Halilintar, Taufan, Gempa: 9 tahun
Blaze: 5 tahun
Ais: 4 tahun
Thorn, Solar: 2 tahun..........
Di rumah keluarga Amato, tiada hari tanpa keributan. Pasti selalu saja ada suara-suara yang dihasilkan oleh ketujuh anak-anak Amato.
"MAMA! TOPI PUNYA THORN DIMANA YA MA??"
"BANGUN, AIS!! JANGAN TIDUR DI JALAN!! AKU NGGAK BISA LEWAT!!"
"AYO MAIN!!"
"WOOIIII!!!"
"SOLAR!!! INI KAMU BIKIN APA LAGI, HAH??!!"
"KITA TELAT WEIII!!! CEPAT!!"
"Aduh...."
Itu adalah teriakan yang sering terdengar. Untung saja rumah mereka tidak berdekatan dengan rumah para tetangga. Kalau tidak, mungkin Amato akan menerima komplen dari tetangga mereka setiap hari karena selalu membuat polusi suara.
Tapi hari itu, keributan di dalam rumah Amato cukup berbeda dengan hari biasanya. Hal itu dikarenakan oleh keadaan istri Amato, mama mereka.
Setelah 9 bulan 18 hari, Mama yang sedang hamil merasakan tanda-tanda ia akan mulai melahirkan. Dari tadi anak dalam kandungannya itu terus menendang-nendang perutnya. Demi mengurangi rasa sakit, Mama mencoba untuk mengatur napas.
Thorn dan Solar yang masih berumur hampir 3 tahun berusaha menenangkan ibunda yang terlihat kesakitan. Mereka tidak suka melihat ibu mereka mulai mengeluarkan air mata, itu membuat mata mereka juga ikut berair.
"Mama..., hiks..., Jangan nangis, Mama...," ucap Thorn sambil sesegukan. Thorn kecil tidak kuasa menahan tangis. Wajahnya sudah berantakan dengan ingus dan air mata.
Solar mengusap-usap perut sang ibu. Ia berharap rasa sakit ibunda akan sedikit berkurang. ketika ia merasa sakit, sang ibu akan mengusap-usap tubuhnya yang terasa sakit, dan itu manjur untuk menghilangkan rasa sakitnya. Semoga saja rasa sakit sang ibu langsung hilang dengan usapannya.
Anak tengah, Blaze dan Ais yang berumur 5 dan 4 tahun, mereka terlihat berlari ke sekeliling rumah dengan panik diikuti oleh ayah mereka yang juga panik.
Para sulung, Halilintar, Taufan dan Gempa, anak-anak berumur 9 tahun itu terlihat kalem di tengah situasi di sekitar mereka. Gempa membawa tas bersalin ke dalam mobil, Taufan berusaha menenangkan adik-adiknya yang panik, Halilintar mengejar ayah mereka untuk menyerahkan kunci mobil.
Akhirnya Amato membawa istrinya ke rumah sakit. Mama langsung dibawa ke ruang bersalin.
Di dalam ruang bersalin, rasa sakit yang tadi Mama rasakan mulai menghilang. Ia bahkan sudah bisa berbaring dengan nyaman sambil menunggu dokter.
"Mama beneran nggak papa?" tanya Amato masih khawatir.
"Tidak papa. Rasa sakitnya sudah hilang. Apa mungkin kontraksi palsu, ya?"
"Haduh..., jantungku rasanya sudah pindah ke lutut."
"Dasar. Padahal ini sudah lahiran kelimaku, tapi kamu malah panik. Untung saja ada Hali, Taufan dan Gempa yang cekatan. Nggak kayak kamu!" dengus sang istri.
Amato hanya bisa cengingisan malu dengan omelan istrinya.
Dokter dan beberapa perawat tiba tak lama setelah itu. Bahkan dokter itu terlihat kehabisan napas, habis berlari.
Ibu dokter langsung mengecek perut Mama dan jalur lahir sang bayi sambil berbicara memberikan petunjuk pada Mama.
"Ibu, kepala bayinya sudah mulai terlihat. Sudah bisa mulai ngeden, ya, Bu. Tapi pelan-pelan aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Little Queen (Boboiboy Fanfiction)
FanfictionKeluarga Amato adalah keluarga impian semua orang. Rejeki terus mengalir, dikaruniai banyak anak, dan hidup harmonis. Perkenalkan, [Name], sebagai anak bungsu di keluarga Amato serta pemegang tahta tertinggi karena dia adalah Anak Perempuan Pertama...