Huammmmm... Aku sudah menguap lima kali di kelas ini. Ah sial, kenapa mata kuliah ini harus 2 sks sih?? Sekarang bahkan belum setengah jam sejak kelas dimulai. Ah, seseorang tolong culik dosennya agar aku terlepas dari kebosanan.
"Han, ngelamun mulu," tegur Ella.
"Bodo ah." jawabku cuek kemudian menguap lagi. Ah, lama sekali waktu berlalu.
Ella hanya menggelengkan kepalanya. Dia temanku sejak duduk di bangku SMP, entah karena kita sudah seperti saudara atau apa, kita terus bersama sampai SMA, bahkan kuliah pun satu jurusan dan satu kelas. Aku melihat sekilas apa yang dia kerjakan, ah menggambar. Sama saja, tidak memerhatikan dosen yang berkoar-koar. Pura-pura saja aku sudah tak dapat menahan kantuk lalu kepalaku ku jatuhkan di bahu Ella. Tangannya pun bergerak tak sengaja dan membuat gambarnya tercoret.
"Hana sialan!" teriak Ella tanpa sadar. Bu dosen itu pun melihat kami berdua. Ah, keputusan yang salah sepertinya.
"Kalian berdua sedang apa? Fokus ya!" kata Bu dosen itu kemudian lanjut berkoar-koar.
Untuk sesaat aku senang karena dosen tersebut tidak bertindak sesuatu yang akan menyusahkan kami berdua. Tapi, ah, kenapa kita tidak di keluarkan saja dari kelas ini. Sudah sangat bosan.
"Lo gila han? gambar bagus nih," protes Ella dengan suara lirih.
"Ngantuk banget La, maap yak. nggak sengaja," kataku lalu cekikikan.
Tak lama kemudian pintu kelas digedor seseorang.
"permisi bu, apa saya masih boleh masuk?" tanya seorang cowok. Ah, namanya Willard Alprif. Nama yang aneh dan susah. Dia adalah orang yang mencolok di kelas yang berisi 70 orang ini. Dia cakep, nggak punya pacar. Ya sudah, dia incaran semua cewek se kelas ini. Lebih tepatnya sefakultas. Aku sih biasa aja, Ella juga. Ella sudah punya pacar, makanya tidak tertarik dengan makhluk dari surga yang satu ini, sedangkan aku? hmmm.... aku hanya tak tertarik saja. Nggak salah kan?
Oh iya, sampai lupa dengan makhluk di depan pintu itu. Bu dosen yang satu ini memang tidak pernah memperdulikan mahasiswanya yang terlambat sampai satu jam sekalipun. Especially, mahasiswanya yang bernama Willard Alprif. Seperti yang sudah diduga, dia berhasil masuk ke dalam kelas walau telat hampir satu jam.
"Harusnya nama dia Wizard bukan Willard, dia udah kayak penyihir tau," kataku lirih kepada Ella.
"Whatever," kata Ella kemudian terus menggambar. Sepertinya dia emosi gara-gara tadi. Sial!
******
Mata kuliah yang membosankan itu pun telah berkahir. Setengah jam terakhir ku habiskan dengan tidur ala kebo sawah di tempat simbah ku. Aku menguap lalu mengupil. Rasanya ada yang mengganjal saja di hidungku.
"Han, lo tuh cewek. Gila ya?" tegur Ella.
"Bodo ah, kebutuhan manusia nih,"jawabku.
Itu cowoknya Ella datang. Pasti bakal jadi kambing congek lagi.
"La, cowok lo tuh. Gue cabut ya," kataku lalu berlalu.
Malas rasanya melihat mereka berdua. Mereka mulai pacaran awal semester 2 ini. Kalau ketemu bawaanya serasa dunia milik mereka berdua dan aku udah kayak alien yang numpang tinggal di bumi mereka dan siap-siap untuk didepak keluar dari bumi atau bahkan tata surya. Tapi, pacaran itu kayak gimana ya?
Aku menghentikan langkah sejenak. Tapi sepertinya bukan sesuatu yang harus aku pikirkan. Aku kembali berjalan menuju perpustakaan.
Brukk. Ah kasihan sekali cewek itu. Kursi segede itu pake ditabrak. Bantu ajalah, itung-itung nambah pahala.
"Biar gue bantu," kataku lalu membantu bawa buku kimia organik, kimia sintesis, dan banyak lagi yang aku nggak ngerti. Jurusan kimia sepertinya. Dan beratnya buku super sekali. Setara dengan barbel di rumah 4-5 kg.
"Makasih," katanya lalu membenahi posisi kacamatanya. Walau pun dia pake kacamata, dia nggak keliatan seperti anak culun yang doyan nongkrong di perpus. Dia cukup modis, sepertinya dia nggak kuat ngangkat buku sebanyak ini.
"Nggak apa, nyantai aja. Mau kemana?" tanyaku.
"Perpus."
"Baguslah, kita searah," jawabku.
Ah, paling tidak aku tidak harus sendirian ke perpus.
"Kau tak apa membawa barang itu semua?" tanyanya dengan nada sumatera, tapi aku tak tau sumatera bagian mana.
"Sudah biasa," kataku.
Walau badanku cungkring, aku sabuk coklat karate, dan mendalami boxing. Oh ya, sebenarnya nggak betul-betul cungkring sih, di lenganku ada otot lo.
"Hei Han," sapa si Wizard, eh Willard.
"Hei," sapaku balik sambil berjalan. Anak kimia itu sepertinya terpukau melihat Willard. Ah, dia ketambahan satu fans lagi sepertinya. Entah kenapa saat Willard datang, dunia berubah membosankan. Ah, kenapa perpus serasa jauh.
"Andai tadi aku sabar dikit. Keknya bakal di tolong ni orang," kata cewek kimia itu lirih. Tapi tetap saja aku masih bisa mendengar JELAS SEKALI. Sepertinya Willard juga dengar dan ia tambah keras kepala.
"Berat Han? Biar gue bantu," katanya kemudian menjulurkan kedua lengannya bersiap menerima beban.
Langsung aja 4 buku tebal ku taruh di lengannya. Dia terjatuh tidak kuat mengangkat ke empat buku.
Brukk..
Aku terpaksa menahan ketawa. Sumpah ya nih orang, sok cool doang, tapi nggak kuat.
"Eh, gak apa kan? sakit nggak? maaf ya berat," kata anak kimia itu heboh. Ah, ini mulai memuakkan. Kenapa semua orang harus memperhatikan orang seperti dia. Dia cuman menang cakep, putih, dan tinggi.
"Nggak apa kok," katanya sambil memungut buku yang berserakan.
"Bisa nggak?" tanyaku cuek, males, bt.
Dia berdiri dan keberatan membawa itu sendiri.
Lalu kami melanjutkan perjalan menuju perpus (berasa perpusnya berada di tempat yang sangat jauh). Sayangnya perjalanan kami menjadi lamban, karena yang membawa buku itu adalah Willard.
"Cepat dikit dong,"kataku.
"kamu...,"
"kau duluan lah! tak pantas kau teriak macam itu. Wajarlah kalau dia lamban. Bukunya kan berat kali," kta cewek itu memotong kata Willard.
Sumpah ya nih cewek nantangin banget. Tadi aja ditolong bilang makasih, sekarang malah marah-marah. Ngajakin berantem kayaknya.
"AH, untung lo cewek!" bentakku. Lalu aku berlalu meninggalkan Willard, masa bodo lah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Wanita dan Aku Perkasa
Teen FictionNamaku Hanaria Alcina. Panggil saja Hana. Hobiku angkat beban, karate, dan baru mendalami boxing. Aku sih belum butuh cowok untuk melindungiku. Tapi bila waktunya datang aku jatuh cinta, mungkinkah ada yang menerimaku?