— 01. Annoying Day
Sebuah layar ponsel yang kini tengah menyala menunjukkan room chat milik seseorang. Ada begitu banyak pesan panjang yang dikirimkan oleh pemilik ponsel. Panggil saja Arasya.
Arasya menatap layar ponselnya dengan jemu. Pesan yang ia kirimkan adalah pesan dari seminggu yang lalu sampai hari ini. Padahal yang gadis itu inginkan, pesan panjangnya dibalas oleh sang kekasih. Iya, kekasih. Namun hanya kekecewaan yang gadis itu dapatkan.
"Gak biasanya kamu kayak gini, Angga," lirihnya.
Dipta Anggara atau biasa dipanggil Angga, adalah kekasih Arasya.
Lantas Arasya berdecak sebal. Sudah satu minggu dirinya tidak berkomunikasi dengan kekasihnya itu. Dan rasanya, hubungannya dengan sang kekasih tidak sehangat dulu. Sungguh, Arasya membenci hubungan jarak jauh.
Terkadang distance relationship menyakitkan untuk sebagian orang.
Sekarang Arasya hanya bisa berpegang pada kepercayaan. Ia selalu berpikir positif mengenai hubungannya dengan sang kekasih, dan berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja.
Setelah tenggelam dalam pikirannya sendiri, Arasya memutuskan untuk mematikan ponselnya. Berharap mendapat pesan balasan pun kecil kemungkinannya. Ia memilih menyibukkan dirinya dengan hal lain. Membaca buku contohnya.
Suara orang-orang yang berlalu-lalang di sekitarnya tidak memutus fokusnya membaca lembar kertas yang berjilid itu. Arasya berada di taman saat ini.
"Berjuang sendiri di dalam suatu hubungan, itu sakit." Arasya bergumam. Itu adalah salah satu kalimat yang berhasil menarik perhatiannya. Hanya satu kalimat, namun berhasil membuat gadis itu terdiam.
"Mau sejauh apa pun jarak kita nanti, gak akan ada orang lain yang bisa menggeser posisi kamu di hatiku, Sya." Kini di benaknya juga terlintas kalimat yang diucapkan sang kekasih sebelum akhirnya mereka menjalani hubungan jarak jauh. Itu terjadi tiga tahun yang lalu.
Arasya menggelengkan kepalanya. Membuang semua prasangka buruk yang tengah bersarang di pikirannya. Kemudian ia kembali membaca buku tersebut. Semakin lama Arasya dibuat tenggelam oleh bait-bait yang tertulis di sana.
Namun tanpa Arasya sadari, setetes air hujan telah turun. Lantas menjadi gerimis yang lama-kelamaan bertukar menjadi hujan deras. Gadis itu membelalakkan matanya. Dengan segera ia ia memasukkan semu barang-barangnya ke dalam tas, pergi, dan mencari tempat berteduh.
Terpaksa Arasya harus meneduh di bawah pohon karena belum menemukan tempat yang lebih aman. Arasya celingak-celinguk mencari tempat berteduh. Dan —hap! Matanya menemukan sebuah kedai kopi yang tidak jauh dari tempatnya sekarang.
Gadis itu sudah memantapkan hati untuk menerjang hujan yang sangat deras ini. Karena ia tahu bahwa meneduh di bawah pohon bukanlah pilihan yang tepat. Bertahan di sini, sama dengan keselamatannya dipertaruhkan.
Dengan cepat gadis itu berlari ke arah kedai kopi tersebut. Semanis Janjimu. Tulisan itulah yang Arasya temukan di sebuah papan yang terletak di depan kedai kopi tersebut. Setelahnya, ia mengeluarkan gumaman, "Huh, omongan laki-laki mana lagi yang harus gue percaya?" Lantas ia menggeleng dan memukul kepalanya sendiri.
Masuklah ia ke kedai kopi tersebut. Di ambang pintu, Arasya mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kedai kopi tersebut. Satu kata, ramai. Gadis itu menggerutu dalam hati. Bukan karena tempatnya yang ramai, namun pelanggan-pelanggan di kedai ini mayoritasnya adalah sepasang kekasih. Arasya memang tidak ada hak untuk melarang orang-orang tersebut berkencan di sini, but why is this so annoying?
Arasya memutuskan untuk pergi memesan kopi. Cukup lama karena banyak yang mengantri. Hujan juga semakin deras. Mungkin ia akan pulang sedikit malam hari ini.
"Terima kasih." Sambil diiringi senyum. Akhirnya ia mendapat kopi yang diinginkan.
Gadis itu pergi mencari kursi kosong untuk ia duduki. Dan ia mendapati satu kursi kosong di dekat jendela. Hendak berjalan ke arah kursi tersebut, seorang laki-laki dari arah berlawanan tidak sengaja menabraknya dan membuat kopi yang Arasya pegang terjatuh dan mengotori lantai.
Sontak hal itu mengundang atensi pengunjung yang lain. Arasya menatap kopinya yang terbuang sia-sia. "Wah, BANGS— tahan-tahan," katanya dalam hati, menahan kesal.
Laki-laki tersebut membelalakkan matanya. Menatap horor pada arah segelas kopi yang sudah tidak karuan itu. "Aduh, mampus," gumamnya. Kemudian dengan perlahan, matanya beralih pada Arasya. Dipandanginya dari bawah ke atas.
Kini mata mereka bertemu. Laki-laki tersebut mengeluarkan sebuah cengiran yang berhasil membuat Arasya semakin dongkol.
"Maaf, Mbak, saya gak sengaja," ujar laki-laki tersebut. Sungguh, dirinya merasa sangat tidak enak. Walaupun hal ini adalah ketidaksengajaan. Arasya mengangguk dan tersenyum simpul. Namun tidak dapat menutupi rasa kesal yang menyelimutinya sekarang.
"Saya ganti, ya?"
Sontak Arasya menggelengkan kepalanya ribut. "Gak usah, saya bisa beli lagi," tolaknya.
"Kalau kayak gitu, saya kasih nomor saya ke Mbak. Nanti sewaktu-waktu kalau Mbak mau nagih ganti rugi kopi ini, Mbak bisa hubungin saya. Bentar, ya." Laki-laki tersebut pergi menghampiri salah satu pegawai kedai, meminta secarik kertas dan pulpen untuk menuliskan sesuatu di sana.
Laki-laki tersebut menulis sebuah angka-angka yang tidak lain adalah nomornya. Ia tidak main-main dengan ucapannya. Lantas menyodorkan kertas tersebut pada Arasya. Memohon agar gadis itu menerimanya.
"Tapi—"
"Terima ya, Mbak. Please."
Akhirnya Arasya menerima secarik kertas yang berisi nomor laki-laki tersebut. Membuat laki-laki tersebut menghembuskan napas lega.
"Saya pergi dulu, ya? Ada urusan penting. Maaf gak bisa ganti rugi sekarang, tapi sewaktu-waktu Mbak bisa hubungin saya. Permisi," finalnya. Laki-laki tersebut melenggang pergi dari kedai kopi. Meninggalkan Arasya yang masih mencerna semua ini.
"Cowok unik? Tapi gue suka sama cara dia bertanggung jawab." Kini batinnya berbicara. Mungkin, bisa dibilang saat ini Arasya sedang kagum?
Seperkian detik setelahnya, Arasya menatap secarik kertas itu. Namun, ada sesuatu yang membuat kening Arasya mengerut. Sebuah nama tertulis di sana.
Ken Abikara.
。。。。
Halo, cintanya aku!
Cuma mau ngasih tau kalau story ini akan mengalami perubahan alur dan tokoh. Story ini juga sedang proses revisi.
Dimohon untuk selalu memberikan dukungannya, ya.
Terima kasih!With love,
Illa Wardoyo
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIKARASYA : Are You Ready to Be Mine?
Roman pour Adolescents[REVISI SECARA BERTAHAP] Bagi Arasya Anindita, menjalin hubungan yang tengah berada di fase distance relationship adalah sebuah tantangan sebenarnya dalam hubungannya dengan sang kekasih, Dipta Anggara. Lambat laun, Arasya menyadari perubahan sikap...