Part 19

9.4K 453 2
                                    

Vote and komen nya juseyo 💚

"Daddy!"

"Daddy ayok bangun!"

"DADDY!!!"

Adelard terperanjat kaget mendengar teriakkan si bungsu yang memanggil dirinya dengan bar-bar.

Pagi-pagi sekali, anak itu sudah bangun dan berlari menghampiri sang ayah. ia mencoba membangunkan Adelard dengan menoel-noel pipi tirus pria itu, namun daddy nya enggan membuka mata. membuat Galvin nekat berteriak tepat di telinga pria itu.

Adelard memegang telinga nya yang berdengung kencang, menatap si kecil dengan wajah bantal nya. "Kau membuatku terkejut boy" ujar Adelard.

"Ada apa hm?"

Galvin mencium pipi Adelard dengan singkat, membuat Adelard terdiam sejenak sebelum akhirnya tersenyum tipis mendapatkan perlakuan manis si kecil di pagi hari.

"Selamat hari ayah, dad!" ucap anak itu tersenyum.

Hati Adelard berdesir mendengar ucapan itu.
seumur-umur dia tidak pernah mendapatkan ucapan itu dari keempat anaknya yang lain selain Galvin, sekarang. ia tak menyangka kalau si bungsu akan mengucapkan hal itu pada diri nya. padahal ia sendiri lupa dengan hari ini atau mungkin dia tidak pernah mengingat nya.

Ini baru pertama kalinya ia mendapatkan ucapan itu.
Adelard terharu mendengar nya. ia jadi teringat, kalau dia juga tak pernah mengucapkan hal itu pada ayah atau kakek Galvin dan keempat abang nya.

Galvin terkejut melihat air mata keluar dari pelupuk mata Adelard. "Daddy kenapa? daddy ko nangis" ujar anak itu.

Adelard membawa putra bungsunya di pangkuan, memeluknya dengan erat. "Daddy menangis karena terharu boy. jujur, daddy baru pertama kali mendapatkan ucapan seperti ini" ucap Adelard jujur.

"APA?!"

Refleks Adelard menutup telinga nya lagi. "DADDY BARU PERTAMA KALI DAPET UCAPAN KAYA GINI?! EMANGNYA BANG KYLER, BANG LIAM SAMA BANG KEN, KAI NGGAK PERNAH NGUCAPIN INI SAMA SEKALI KE DADDY?! KO BISA SI??" ucap Galvin heboh.

"Jangan berteriak boy, nanti tenggorokan mu sakit"

"Hehe maaf dad"

"Dad, jadi bener abang gak pernah ngucapin ini ke daddy?"

Adelard menganggukan kepalanya dengan tangan yang aktif membenarkan rambut Galvin yang sedikit berantakan.

"Tak patut di contoh" ujar Galvin menggelengkan kepalanya.

"Untung aja di sini ada Galvin yang baik hati, jadi ada yang bisa ngucapin hari ayah ke daddy. wah, daddy beruntung ya punya anak kaya Galvin haha" celetuk anak itu bangga.

Adelard tersenyum lembut memperhatikan si kecil yang tertawa. saat tertawa seperti ini Galvin benar-benar mirip Siena apalagi ketika tertidur. benar-benar sangat mirip. ah dia jadi merindukan sosok istrinya yang lembut, baik hati, dan manis. sama seperti Galvin. hanya bedanya anak nya yang satu ini sedikit bar-bar.

Galvin menghentikan tawanya ketika mengingat sesuatu. membuat Adelard mengernyitkan keningnya melihat raut wajah Galvin yang tiba-tiba saja berubah drastis.

"Ada apa boy? kenapa wajah mu seperti itu? apa kau sakit?"

"Enggak dad. cuma..."

"Cuma apa? katakan pada daddy!"

Galvin menunjukkan deretan gigi-giginya yang putih sembari menggaruk pipinya yang tak gatal. "Itu dad, Galvin gak punya hadiah buat daddy. maaf ya dad, Galvin gak bisa beliin hadiah soalnya Galvin gak punya uang buat beli. tapi daddy kan juga udah kaya, jadi kayanya daddy bisa deh beli hadiah nya sendiri pake duit daddy. gapapa kan dad?"

Galvin Malvelino Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang