Halilintar, Taufan, Gempa: 9 tahun
Blaze: 5 tahun
Ais: 4 tahun
Thorn, Solar: 3 tahun
[Name]: 5 bulan
..
.
Bayi menghabiskan sebagian besar kesehariannya dengan tidur. Mereka hanya bangun saat lapar atau merasa tidak nyaman dengan popok mereka.
Begitu juga dengan [Name]. Dia akan menangis begitu dia bangun dan merasa lapar.
Ada anjuran untuk menyusui bayi 2 jam sekali, bahkan diminta untuk membangunkan sang bayi untuk disusui. Namun, [Name] akan marah jika di bangunkan dan tidak akan mau menyusu. Karena itu, Mara biasanya hanya menunggu [Name] bangun sendiri agar tidak rewel.
Hari itu, Rabu siang. Ais merasa sangat mengantuk dan ingin tidur. Tapi saudara serupa-tapi-bukan-kembar itu sangat berisik. Suara Blaze mengejar ayam di perkarangan rumah tembus hingga ke gendang telinganya.
Biasanya Ais bisa saja tidur walau di sekitarnya berisik. Tapi entah kenapa hari itu matanya bahkan tidak bisa terpejam lama.
"Tumben kamu belum tidur." Gempa baru keluar dari dapur dan melihat Ais sedang guling-guling kesal di ruang tengah.
"Nggak bisa tidur, Kak Gem."
"Kamu tuh kebanyakan tidur. Makanya nggak bisa tidur lagi," celetuk Halilintar yang bergabung dengan mereka.
"Dih, wajar dong karena aku masih kecil. Mama bilang anak kecil itu memang harus banyak tidur."
"Tapi kamu itu udah kelewatan, sampai ngalahin waktu tidur [Name]."
"Nggak ya! Ih Kak Hali ngeselin! Mending aku masuk kamar."
Ais menghentakkan kaki ke kamarnya (dan Blaze). Moodnya sudah turun karena mengantuk tapi tidak bisa tidur, makin hancur karena ejekan kakak sulungnya. Hari ini Ais sangat sensitif.
Ais baru akan menaiki tangga menuju kamar, namun pemandangan di kamar orang tuanya yang terbuka menarik perhatiannya. [Name] terlelap tanpa kesah.
Rasa penasaran membuat Ais memutar haluan menuju kamar orang tuanya.
Manik baby blue Ais memperhatikan perut [Name] yang bergerak naik turun. Bayi itu terlihat tertidur dengan sangan lelap.
Pelan-pelan Ais naik ke tempat tidur agar tidak membangunkan [Name]. Begitu dia mendapatkan posisi yang nyaman, Ais merebahkan posisinya di samping sang adik.
Pada dasarnya, bayi sangat sensitif. [Name] merasa ada yang mengusik tidurnya mulai menggeliat pelan. Ais menyadarinya. Dia menjadi sedikit panik, takut kalau [Name] akan menangis.
Mengikuti instingnya, Ais meletakkan tangannya di salah satu bantal guling kecil mengurung tubuh kecil [Name], bagai barier yang akan melindungi siapapun di dalamnya.
Cara itu sepertinya berhasil. [Name] kembali tenang, bahkan mengeratkan diri ke dekat lengan Ais. Anak itu menghela napas lega.
Ais kembali memperhatikan adiknya. Perlahan-lahan, matanya terasa berat. Suasana kamar yang sejuk dan tenang, posisi yang sudah enak, ditemani oleh sang adik yang tertidur pulas membuat dirinya merasa ngantuk.
Beberapa saat kemudian, dia akhirnya mulai memasuki dunia mimpi.
.
.
.
"Gempa lihat Ais? Dari tadi Ayah cari, nggak nemu juga," tanya Amato.
"Tadi dia bilang mau ke kamar. Nggak bisa tidur di ruang tengah katanya."
"Sudah Ayah cari. Nggak ada juga di sana."
"Coba Blaze cari deh," Blaze menawarkan diri. Turun dari kursi meja makan, Blaze langsung berlari keliling rumah sambil meneriaki nama saudara kembarnya itu.
Suara Blaze hilang timbul bergerak mengecek ruangan ruangan di rumah, termasuk di halaman dan teras.
Kemudian, suasana menjadi hening. Suara Blaze menghilang.
"Hm? Sudah ketemu Ais kah?" gumam Gempa.
Tak lama kemudian, terdengar suara langkah Blaze kembali ke tempat Amato dan Gempa.
"Ayah! Ikut Blaze!" ucap Blaze dengan sedikit pelan, membuat Amato dan Gempa menjadi heran. Tidak biasanya anak hyperaktif itu bisa mengontrol volume suaranya.
Mereka mengikuti Blaze menuju kamar Amato. Tibanya di sana, mereka melihat pemandangan yang bisa membuat hati meleleh.
Ais tertidur memeluk [Name], bagai pelindung yang membuat adik bungsunya hangat.
Pantas saja Blaze memelankan suaranya. Dia tidak ingin membangunkan adik-adiknya itu.
"Ya sudah. Biarkan saja mereka. Kalian jangan berisik, ya," pesan Amato. Blaze dan Gempa mengangguk.
Amato pun keluar kamar diikuti kedua anaknya. Tidak lupa menutup pintu, membiarkan dua malaikat itu menikmati petualangan mereka di dunia mimpi.
S
atu fakta yang Ais temukan hari itu: Tidak ada yang berani membuat keributan jika [Name] sedang tidur, bahkan Blaze sekalipun.
Mungkin tidur di samping [Name] adalah solusi jika dia tidak bisa tidur. A quiet save zone for him.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
—to be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Little Queen (Boboiboy Fanfiction)
FanficKeluarga Amato adalah keluarga impian semua orang. Rejeki terus mengalir, dikaruniai banyak anak, dan hidup harmonis. Perkenalkan, [Name], sebagai anak bungsu di keluarga Amato serta pemegang tahta tertinggi karena dia adalah Anak Perempuan Pertama...