(1) Prolog

450 24 0
                                    

Nara melonggarkan kancing kerah kemeja biru yang terasa mencekiknya. Menatap pantulan dirinya pada cermin kamar mandi. Setelan jas berwarna biru dongker terlihat pas pada tubuh ramping Nara.

Dia baru saja melarikan diri dari aula yang penuh dengan manusia-manusia kaku dan tidak menyenangkan. Sesak dan bingung. Hanya itu yang ia rasakan sekarang.

Nara menatap bibirnya yang memerah pada pantulan cermin. Teringat kembali kejadian saat Pria Angkuh itu mencium bibirnya didepan halayak umum. Tepat setelah mereka mengikat janji suci di atas altar.

Dipegangnya cincin berwarna silver dengan mata kristal yang berada di jari manisnya.

Ini beneran?

Nara berusaha menetralkan deru nafasnya. Terasa seperti mimpi. Ia baru saja menikah di umurnya yang ke 17. Dan lebih gilanya adalah, dengan seorang PRIA??

"Aaargghh!" Kedua tangannya mengepal di atas wastafel.

"Kalo bukan karna pesan almarhum bunda, gaakan mau gue nikah sama si dia!"

Nara mulai membasuh wajahnya dengan air yang mengalir. Rasanya dia hampir gila.

"Udah selesai marahnya?"

Suara berat pria yang berasal dari belakangnya berhasil membuat dia terkejut dan segera menoleh.

"K-kok. Lo disini??" Melihat Nara kebingungan membuat Pria jangkung itu mendekat.

"Are you miss me?" Bisik pria itu tepat ditelinga Nara yang membuatnya merinding dan dengan spontan mendorong dada bidang pria itu.

"Gausa deket-deket, anjg." Maki Nara.

"Nama gue Gibran, bukan anjing."

"Muka lo kayak anjing."

Nara melengos pergi meninggalkan Gibran di kamar mandi yang menatap datar kepergian Nara.

🌻🌻🌻

Di meja VVIP, terdapat keluarga Tarawan Vihokratana yang sedang asik bercengkrama satu sama lain.

Nara berjalan menghampiri meja tersebut dengan ragu-ragu. Namun ternyata kehadirannya telah diketahui oleh istri Tara, Nessa.

"Nara. Kamu darimana aja? Dari tadi dicariin lho sama Gibran." Nessa menarik tangan menantunya itu agar duduk disampingnya.

"I-iya pa, t-tadi aku udah ketemu kok sama kak Gibran." Nara tersenyum canggung. Rasanya aneh berada di tengah-tengah keluarga ini.

Tarawan dan Nessa adalah pasangan pria dan pria alias gay. Dan yang bikin Nara kebingungan adalah, kok mereka bisa sampe punya 4 anak?

Adopsi kali ya? Pikir Nara yang mulai buntu.

"Gibran dimana?" Tanya Tara di sela-sela makannya.

Nara menggeleng. Dia bener-bener nggak tau. Karna tadi dia jalan lebih dulu meninggalkan Gibran.

"Niki juga gaada, Dad." Perkataan Putra keduanya seketika membuat Tara tersadar.

"Lho, ini anak kemana semua, Hin?" Tara terlihat celingukan, mencari keberadaan kedua putranya yang tiba-tiba saja menghilang.

Disaat Tara terlihat panik, Nessa justru sibuk melahap dessert yang ada dihadapannya. Toh, ngapain panik. Lagian anak-anaknya kan udah pada dewasa. Bukan anak tk yang harus diawasi 24/7 jam.

"Kamu bisa diem ga sih, Tee?" Nessa memasukkan choco dessert ke dalam mulut Tara secara paksa. Membuat Tara sedikit tersedak.

Uhukk!

"Ra? Lo kenapa?" Tanya Pasha yang mendapati wajah Nara murung.

"Eh-ah? Kenapa kak?" Bukannya menjawab, Nara malah balik bertanya.

Pasha meletakkan sendoknya. Menumpahkan seluruh atensinya pada pria manis yang kini berstatuskan adik iparnya.

"Gue tau lo pasti masih kebingungan. But, its okay. Pelan-pelan aja, Ra. Klo ada apa-apa, lo bisa cerita ke gue ataupun yang lain. Daddy, papa, Fatur, Niki. Kita semua keluarga lo, okay?"

Perkataan lembut Pasha membuat Nara sedikit tenang. Setidaknya selama acara berlangsung. Entah apa yang akan terjadi saat di rumah nanti.

Hiiiiiiyy.. lo mikir apaan sih bgst.

🌻🌻🌻


"

Gib?" Langkah kaki Niki mulai memasuki kamar hotel yang dipesan khusus untuk Gibran bersiap. Pintu yang dibiarkan sedikit terbuka itu membuat Niki dengan leluasa masuk tanpa mengetuk.

"Eh, abang di suruh papa ya?" Gibran menebak-nebak siapa yang membuat kakaknya itu sampai repot-repot mencarinya ke atas sini.

Niki menggeleng. Menutup pintu kamar perlahan dan berjalan menghampiri adik bungsunya.

Tatapan sendu Niki membuat Gibran panik.

"Abang nangis? Abang kenapa? Habis dimarahin Daddy?" Gibran meraih tubuh Niki dan mulai memeluknya.

Suara isakan mulai terdengar keluar dari bibir Niki. "Maafin gue Gib.."

Hanya dengan satu kalimat saja, Gibran sudah bisa menebak alur pembicaraan selanjutnya.

Tangan kanannya mengusap lembut punggung Niki. "Gibran gpp, bang. Serius."

Niki menggeleng di tengah tangisnya. "Eng-enggak.. Gib.. Ha-harusnya Gue. Bukan lo." Isakan yang keluar dari bibir Niki membuatnya sedikit sulit berbicara.

"Gpp bang. Semuanya udah terjadi. Abang cuma perlu buktiin ke Daddy, kalo abang itu nggak salah milih 'dia'."

Dia yang dimaksud oleh Gibran tak lain adalah kekasih Niki.

Seharusnya pernikahan ini dilakukan oleh Niki dan Nara. Namun saat acara pertunangan, Niki malah kabur dan acara tidak dapat di tunda.

Tanpa berfikir panjang, Gibran segera menggantikan posisi Niki dan bertunangan dengan Nara. Pria remaja yang masih kekanakan, nakal dan bermulut sedikit kasar.

Banyak yang ia pertaruhkan. Namun tidak sebanding dengan kasih sayang dan rasa cinta yang keluarga angkatnya ini berikan.

Ya, dia adalah anak angkat. Tidak seperti Pasha, Fatur dan Niki yang lahir dari hasil hubungan cinta antara Tara dan Nessa.

"Lo nggak seharusnya gantiin posisi gue, Gib. Lo masih 18 tahun. Nggak seharusnya lo nikah sama dia." Niki menenggelamkan wajahnya pada tengkuk leher Gibran.

"Gue nggak akan biarin siapapun nyakitin keluarga gue ,bang. Abang tau kan, kalo Daddy udah janjiin 'hal ini' ke almarhum ibunya Nara?"

Niki mengangguk.

"Gue nggak akan biarin Daddy ngelanggar janjinya.. Karna cuma itu yang bisa gue lakuin.."

Niki tidak menjawab perkataan Gibran. Kembali ia benamkan wajahnya pada bahu lebar adiknya.

"Sekali lagi gue minta maaf.."

"Its okay.."

🌻🌻🌻


Akhirnyaaahhh...

[BL] 𝚂 𝙼 𝙸 𝙻 𝙴 ||GEMINIFOURTH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang