Jihyun selesai mengoles wajahnya dengan make-up tipis. Rambutnya dibiarkan tergerai dan ia jepit di kedua sisi lalu menyingkirkannya ke belakang. Ia menatap dirinya di cermin, lalu menghela napas. Pasalnya di cuaca panas seperti ini, dirinya harus memakai blouse rajut yang menutupi leher karena suatu hal.
Ya, benar sekali. Fungsinya adalah untuk menutupi jejak merah di tengkuknya yang terlihat jelas. Padahal ia sudah senang itu hilang selama beberapa hari namun Taehyung memperjelasnya siang tadi.
"Sayang, kau sudah selesai?" terdengar suara kenopi yang dibuka, dapat dilihat kalau Taehyung berjalan menghampirinya lewat cermin.
"Astaga, kenapa kau berdandan cantik begini sih?" ucapnya sembari membubuhi kecupan-kecupan di rambut istrinya yang wangi.
"Aish, hentikan. Ayo berangkat." erangnya ketika ciuman itu sudah merambat ke wajahnya. Penuh usaha Jihyun berdandan, dan Taehyung dengan santai mencoba merusaknya.
"Sebentar," wajahnya di tangkup oleh satu tangan, lalu pinggangnya ditarik mendekat dan benda lembab membungkam bibirnya dengan lembut.
Jihyun membiarkannya selama beberapa saat, namun dengan sekuat tenaga ia mendorong bahu Taehyung ketika gerakannya menjadi lebih intens.
"Kau bisa merusak riasanku." kesalnya sembari berbalik mengambil tisu di meja lalu mengelapkannya ke sekitar bibir yang berantakan kemudian meng-apply kembali lipstiknya.
"Kau tidak senang dicium olehku?" Jihyun menoleh ketika mendengar suara Taehyung yang berbeda seperti biasanya, mereka saling tatap selama beberapa detik sebelum Taehyung berbalik dan pergi meninggalkannya.
"Ada apa dengannya?" menatap heran kepergian sang suami, lantas Jihyun segera menyelesaikan urusannya dan pergi menyusul ke basemant. Taehyung meninggalnya sampai ke mobil.
Biasanya Taehyung tidak memperbolehkan ia membuka pintu mobil sendiri jika dia sedang bersamanya. Karena pria itu akan membukakannya.
"Kau marah?" tanyanya hati-hati setelah masuk dan memasang sabuk pengaman.
Tidak ada jawaban. Taehyung diam dengan tatapan biasanya yang tajam menatap ke depan.
"Maafkan aku, aku—" ia tercengang dan kaget ketika lengannya ditepis ketika hendak menyentuh Taehyung. Jihyun menatapnya dengan tatapan tidak percaya.
Cukup sakit. Mengingat tenaganya memang kuat. Yang membuatnya mengelus punggung tangannya.
Mendadak saja dirinya menjadi kesal. Padahal ia sudah berbicara lembut dan merasa tidak melakukan kesalahan, tetapi kenapa Taehyung seperti itu sampai-sampai menepis tangannya hingga terasa sakit.
Jadilah mereka berdua hanya diam dengan keheningan di dalam mobil sampai keduanya tiba di rumah mewah Tuan Kim.
Taehyung berjalan duluan, dan Jihyun mendengus. Lihatlah sikapnya, padahal umurnya mendekati kepala tiga.
"Noona!"
Seruan yang sangat dikenal dan sangat dirindukannya tiba-tiba saja terdengar, yang membuat suasana hatinya tadi yang seperti awan mendung, kini berubah seperti habis hujan yang dihiasi pelangi.
"Wooni!"
Senyumnya melebar ketika Ryu Jungwoon masuk ke dalam pelukannya. Kakak beradik itu berpelukan cukup lama sampai akhirnya berjalan kearah meja makan dengan bergandengan tangan.
"Aigoo, sepertinya kalian saling merindukan satu sama lain." suara dalam dari Tuan Kim terdengar. Jihyun tersenyum dan duduk bersebelahan dengan Jungwoon. Sementara Taehyung berada cukup jauh dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wild Sajangnim [KTH]
FanfictionSeharusnya Jihyun tidak merasa beruntung kala restoran tempatnya bekerja akan di datangi konglomerat kaya Korea Selatan kala itu. Karena, yang datang justru adalah kesialannya. Bertemu dengan Kim Taehyung, dipecat, dan diterima bekerja bersama pria...