1

529 79 30
                                    

Sakura, Haruno Sakura, lahir dan tumbuh besar dalam lingkungan keluarga yang sangat mencintainya. Ayahnya adalah seorang Gubernur dari daerah yang makmur dan asri hingga seringkali mendapat kunjungan para raja.

Gadis itu anak semata wayang sang Gubernur sehingga sering kali ayahnya bersikap berlebihan saat menjaganya. Terlebih dengan paras cantik Sakura, rambut panjang yang indah berwarna merah muda, serta suara merdu yang acap kali membuat para pemuda menatapnya lebih lama.

Sang Gubernur dan istrinya sepakat untuk melarang Sakura keluar dari kastil mereka yang megah. Semua yang Sakura butuhkan sudah tersedia. Apapun yang ia inginkan, Sang Ayah bisa dengan mudah membawanya ke dalam kastil.

Kecuali satu...

Keinginan Sakura untuk pergi keluar kastil.

Meskipun gadis itu hanya ingin pergi kerumah temannya tak jauh dari kastil, sang ayah mati-matian menolak keinginan itu meski membuat hati ayah dan ibunya hancur karena melihat raut kecewa sang anak.

"Diluar tak aman, nak... Ada banyak monster yang siap menyerangmu. Ayah dan Ibu tak ingin kau terluka."

Sakura menatap kedua orang yang paling ia cintaiku datar. Ia tak percaya, tentu saja, tapi ia tak akan mendebat lagi. Sakura menundukkan kepalanya, memberikan salam sebelum berbalik dan pergi.

"Keinginannya untuk keluar semakin kuat saja."

"Akan ku perketat penjagaan."

Sakura menahan tangis mendengar percakapan ayah dan ibunya sebelum ia menutup pintu.

***

Sakura sedang menyelesaikan rajutannya, sebuah syal indah yang panjangnya mungkin bisa menghangatkan dua orang sekaligus saat ia mendengar sebuah ketukan pelan dikamarnya.

"Nona Sakura, ada Nona Ino didepan."

Mata Sakura berbinar senang, gadis itu lalu berdiri dan berlari ke pintu. "Terimakasih, Menma-san"

"Jangan berlari ditangga, Sakura..."

Sakura tertawa bahagia begitu mendengar suara sahabatnya yang sudah satu bulan ini tak mengunjunginya.

"Bagaimana dengan Suna?" Tanya Sakura langsung begitu ia duduk di hadapan sahabatnya.

"Seharusnya kau menanyakan bagaimana kabarku terlebih dulu sebelum kau menanyakan keadaan kota lain!" Tegas Ino sebal.

"Negara... Suna bukan kota lain, dia tidak masuk kedalam negara kita."

Ino mendelik melihat Sakura yang tertawa semakin kencang. "Kau ini..."

"Kau sudah berdiri dihadapanku. Itu artinya kau selamat dan sehat." Kata Sakura begitu tawanya reda.

"Tapi kulit ku terlihat lebih gelap." Keluh Ino menggosok kedua lengannya yang terbuka.

"Ah, jadi kota itu panas ya?" Tanya Sakura bersemangat. "Eum... maksudku.. Kau pasti menderita karena panasnya yang terik hingga membuat kulitmu kering dan menggelap." Suara Sakura terputus begitu ia mendapatkan delikan Ino. "Tapi kau tetap terlihat cantik!"

"Sungguh? Tapi kau mengatakan kulitku kering dan menggelap." Ino melengkungkan bibirnya sedih.

"Aku hanya menebaknya.. Tapi aku serius saat mengatakan kau tetap terlihat cantik apapun warna kulitmu." Sakura menepuk pundak Ino pelan.

"Ah, Ino ya?"

Sakura dan Ino menoleh dan mendapati ayah dan ibu Sakura yang terlihat lebih rapi dari biasanya.

"Selamat sore.." Sapa Ino menundukkan badannya.

"Selamat sore Ino. Kau sudah pulang dari Suna?" Tanya Ibu Sakura ramah.

SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang