9

275 36 2
                                    

Lagi-lagi alarm berbunyi, jelas sekali ini waktunya Tohka untuk muncul, aku ingin melihatnya tapi segera aku mengurungkan niatku, akan berbahaya di sana dan tidak ada jaminan keselamatan ya kecuali kau berlindung disisi Tohka dan Shidou.

"Hei, Shidou, mau kemana kau!?"

"Ada yang ketinggalan, Nii, kau pergi saja duluan!"

Aku melihatnya pergi meninggalkan antrian, ini sudah dua kali dimana yang pertama saat aku dan dia pergi ketempat Kotori.

Shidou juga membuat alasan sederhana untuk menipuku, anak ini tidak bisa berbohong dengan pintar namun melihatnya pergi bersama Reine membuatku lebih tenang.

Namun kenapa saat aku melihat Reine ada perasaan lain di hatiku? aku yakin awalnya aku merasa muak dan jijik dengan gadis ini tapi semakin aku melihatnya kenapa ada perasaan rindu dan sakit di hatiku?

Ada hantu disini, bagaimana bisa aku merindukan wanita yang terlihat sakit sepertinya! Apalagi ada rahasia besar di sekitarnya, jadi bagaimana bisa?

Aku bingung, namun begitulah yang aku rasakan saat melihatnya, seperti hatiku ingin berbicara dengannya 'lagi'.

...

Waktu berlalu begitu saja, Shidou tidak ada tanda akan datang, mungkin mereka berpikir kalau aku tidak mengkhawatirkan mereka hingga aku terlihat tidak peduli padahal aku sangat peduli disini.

"Itsuka-san, apa Reine-Sensei dan Itsuka-kun masih belum kembali?" Tama-chan bertanya kepadaku dengan khawatir.

"Sensei, tenang saja kurasa mereka sudah berlindung hanya saja kita belum melihatnya." aku mencoba menenangkannya.

"Begitu ya, aku harap seperti itu." Tama-chan mencoba menenangkan dirinya dengan cara yang imut, sial wanita dewasa dengan postur loli memang sangat mengemaskan!

"Etto, Itsuka-san, menurutmu bagaimana bila ... bila kau memiliki seorang adik ipar yang lebih tua darimu." tanya Tama-chan dengan malu dan ragu.

Sangat baik! Apa Tama-chan juga sudah jatuh kedalam rayuan bocah ingusan itu? sudah kuduga dari aura protagonis!

"Tamae-sensei, apa yang sedang anda bicarakan?" tanyaku dengan wajah bingung seolah tidak mengerti apa yang sedang ia bicarakan itu.

"Ti-Tidak, aku hanya sekedar bertanya, jadi kau tidak menyetujuinya ya?" kata Tama-chan dengan ekspresi gugup dan terasa kecewa dan sedikit sedih, mungkin.

"Hm, aku tidak tau, jujur saja kedua adikku terasa belum mulai mencari pasangan jadi aku tidak mengerti namun selama mereka menyukai dan pasangan mereka baik, sebagai kakak maka aku hanya bisa merestui mereka." kataku dengan tenang setelah berpose berpikir yang cukup panjang yaitu sekitar 2 detik.

"Tentu saja itu untuk Shidou, kalau Kotori sendiri aku tidak yakin apa aku akan menyetujuinya atau tidak sebelum aku melihat sikap, sifat, dan latar belakang orang itu tapi untuk Shidou aku cukup bebas karena aku merasa Shidou sudah lebih dewasa dan tau batasannya." sambungku dengan tenang dan sedikit tegas saat berbicara tentang Kotori.

jelas lah, Kotori itu adikku dan aku harus melihat dulu latar belakang kekasihnya kelak, meskipun aku sudah tau siapa yang akan ia incar karena sebagai kakak tidak mungkin aku tidak melihat dan mengetahui hal tersebut.

"Begitu ya ... Berarti ada jalan." kata Tama-chan dengan pelan seperti sedang berbisik, aku tidak tau apa yang ia bicarakan namun kurang lebihnya seperti itu.

Ahh, dia benar-benar menjadi terobsesi sama Shidou, kuharap ia tidak akan hancur saat tau kalau Shidou hanya bermain-main dengannya.

Tapi bukankah menarik saat melihatnya seperti itu? ah apa yang kupikirkan, bagaimana bisa aku tertarik dengan penderitaan orang lain.

...

Waktu semakin larut, petugas akhirnya membiarkan kami keluar dan barulah aku melihat Shidou dan Reine di luar sedang menyambut diriku, mungkin.

"Nii!" panggil Shidou dengan semangat dan melambaikan tangannya.

"Oi, sialan, dari mana saja kau? aku menelponmu dari tadi, kenapa kau tidak mengangkatnya?" kataku dengan kesal merangkul kepalanya dan menatapnya dengan marah.

"Maaf Nii, aku tidak memperhatikan ponselku dan sedang di mode silent sebelumnya, maaf!" Shidou terlihat bersalah, ia meminta maaf dengan canggung kepadaku.

Aku melepaskannya dan menepuk pundaknya dengan kuat, "Tidak masalah selama kau sehat, tapi lain kali hubungi aku agar aku tidak cemas, mengerti?"

"Ya." Shidou mengangguk setuju.

Kami kembali pulang, sebelum itu aku melihat sekolah yang hancur separuh, banyak pekerja konstruksi yang dengan sigap membersihkan area, mungkin karena merekalah meski kota hancur terkena spacequake tapi dalam waktu singkat kota terbangun ulang.

Aku menghormati mereka didalam hatiku karena mereka juga salah satu orang yang berjasa yang rela membangun kembali gedung, jalan, dan infaktruktur kota yang hancur kembali seperti semula.

"Akhir-akhir ini jadi semakin banyak spacequake di sekitar kita, ini berbahaya jadi aku ingin kau selalu aktifkan ponselmu, aku juga akan membicarakannya dengan Kotori!" kataku mengingatkan Shidou dan bersikap seperti kakak yang perhatian dan protektif kepada adiknya.

"Ya Nii." Shidou menyetujui itu tanpa banyak berunding, mungkin ia lelah karena mengobrol dengan Tohka dan tentu saja semua kejadian ini sangat melelahkan.

"Ngomong-ngomong Nii, apa kau pernah berkencan dengan seseorang?" tanya Shidou tiba-tiba yang mengejutkanku.

"Berkencan? oya-oya, apa adikku ini sudah puber dan mulai menatap para gadis sebagai wanita?" kataku dengan seringai di wajah.

"Bisakah kau lebih serius, Nii?" kata Shidou dengan wajah merona malu, haha jadi benar!

"Yaa, bila kau bertanya maka aku akan menjawab, iya." kataku ringan, aku melihat langit senja yang indah itu.

terasa beberapa ingatan masa lalu berputar seperti sebuah film di kepalaku ini, rasanya sudah lama juga aku tidak membahas hal seperti ini.

"Hee, jadi begitu ya, lalu apa kau bisa berikan aku tips bagaimana membuat kencan yang baik dengan seorang gadis?" tanya Shidou dengan sungguh-sungguh.

"Tipe gadis seperti apa yang kau incar? ini bukannya aku kepo ya tapi setiap gadis menyukai hal yang berbeda dan kencan untuk mereka juga berbeda, pastinya." kataku ringan, wah rasanya seperti aku sudah menjadi pakar cinta!

oh, tentu saja sebagai kakak yang baik maka aku harus memberinya bimbingan cinta untuknya, meskipun aku merasa dia tidak memerlukannya.

"Seperti itu ya, hm..." Shidou bergumam pelan, ia sepertinya sedang berpikir tentang gadis seperti apa Tohka itu.

"Jauh lebih mudah bila kau berkencan dengan gadis yang polos tanpa tau dunia, ya tipikal ojou-sama gitu, kau bisa mengajaknya ke banyak tempat seperti mall, bioskop, aquarium, taman, game center gitu"

"Oh, aku paling menyarankan untuk ke Game center sebagai pengisi waktu luang kencan ya sebagai tujuan akhir bila hanya untuk senang-senang, namun bila kau ingin tempat romantis bisa berkunjung ke aquarium atau ke restoran terkenal untuk makan."

"Bila ingin lebih jauh maka kau bisa ajak dia ke hotel, untuk kencan pertama mungkin aneh namun bila gadis itu polos dan kau sudah kepengen ya bisa ke sana namun jangan lupa bawa pengaman, jangan ngerusak masa depanmu dengan mengisi pacarmu dengan benih, mengerti?" kataku panjang lebar, aku juga menyipitkan mataku kepadanya di akhir kalimat serasa seperti mengancam atau menegaskannya.

"Ma-Mana ada, tidak mungkin aku melakukan itu, bodoh!" kata Shidou dengan wajah merah malu yang terasa cukup imut.

"Ahahaha, ya,  aku tau itu karena kau ini seorang pengecut!" kataku dengan ketawa mengejek saat melihat Shidou.

My life In Date A Live WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang