27

2.1K 146 21
                                    

Bima tertawa terbahak - bahak saat Bram menceritakan hal lucu yang pernah dialami pria itu. Bram bercerita dirinya diisukan gay oleh 99% orang yang ia kenal. "Pusing gue Bim. Di satu sisi gue terlalu malas mempunyai hubungan yang intim banget sama cewek. Ortu gue udah coba kenalin cewek. Serius, gue gak suka sama mereka. Mereka yang mau dideketin ke gue rata - rata cewek high class." keluh Bram sebelum meminum wine.

Bima kembali tertawa. "Gue juga dijodohin sama mama gue. Gue tolak mentah - mentah. Mama gue ngebut nyuruh gue ada istri. Soalnya hanya gue yang bisa ngasih dia mantu. Temen lo si Bayu keok banget, Bram. Gak mau nikah lagi." ujarnya

"Bayu bersalah besar sama Nindy. Gue maklum lah sama dia, Bim. Gue termasuk orang yang kagum akan kesetiaan Bayu. Surga udah di depan mata buat adik lo." ucap Bram seraya mengapit sepuntung rokok yang belum menyala di antara celah bibirnya. Pria itu hendak menyalakan puntung rokok tersebut.

"Iya sih." ucap Bima.

Tak lama kemudian Bima pamit pergi lebih dulu pada Bram. Tentu tanpa pikir panjang Bram menganggukkan kepalanya. "Tar juga anak - anak gue ke sini."

Bima kemudian meninggalkan Bram sendirian di sebuah restoran. Langkah pria itu kini menuju Kenanga. "Mana Ayu?" tanya Bima pada resepsionis.

"Maaf pak, nyonya sedang mengunjungi perkebunan teh bersama pak Langit." ucap si resepsionis. Mendengar hal itu langsung membuat Bima berang.

Tanpa basa basi Bima langsung menuju area perkebunan teh yang dimiliki oleh keluarga Langit. Benar saja seperti ucapan si resepsionis. Ayu tengah berada di sana dan sedang bercengkrama dengan Langit. Sembari menatap perkebunan teh yang nampak menghijau. Tanpa menunggu lebih lama lagi Bima lekas menghampiri Langit dan Ayu. Tanpa pikir panjang pria itu menarik lengan Ayu secara kasar.

"Ngapain kamu di sini sama dia? Kamu itu istriku, Yu! Oh, jadi hampir sebulan kita LDM dan kamu ternyata sering ketemuan sama Langit?!" marah Bima di depan wajah istrinya.

Ayu hanya menatap tajam Bima dan memilih untuk bungkam. Ayu merasa dirinya sudah tak bergairah berbicara dengan pria yang tengah memarahinya itu. "Lang, gue rasa lo gak mungkin gak tahu bahwa gue sama Ayu sudah rujuk sah." ucap Bima sesaat setelah membawa Ayu ke dalam pelukannya.

Langit nampak tersenyum dan kemudian tertawa kecil. "Iya Bim, aku tahu itu. Ayu cuman temanku saja."

Tanpa mempedulikan Langit, Bima lekas mengajak sang istri menuju vila yang ia sewa selama berada di Malino. Ayu memilih untuk mengikuti keinginan suaminya. "Aku rasa hubungan kita adalah hubungan teribet di dunia." ucap Ayu dengan raut wajah sinis ketika ia sudah duduk di sofa depan TV.

Bima tertawa terbahak - bahak mendengar ucapan Ayu. "Biarin. Hubungan kayak begini itu menantang." ucap Bima sebelum menyalakan rokoknya.

Bima dengan cepat mencengkram tangan Ayu ketika istrinya itu akan pergi. "Mau ke mana?" tanya Bima.

"Mau kerja. Ada beberapa urusan yang belum selesai di Kenanga." ucap Ayu dengan tenang walau sejatinya ia sudah sangat malas pada suaminya itu.

"Ok." ucap Bima.

Ketika pria itu sudah melepaskan cengkramannya dan membiarkan Ayu pergi. Ia segera menelepon Gilang. "Lang, kamu kalau gak sibuk sekarang juga ke Kenanga. Jelaskan semuanya pada istri saya mengenai pernikahan."

"Baik tuan." sahut Gilang via telepon.

...............

Ayu yang tengah sibuk memeriksa laporan keuangan Kenanga, dikejutkan dengan kedatangan Gilang yang masuk ke dalam ruangannya tanpa salam atau pun mengentuk pintu terlebih dahulu. "Selamat sore nyonya. Maaf menganggu jam kerja anda. Kedatangan saya ke ruangan anda dalam rangka menjelaskan kejelasan status pernikahan dan hak kepemilikan aset dan harta." jelas Gilang seraya duduk di kursi depan meja kerja Ayu.

Ayu tidak mempermasalahkan kelancangan Gilang yang tidak memberi salam. "Saya tidak mau rujuk sama dia. Saya sekarang sudah mandiri. Saya bukan lagi Ayu yang cuman jadi babu."

Gilang tersenyum dan mengangguk. "Saya senang nyonya bisa bangkit. Saya hanya seorang kuasa hukum dari tuan Bima. Ingin menjelaskan bahwa terhitung sejak Akta Pernikahan dikeluarkan kembali. Maka anda dan tuan Bima resmi kembali menjalin hubungan suami dan istri." ucap Gilang seraya mengeluarkan 2 Akta Pernikahan Bima dan Ayu dan ia letakkan di atas meja kerja Ayu.

"Selanjutnya mengenai aset dan harta." Gilang menjeda ucapannya guna membaca sebuah kertas yang berada di dalam map yang ia bawa. "Mengenai aset dan harta. Nyonya Ayu mendapatkan sebuah rumah di kawasan perumahan Kenanga blok A nomor 18. Rumah tersebut juga nantinya akan menjadi rumah hunian bagi anda dan tuan Bima. Kedua, anda mendapatkan 1 unit mobil Mercedez Benz tipe sedan, 1 unit motor vespa matik dan 1 unit sepeda. Ketiga, anda mendapatkan 2 hektare perkebunan teh di Bandung dan 3 hektare perkebunan sayur dan buah organik di Dieng. Aset - aset ini akan bertambah seiring berjalannya waktu." ucap Gilang.

Ayu tertawa kecil setelah mendengar penuturan Gilang. "Dulu dikasih iPad harga termurah pun syukur alhamdulillah ya, Lang. Sekarang ketika nikahin aku untuk yang kedua kalinya, Bima kasih aku harta sebanyak itu dan apa tadi tanah di Bandung dan Dieng? Buat apa? Itu bisnisnya dia. Biar dia yang kelola. Saya sudah nyaman bersama Kenanga." ucap Ayu dengan raut wajah meremehkan.

Gilang tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Tuan Bima sedang tergila - gila pada anda nyonya. Dia berpesan pada saya. Bahwa semua yang sudah saya sebutkan tadi harus berpindah nama atas nama nyonya."

"Semuanya saya tidak mau! Saya gak ngerti kenapa Bima ngotot menikahi saya lagi. Bahkan sampai menyogok instansi pemerintah. Gilang, saya gak foto dan tanda tangan berkas lho selama kamu buatkan saya akta perkawinan." ucap Ayu dengan tegas.

Gilang tersenyum dan kembali mengangguk. "Tentu nyonya. Kami menggunakan berkas lama. Bermain dengan uang sangat mudah di sana." ucapnya dengan santai.

"Baiklah. Saya sudah mengerti. Sekarang saya harus menyelesaikan pekerjaan saya." ucap Ayu sembari menatap layar laptop di depannya.

Gilang yang sadar diri telah diusir secara halus oleh sang nyonya pun memilih untuk bangun dari duduknya. "Baik nyonya, saya undur diri. Selamat sore." ucapnya sebelum meninggalkan ruangan Ayu di Kenanga.

...............

Bima menunggu sang istri di ruang tengah resort di mana Ayu tinggal selama ini. Pria itu ingin membawa sang istri ke resort tempatnya bermalam selama di Malino. Hampir 2 jam Bima menunggu kepulauan sang istri. Setelah sekian lama Bima menunggu tak lama kemudian Qyu pun datang. Tentu kehadiran Bima membuat Ayu terkejut sekaligus jengkel. "Pantesan gelas isi wine aku jatuh. Nih orang udah di sini rupayanya." cibir Ayu dengan suara cukup pelan.

Bima terlihat sumringah melihat kedatangan Ayu. "Mah, malam ini tidur di resort papa ya?" ucap Bima sembari menghampiri Ayu dan memeluk erat istrinya itu.

"Aku mau tidur di sini, Bim." ucap Ayu dengan raut wajah lelah. Ia tidak membalas pelukan Bima. Namun Ayu melakukan perlawanan kecil dengan berusaha mendorong tubuh suaminya itu.

"Ya udah di sini aja. Papa ikut mama aja." ucap Bima seraya melepaskan pelukannya dan kembali menonton TV.

Sedangkan Ayu memilih menuju kamar untuk segera mandi. Ia sungguh bingung dengan kehidupannya saat ini. Di satu sisi Ia bahagia bisa diangkat anak oleh Lily. Bahkan sampai diajarkan cara berbisnis hingga dijadikan sebagai CEO Kenanga. Namun di sisi lainnya Ia merasa hubungan percintaannya sungguh rumit. Terlebih Bima yang bersikap plin plan dan semaunya saja.

"Indonesia, kapan sih mau jadi negara maju? Sekelas Bima yang berduit saja bisa menyogok Catatan Sipil supaya pernikahannya dengan aku kembali resmi secara negara." ucap Ayu seraya melepas pakaiannya.

"Ya, aku sadar. Dalam ajaran Katolik tidak ada yang namanya perceraian. Aku sadar sampai saat ini pun aku istri sahnya Bima secara agama. Tapi Bima terlalu dalam nyakitin aku dulu. Itu yang buat aku ragu sama Bima dan semua cowok di dunia ini. Tante Lily aja bisa diselingkuhin sama om Hendra."

Ayu mengguyur tubuhnya di bawah kucuran air shower. Ia ingin semua beban pikirannya hari ini bisa terlepas dan membuatnya sedikit merasa lega.

######

Tanggapan kalian sama tokoh Bima kayak gimana?

AYUNDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang