Bab 1 Pertemuan

19 1 1
                                    

Desta tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Nertanya kembali menyelidik selembar kertas barisi beberapa tulisan dihadapannya. Matanya membulat melihat isi dari surat tersebut.

“Ibu apa ini benar?” Desta memandang ibunya nanar.

Vani, Ibu Desta mengangguk sambil memejamkan matanya. Dirinya takut Desta tidak akan menerima kenyataan yang disembunyikannya selama ini.

“Hasil tes menujukkan aku bukan anak Ibu. Bu mungkin ini ada kesalahan,  sebaiknya kita tes ulang lagi..” ucap Desta berusaha berpikir positif di tengah pergulatannya dengan pikirannya sendiri.

Vani menggeleng “Itu benar..” jawabnya tegas seraya mengusap air matanya yang menetes. Untuk yang kedua kalinya Desta terkejut, detak jantungnya bahkan berhenti untuk sesaat. Luka ditubuhnya belum sembuh diakibatkan kecelakaan beberapa hari yang lalu, dan sekarang dihari ulang tahunnya yang ke 17, ia harus mengetahui kenyataan kalau dirinya bukanlah anak kandung wanita yang dianggapnya Ibu selama ini.

Vani mendekati Desta dan berniat menengkannya, namun Desta menepis tangan wanita berambut coklat tersebut.

“Beri aku waktu untuk berpikir, Bu.”

“Tapi, Desta—” ucap Vani berusaha menghentikan Desta, namun Desta sama sekali tidak mempedulikan panggilan dari wanita yang sangat disayanginya itu.

Dengan perasaan yang tidak menentu, Desta bergegas mengambil motornya dan beranjak pergi, tak ada sepatah katapun yang mampu diucapkannya. Dirinya benar-benar sangat terpukul dengan kenyataan yang baru diketahuinya. Tanpa terasa air matanya menetes hingga membuat pengelihatannya mengabur.

“Tuhan, mengapa aku harus mengahadapi semua ini!”

Dada Desta sangat sesak, sampai membuatnya tidak fokus mengendarai,  tiba-tiba laki-laki paruh baya berteriak sangat kencang dan membuat Desta sadar dari lamunannya.

“awasss!”

Desta tersadar dari lamunannya, ia terkesiap melihat gadis didepannya, dengan cepat ia mengerem motornya hingga membuat motonya mengeluarkan suara sangat nyaring.

Ckiiiittt!

Motorpun berhenti tepat didepan gadis itu. Jantung Desta berdebar cepat, hampir saja dia menabrak seseorang karena kelalaiannya. Desta kemudian turun dari motor dan mengulurkan tangannya pada gadis yang terjatuh akibatnya lalu membantu gadis itu berdiri dengan hati-hati.

“Maaf,” kata Desta merasa bersalah.

“Nggak apa-apa,” jawab gadis itu singkat.

“Lo gak apa-apa?” tanya Desta sambil menatap gadis yang terus menunduk itu.

“Gue baik-baik saja, terima kasih,” jawab gadis itu sekali lagi sambil menatap Desta.

Desta tertegun melihat gadis di hadapannya “Cantik bener ni cewek,” batinnya. Netranya teralihkan melihat memar di kaki gadis itu.

"Ini karena gue?" ucap Desta sambil menunjuk bekas memar dikaki gadis itu. Sang empu terkejut dan menutupi lukanya.

"Nggak,” jawabnya ketus dan berniat pergi, namun Desta menghentikannya. Desta memakaikannya helm miliknya, dan segera mengambil motornya.

“Naik,” ucap Desta tegas sambil menoleh ke arah gadis itu.

Gadis itu tidak setuju dan berniat melepas helm yang dikenakannya "Sudah aku bilang ini bukan salah ka—"

Belum selesai gadis itu menjawab, Desta turun dari motor dan menggendongnya keatas pundak seperti mengangkat karung beras. Dalam sekejap wajah gadis itu memerah seperti kepiting rebus “Tu-tunggu turunin gue!” ucap gadis itu sambil terus memberontak, tapi Desta tidak bergeming dan mendudukkan gadis itu ke atas motornya.

Bad Boy x Cewek IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang