🃇일곱🃇

2.8K 255 32
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Mata Halma menatap dua anak SMA didepannya dengan pandangan sanksi. Masih heran apakah keduanya benar-benar sudah mendapat ijin untuk ikut dengannya.

"Kalian bener udah dapet ijin dari Tante kan?" tanya Halma sembari mengambil helm Fullface miliknya diatas kursi yang tersedia disana.

Jiro dan Cakra mengangguk bersamaan. Tetapi itu tetap tak membuat Halma yakin dengan mereka. Pasalnya, mereka sedang berada di arena. Tempat biasa Halma melakukan pertandingan balapan motor. Alasan apa yang mereka berdua beri pada Tantenya sehingga mengijinkan  untuk ikut Halma ketempat yang tak sepantasnya untuk anak berusia 18 tahun seperti Jiro dan Cakra?

"Hah~" helaan nafas keluar begitu saja dari bibir penuh Halma.

Terserah saja! Halma memilih tak ambil pusing dengan alasan kedua adiknya sehingga mendapat ijin. Jujur ataupun bohong, mereka sudah ada ditempat ini, jadi apa boleh buat selain membiarkan mereka melihat pertandingannya hingga selesai?

Menyuruh mereka untuk pulang pun percuma saja, saat ini sudah pukul 10 malam lebih. Halma tak mungkin tega membiarkan mereka pulang dengan kendaraan umum. Pilihan terakhir adalah membiarkan mereka menunggu pertandingan Halma hingga berakhir dan membiarkan keduanya menginap di apartemennya.

"Halma! Udah siap belum?" suara Jethro dari arah belakang tubuh Halma, membuat yang dipanggil membalik tubuh.

Halma tersenyum, berusaha terlihat baik-baik saja walau nyatanya masih memikirkan Jiro dan Cakra. Tangannya menepuk sebanyak dua kali helm yang dipegangnya sebagai tanda siap.

Jethro menaikkan tangan, menunjukkan jari jempolnya sabagai balasan. "Sirkuit udah siap, di sirkuit 7. Jaeman juga udah ada disana." ucap Jethro sembari berjalan mendekat dan berdiri didepan Halma.

Kepala Halma mengangguk mantap. "Titip dua bocil ini ya selagi Gue tanding. Takut tiba-tiba lari ketengah sirkuit." tawa pelan Halma terdengar setelah ucapannya.

Tawa Jethro juga ikut terdengar mendengar alasan Halma. Dua tepukan pelan Jethro berikan pada kepala Halma sebelum menjawab, "siap. Pasti Gue jagain."

Halma mendadak terdiam setelah menerima perlakuan dari Jethro. Tawa yang tadi sempat terdengar nyaring, hening seketika. Perlakuan sederhana, tetapi mampu membuat jantung Halma bergetar seperti dilanda gempa.

Sekelebat memori indah tentang Ibunya terputar diotak Halma. Tindakan sederhana Ibunya yang sama persis seperti tindakan Jethro, menjadi alasan lain kenapa Halma tiba-tiba terdiam. Sering kali Ibunya memberikan tepukan ringan dikepalanya sebagai tanda penyemangat.

"Semangat Halma! Jangan lupa menang! Lumayan, kan si Jaeman kaya. Kalau diporotin bisa buat beli rumah baru." suara teriakan melengking terdengar dari arah tribun penonton.

Membuat Jethro yang mendengar dengan segera menarik tangannya untuk turun dan menoleh kearah sumber suara. Begitu juga dengan Halma yang ikut menoleh dan melihat eksistensi Letnan yang melambai dengan heboh.

My Crush My Enemy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang