cemas, jantungku hancur berkeping dan cemas. tak kuasa air mata tak mengalir, sudah cukup, tinggalkan saja aku
"IF IT IS YOU"
Pernikahan ini tak berarti bagiku, semata mata tak wajar jika aku mendua sementara istriku tengah mengandung hasil buah kami. Namun rasaku, masih tak waras, jika mengingat kembali aku dan kamu berpisah dahulu. Bukan dia, perempuan yang aku inginkan. Bukan dia pula, yang aku inginkan untuk mengandung, bukan ia pula perempuan yang ingin aku nikahi, jika saja dunia tak mengambilmu dulu, kamulah yang akan bersanding denganku, Mj. hanya kamu, tiada yang lain.
susah aku melupakan kamu, bukan aku tak mampu mencintai nya, Mj. hanya saja, rasanya beda. Ini sungguh tak mudah, bagaimana aku bisa melupakan kamu? Mj, sedang apa kamu di atas sana?
sudikah kamu, memberikanku pelukan lapang jika aku menjemputmu, dan hidup bersamamu di atas sana, Mj?
"sayang, kenapa belum tidur?" Suara wanita itu jelas membuat nafas Karina menyesak, dengan kacamata yang mentereng manis di atas hidungnya yang bangir, memandang atap rumah mereka dengan pikiran berkelana. melepaskan zat benih air mata yang tak terduga jatuh.
"Mj, lagi karina?" tanya wanita itu lagi dengan sedikit senyuman. senyuman lirih.
tangan itu terangkat untuk mengelus perut besarnya sendiri, sudah 4 bulan kandungan itu bertahan di atas air mata yang ia teteskan diam diam, setiap malam. "tidur Gi, kasihan kandungan mu jika terus stay up di tengah malam."
Gi, wanita itu adalah istri dari Karina Malik . Gi, sependek itu ia memanggilnya tanpa nada yang wangi, seperti ia memanggil nama Mj dahulu kala.
"Kamu juga akan sakit, besok kamu kerja dan pastinya akan padat." Ucap Gi dengan perhatian, dengan menyandarkan dirinya di sudut ruang kerja Karina yang terbilang besar dan mewah tersebut.
"besok aku cuti."
"kenapa? tumben?"
Karina segera membalas menatap tatapan Gi dengan tatapan kosong, tak berisi, tak bermakna. Ia melepas kacamatanya dengan keras, menaruhnya di atas nakas. Kembali memandang Gi dengan tatapan yang cercah di tebak, sukar di nilai. "Mau itu Mj atau siapapun yang aku pikirkan, kamu akan selalu membiarkan hal itu terjadi, jadi jangan pernah bertanya kepadaku tentang Mj atau siapapun itu."
Gi menghela nafasnya lirih, hatinya remuk. "Kamu bisa menikahinya di kehidupan selanjutnya, Karina. Aku hanya minta tolong, tolong hargai aku sebagai istrimu dahulu sampai aku mati. Selebihnya, terserah, itu hak kamu."
Sudah bertahun tahun Mj yang ia rindukan pergi meninggalkan dunia, bertahun itulah ia tenggelam di dalam kesedihan yang tak berujung. Namun ia lupa, rasa sakit hatinya kepada Tuhan pun kini terjadi kepada Gi, istri yang tak ia inginkan untuk bersanding dengan dirinya, kini telak memandang menuju dunia yang tak terlihat. Gi, jauh lebih sakit daripada dia. Naasnya, ia tak sadar sudah menyakiti hati perempuan asli Jakarta itu selama bertahun tahun. Bercinta tanpa rasa sayang, kelembutan dan keintiman yang telak.
Gi, terlihat seperti boneka hidup yang bersanding dengan romeo yang kehilangan Julietnya. Begitu ikhlas ia membiarkan sang istri merindukan wanita lain, sementara ia sendiri berpeluh kecil di pucuk matanya. menangis tersedu di tengah malam, berusaha memberikan yang terbaik meski terabaikan. Kisah mereka memang terdengar klise, seperti pasangan rusak pada umumnya.
Namun sakit hatinya, ketabahannya yang tak mampu di sandingkan dengan kisah kasih menyedihkan orang lain.
"mau di buatkan sesuatu, sebelum aku pergi tidur?"