kenapa Barcelona?

129 13 4
                                    

Jalanan setapak ramai kaki lima nan bersemi, nuansa syahdu yang awam ia temui kala itu. Menghitung kembali kenangan yang ia punya, sembari terus menyerukan sebuah nama yang masih sering berputar di dalam benaknya. Ya, Maudy Juwani, nama itu yang masih sering menghantuinya.

Nuansa Barcelona, menyapa resapan air mata yang kini berubah kilat. Ning, selaku tunangannya, yang menemani hari hari beratnya di kala lampau.

"Ce, let's have some meal, ya? I think our baby need some Barcelona's nutrition" Ning melambungkan senyum menggodanya, seraya tangannya lembut menyapa perut buncit Gi.

"Hahaha lucu sekali kamu ini" ujar Gi dengan senyum kecilnya.

"Hm? I am? Lucu kenapa si?" Ning berujar heran atas ocehan kecil yang Gi serukan kepadanya. Tangan lembut Gi semakin mengeratkan genggaman keduanya di sela jalanan di negara Spanyol itu. Sejuknya udara pada kota ottono cataluña tersebut.

Ningtyas semakin bingung, ada apa pikirinya? seraya terus melangkah kaki keduanya menuju rumah makan yang terlihat sederhana, namun penuh sesak oleh turis, seperti mereka. "Craving for something indonesian cruise right now, sayang. bayi kita, mau nasi goreng dengan kerupuk udang di atasnya"

Senyum manisnya merekah, dengan sinaran indah di netra bulatnya, serasa cinta hidupnya benar menerimanya dengan tangan terbuka. "Do i deserve my self to be called a mom of your baby, ce?" Tanyanya antusias.

"Dia juga milikmu, Ningtyas."

Harumnya makanan khas kampung halaman sudah menyapa keduanya dari depan pintu masuk. Sepasang suami istri yang tak ayal merekahkan senyuman manis mereka, ikut menyapa kedua calon pengantin ini.

"Aku senang!" Ujar Ningtyas lagi, Gi tersenyum manis. "Aku tahu, ayo masuk. Kita sudah di sambut pemilik restorannya" benar, kedua sepasang suami istri tersebut terlihat senang dengan kedatangan mereka berdua.

Ningtyas yang terus menggenggam tangan Gi di kanannya, menuntun wanita hamil itu hati hati dan penuh sayang. Dengan penuh perhatian, Ningtyas menarik sebuah kursi kayu di depan mereka, mempersilahkan Gi untuk duduk terlebih dahulu.

Iapun menyusul duduk di hadapannya. Pemandang yang luar biasa, malam di Barcelona ditemani sejuknya hawa juga menariknya hati manik mata sang pujaan.

"hola, que quieres pedir?" Sapa seorang wanita yang terlihat berusia sekitar 45 tahun tersebut menghampiri meja mereka berdua.

"Hola madame" sapa Gi ramah. "Kita orang Indonesia kok, ibu" ucap Gi kepada wanita paruh baya itu.

"Ah senang sekali mendengarnya. Mau pesan apa?" Tanya nya lagi, sembari memberikan senyum manisnya. Ningtyas ikut melihat beberapa menu yang di sajikan di dalam buku menu di depannya, lembut berbeludru maroon. Unik, satu kata yang ada di benaknya.

"saya mau sop buntut dan air mineral saja satu" ucap Ningtyas yang langsung di angguki oleh wanita itu

Giana juga masih ikut memperhatikan menu yang ada, "ada nasi goreng dengan kerupuk udang sebagai topingnya?" Tanya Gi kepada wanita itu

"bisa kami sediakan menu tersebut, ah apakah kamu sedang mengandung?" Ucap wanita pemilik restoran itu sembari melihat kearah perut Gi seakan memberikan beribu harapan baik melalui matanya.

"Ah, iya." Ucap Gi tersipu malu.

"Wah, selamat ya. Saya harap anak kamu bisa tumbuh sehat dan baik. Untuk kamu, saya berikan hidangan special selain apa yang kamu pesan, dan untuk hal itu, kita yang traktir malam ini." Tentu Gi maupun Ningtyas terlihat senang dan antusias, belum pernah mereka di perlukan istimewa oleh pemilik restoran manapun, tapi disini, di Barcelona ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IF IT IS YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang