"Buat apa Lo buka baju kayak gitu? Ngundang buat diperkosa?"
Sebuah suara tak asing terdengar dari belakang tubuh Jethro yang bersimpuh didepan Halma. Membuat semua orang disana kecuali dia yang tadi berbicara menoleh menatapnya. Sementara Halma mendongak melihat orang yang kini berdiri menatapnya dengan pandangan angkuh.
Mata Halma sontak memicing tajam saat mengenali siapa yang telah menghardiknya. "Ngapain Lo kesini!" Halma bertanya dengan nada yang terdengar penuh permusuhan.
Jaeman menurunkan tangan yang tadi bersidekap dada. Memasukkan kedua tangan kedalam saku celananya. "Ikut Gue." perintah Jaeman terdengar mutlak bagi siapapun yang mendengarnya.
"Kenapa harus?" sahut Letnan tak terima.
Jaeman tersenyum remeh mendengar sahutan Letnan. Terdengar lucu saja di pendengarannya. "I've told you many times, this is none of your business."
Letnan menggeram marah, diikuti Jiro yang sudah menampilkan raut wajah tak bersahabat. "Lo siapa sih? Pengganggu!" sentak Jiro sembari berdiri dihadapan Jaeman.
Jaeman mengangkat satu tangannya, berusaha menahan tubuh Jiro yang perlahan maju berusaha mengintimidasi dirinya. "Wow! Calm down boy." ucapnya setelah mampu mendorong tubuh Jiro kebelakang beberapa langkah.
"Gue cuma perlu Halma. Jadi lebih baik Lo minggir bocah ingusan." hardik Jaeman sembari mendorong tubuh Jiro kesamping agar tak menghalangi jalannya.
Jiro tentu saja marah dihina seperti itu, walau kenyataannya dia memang masih bocah. Tetapi tindakan Jaeman yang mendorongnya sungguh sangat menyulut emosi Jiro.
"Sialan! Lo gak lihat Bang Halma masih luka-luka!?" Jiro berteriak marah. Tangannya dengan cepat meraih pergelangan tangan Jaeman dan dia cengkram kuat.
"Jaeman, paling enggak biarin Halma diobati dulu." lerai Jethro saat melihat tak ada yang ingin mengalah diantara keduanya.
Jaeman menarik kuat tangannya agar terlepas dari cengkraman Jiro. "Gue bisa obatin Halma,"
"Ikut. Gue." lanjutnya menekan setiap kata yang dia ucapkan sembari menatap tajam Halma.
"Sialan!"
"Jiro!" suara Halma menghentikan Jiro yang sudah melayangkan kepalan tangannya kearah Jaeman.
Tangan Jiro perlahan turun. Kepalan tangannya semakin menggenggam erat hingga buku jarinya memutih. Berusaha menahan emosi agar tak kelepasan lagi.
Halma pandang Jaeman sebentar, sebelum menghembuskan nafas lelah melihat drama didepannya. Sungguh tubuhnya sakit tak karuan dan malah disuguhkan perdebatan tak bermutu dari mereka.
Jaeman kembali bersidekap dada. Sungguh dia bukan salah satu orang yang memiliki kesabaran seluas lautan. Sekali lagi saja ada yang berusaha menahannya untuk membawa Halma, Jaeman pastikan tak ada yang selamat dari mereka semua yang menghalangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush My Enemy
RandomJatayu Manggala Saputra atau teman-temannya akrab memanggil Jaeman, kembaran Dilan yang suka merayu dan melontarkan kata-kata gombalan. Salah satu fucekboy dari Universitas nya. Selalu bersaing ketat dengan Halmahera Haikal Chandrian untuk menjadi...