Tambah sore bukannya tambah sejuk tapi suhunya malah tambah panas. Terutama apa yang dirasakan Algis sangat ini sungguh membuatnya panas. Tadi siang Zayyan sudah mau berbicara dengannya itu membuat hatinya sedikit tenang, tapi juga merasa jengkel karena Zayyan bicara untuk membela Guru brengs*k itu. Sungguh Algis ingin menguliti guru itu dengan pisau buah.
Karena tak tahan di diamkan, Algis akhirnya menyeret Zayyan saat pulang sekolah menuju ke belakang sekolah. Tentunya dengan Zayyan yang meronta sia-sia.
"Aku bilang lepas!! " Teriak Zayyan sambil menghempaskan tangannya dan itu berhasil membuat tangannya terlepas. Namun bekas merah di pergelangan tangannya menunjukkan bahwa Algis menggenggam tangannya begitu erat.
Algis yang melihat bekas merah itu merasa bersalah. Ia kembali menggenggam lembut tangan Zayyan lalu mengecupnya pelan tepat di bekas merahnya. Zayyan yang ingin kembali memberontak pun terdiam ketika merasakan bibir hangat menempel ke pergelangan tangannya.
Plakk
"Apa yang kau lakukan? " Tanya Zayyan marah.
"Mencium tangan mu? " Ucap Algis terlampau jujur membuat Zayyan makin naik pitam.
"Kau–"
"Kalian belum pulang? " Perkataan Zayyan terpotong oleh pertanyaan dari seseorang yang sangat tidak di sukai Agis, untuk saat ini.
"Ah, pak Le–"
"Bukan urusan mu" Perkataan Zayyan kembali di potong tapi sekarang oleh Algis. Zayyan yang mendengar ucapan Algis pun melotot lalu menyenggol lengannya. Sedangkan Pak Leo hanya tersenyum melihat kelakuan dua sejoli didepannya.
"Baiklah kalau begitu. Saya pulang dulu, ya? Hati-hati saat kalian mau pulang" Kata pak Leo ramah dan berlalu meninggalkan mereka berdua.
Wajah Algis semakin menekuk mendengarnya. Ia kembali menyeret Zayyan namun dengan arah berbeda, yaitu ke arah parkiran.
Zayyan hanya menurut saja tidak ingin banyak berdebat. Awalnya ia berencana untuk pulang cepat mumpung hari ini ia libur kerja, tapi kok malah menjadi karung yang di seret-seret oleh Algis.
Algis menyuruh Zayyan untuk naik ke motor ninjanya setelah ia naik terlebih dahulu.
"Aku membawa sepeda" Ucap Zayyan menolak.
"Aku akan menyuruh seseorang untuk membawa sepedanya ke rumahmu" Zayyan hanya menghela nafas lelah dan langsung naik dengan dibantu oleh Algis tentunya. Sungguh ia sangat tersiksa dengan tubuhnya yang pendek dan kecil ini.
Algis membawa Zayyan untuk menepi sejenak di rumah makan langganan nya. Tak terlalu mewah dan mahal tapi terjamin rasa dan kebersihannya.
"Ingin apa" Tanya Algis menyerahkan buku menu ke arah Zayyan.
"Emm Nasi goreng biasa aja sama es jeruk" Ucapnya lalu memberikan buku menunya kembali ke Algis. Tapi Algis langsung menyerahkannya ke waiter yang mencatat pesanan mereka.
"Sama kan saja, tambah 1 dimsum isi keju" Ucapnya.
Waiter tersebut mengulang pesanan mereka lalu meninggalkan mereka berdua dengan keadaan canggung. Lebih tepatnya hanya Zayyan yang canggung. Sedangkan Algis hanya bersikap santai. Tapi tangannya itu lohh! Tangannya!!!
Algis mengusap lembut tangan yang berada di genggamannya. Sedari tadi ia menolak untuk melepaskan tangan mungil itu. Tak peduli pandangan orang lain yang menatap mereka aneh.
"Permisi ini pesanan nya" Ucap waiter itu lembut sambil tersenyum ke arah pemuda kecil yang manis di depannya.
Algis yang melihat hal itu pun menatapnya tajam dan datar. Ingatkan Algis untuk memecat pegawai kurang ajarnya ini. Memecat? Ya, tempat ini adalah milik Algis Videlio. Rumah makan yang ia kembangkan sendiri dengan usaha dan jerih payahnya sendiri.
Bagaimana ia mendapat modal untuk usaha ini? Ngepet lah hahahaha, canda ngepet. Yang pasti ia tidak menggunakan cara kekerasan. Ia hanya bernegosiasi (mengancam) pemilik tempat ini untuk menyerahkannya tapi tentunya dengan uang yang telah ia siapkan. Ia bukan orang sekejam itu yang merampas milik orang lain.
"Aku tak bisa makan jika kau terus memegang tangan ku" Ucap Zayyan membuyarkan lamunan Algis.
Algis melepasnya tak rela. Mereka menikmati makanan dengan tenang dan damai. Sesekali Zayyan mencuri pandang ke pria di depannya ini.
Lumayan lah buat cuci mata. Eh? Sejak kapan ia cuci mata dengan melihat pria tampan? Ah sudah lah, lupakan.
Algis mendorong piring yang terdapat 5 buah dimsum isi keju ke orang di depannya. Zayyan menunjuk dirinya sendiri untuk memberi isyarat 'untukku?'. Dan algis hanya mengangguk sebagai jawaban. Oh ya dengan senang hati akan Zayyan habiskan.
Ia ingin meminta bill untuk membayar makanannya tapi sudah dihentikan Algis terlebih dahulu.
"Tak perlu" Dan benar saja mereka melewati kasir dan bukannya marah namun mereka malah menundukkan badannya.
"Apa sudah kau bayar terlebih dahulu? Berapa? Akan ku ganti" Ucap Zayyan mengeluarkan dompet kecilnya yang berbentuk kepala beruang.
"Akan ku antar pulang sekarang" Ucap Algis sambil menepuk pelan kepala Zayyan, tak menghiraukan pertanyaannya.
"Hei! Setidaknya jawab dulu pertanyaan ku!" Ucap Zayyan sambil menahan tangan Algis yang hendak naik ke motornya.
"Ini resto ku, tak perlu membayar" Ucapnya singkat tapi matanya melihat dengan teliti gerak gerik Zayyan.
"Oh. Tapi tetap saja aku harus membayarnya" Ucap Zayyan bersikukuh. Bukannya ia tak mau makanan gratis, tapi ia takut akan ditagih nantinya. Siapa tau bukan jika Algis akan bersikap seperti itu atau tidak? Jadi ia tak mau bergantung padanya.
"Bagaimana dengan bibirmu saja?" Tak sempat Zayyan menjawab, bibir Algis sudah sepenuhnya menempel ke bibirnya.
Ia berusaha memberontak tapi tangan kanan Algis menekan tengkuknya dan memperdalam ciumannya. Tangan kirinya berada di punggung mungil Zayyan merapatkan jarak mereka. Lidah Algis setia membasahi bibir Zayyan yang terkatup sangat erat. Ia memang tak ingin bertingkah lebih jauh apa lagi mengingat mereka masih berada di area umum. Nanti saja jika sudah berada di kamar dan di saat yang pas maka ia akan langsung mencetak golnya.
Setelah Algis melepas pangutannya, ia langsung menahan tangan Zayyan yang ingin menampar nya dan mengecup tangan itu dengan lembut.
"Kau?! Apa yang kau lakukan?!! " Teriak Zayyan marah. Ia sudah tak peduli bahkan jika ini masih di luar. Wajahnya sudah memerah dengan nafas yang naik turun menahan emosi.
"Kenapa kau memperlakukan ku seperti ini?!! Aku diam dengan sikap mu! Tapi bukan berati aku mau menjadi budak nafsumu!! Sial*n!!!" Teriak nya lagi. Matanya sudah berair padahal ia hanya berteriak. Sungguh ia membenci tubuh lemahnya ini.
Sontak Algis memeluk pemuda yang tingginya tak lebih dari bahunya itu. Terdengan isakan tangis yang tertahan. Dan bajunya yang mulai terasa basah di bagian dada yang menandakan bahwa orang yang ia peluk sedang menangis.
"Ssttt, maaf. Maafkan aku okay?" Ucapnya pelan sambil mengecup kepala Zayyan.
Setelah beberapa menit mereka seperti itu, terdengar dengkuran halus Zayyan yang sudah terlelap dengan posisi masih berdiri. Membuat Algis harus menahan tawanya agar tidak membangunkan si mungilnya (?!)
Tapi untung lah saat ia memboncengnya, tangan Zayyan dengan erat mengalung ke perutnya. Ia mengendarai motornya dengan pelan. Sesekali memegangi tubuh Zayyan, takut bila ia oleng.
Bersambung~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Uke Mah BEBASS
FantasySetelah mengalami kematian yang diakibatkan oleh temannya. Membuat Zayyan terlempar ke dalam novel 'My Love' yang bergenre drama-romansa sebagai tokoh yang nantinya akan ikut mati mengenaskan bersama sang antagonis. Zayyan berniat untuk mengubah nas...