setelah bel ditekan. Ia mencoba mendorong dan mendapati bahwa gerbang itu tidak terkunci.
Nagi tidak menunggu lebih lama untuk menerobos masuk. Kaki melangkah ke dalam bangunan utama dan bergegas menuju kamar Reo.
Sepanjang jalan harusnya para pelayan berjejer untuk berjaga-jaga. Namun sekarang tidak ada siapapun di sana. Kecemasan mengambil alih pikiran, membuat langkah berubah menjadi lari.
Lelaki itu terengah-tengah. Ia tiba di depan sebuah pintu—mengarah pada kamar yang selalu ia kunjungi. Nagi mencoba membukanya, namun ternyata dikunci.
Ia lalu mendobrak.
Persetan dengan lengan yang terasa sakit dan memar. Persetan bila pecahan kayu menusuk badannya. Nagi ingin masuk. Nagi ingin melihat apa yang tersembunyi di balik daun kayu yang terkunci ini.
Dan jantungnya seolah berhenti ketika memandang kamar Reo. Sosoknya masih tertinggal di sana, terkulai di atas lantai tanpa nyawa. Darah menggenang di sekitar tangan, seolah ada luka yang tak kunjung menutup.
Dada Nagi terasa sesak. Lututnya terasa lemas ketika melihat seluruh dinding, seprai ranjang, juga lantai penuh darah. Semuanya berbentuk tulisan dengan kalimat yang sama.
'Aitai.'
Aku ingin bertemu denganmu.
;
The End.
KAMU SEDANG MEMBACA
会いたい (I want to meet you) | nagireo
FanficSemua orang sepertinya tahu betapa kayanya keluarga Mikage dan Nagi Seishiro beruntung bisa bekerja di kediaman mereka. Yang tidak mereka tahu hanyalah keberadaan sebuah rahasia yang ingin menghancurkan dirinya sendiri. Blue Lock © Muneyuki Kaneshir...