Kuncup Pertama

5 0 0
                                    

Satu bulan kemudian.

Pagi yang cerah menerangi kamar Almira. Tak seperti biasanya, gadis itu sudah siap sedia mengawali pagi dengan olahraga. Bahkan dirinya sudah bangun dan membereskan pekerjaan rumah.

"Tumben sekali." Mama berdecak heran.

Almira hanya tersenyum bangga.

Tanpa pamit, ia segera berlari mengitari komplek perumahan yang damai dan asri. Mentari cerah menemani langkahnya menikmati hari-hari penuh dengan kesendirian. Uprade yourself after your biggest broke, kalimat tersebut sangat cocok bersemayam bagi diri Almira setelah dirinya mengalami patah hati terbesarnya. Memasuki umur kepala dua memang tidaklah mudah. Dipaksa dewasa ketika diri kita masih terjebak dalam dunia dongeng sangat menyebalkan. Banyak yang berubah dalam diri Almira sekarang. Kuliah yang terhenti karena faktor internal, mantan pacar yang menyebalkan, serta teman-teman yang kian mengerucut, bahkan bisa dibilang hanya menyisakan dirinya sendiri.

Almira tidak pernah meminta semua berakhir seperti ini. Namun, takdir yang kuasa tidak dapat ditolak. Ini jalan yang harus ia lewati walau dirinya kerap bergelut mempertanyakan. Siapa yang tidak iri ketika melihat pencapaian teman sebaya kita serta teman seperjuangan yang dimana berjuang bersama namun melangkah mendahului. Almira juga berkeinginan menamatkan kuliahnya sesegera mungkin, tapi tetap saja biaya yang harus dikerahkan tidak sedikit. Belum lagi, Mama dan Papa harus membiayai adik-adik. Menjadi sulung dan anak perempuan satu-satunya tidak mudah bagi Almira. Banyak beban dan tanggung jawab yang harus ia tanggung namun ia selalu berusaha terlihat bahagia setiap harinya.

Namun terkadang, being fake is painful.

Almira kerap menangis sendirian. Disisi lain ia ingin mewujudkan impian serta keinginan orang tuanya. Disisi lain pula, ia tidak ingin terus-menerus membebani mereka dengan kondisi mereka seperti saat ini. Jika harus jujur, keluar bersama teman-teman adalah satu pelarian terbaiknya untuk melupakan yang terjadi.

"Selamat pagi, Neng" sapa Bang Agus penjual sayur.

"Eh, pagi Bang Agus. Tumben jam delapan udah pada abis. Alhamdulillah," jawab Almira.

"Iya nih neng, Alhamdulillah. Tapi tenang, ikan buat si Koko udah Abang siapin dan pisahin."

Koko adalah kucing jantan hiperaktif milik Almira. Bang Agus merupakan tukang sayur langganan kompleks. Usianya sekitaran tiga puluhan. Pembawaannya yang sedikit ceria dan kemayu membuat dirinya menjadi langganan favorit ibu-ibu disana karena tak sekedar menjual sayur, Bang Agus kerap menggosip dan menyebar berita hangat yang terjadi disekitar komplek. Itu sebab lain dijadikannya Bang Agus sebagai tukang sayur favorit.

"Oalah, makasih Bang Agus." Almira segera memberikan uangnya dan kembali menikmati indahnya suasana pagi.

Tak lama dari itu panggilan telepon dari Nala mengalihkan perhatiannya. Tumben sekali sahabatnya itu menelepon pagi.

"Halo?"

"MIIIIIIII!!! OMO OMO OMO! INI HOTNEWS BANGET SIHH FIX PARAH!" teriak Nala dengan suara nyaring ciri khas nya itu langsung membuat telinga Almira sedikit sakit.

"Apa? soal Kak Ardhan?" tebak Almira.

"NOOOO! ITS ALL ABOUT—"

"Luna?" potong Almira.

"Ihh bukaan! Ini bukan soal gue, Ardhan ataupun si cewek koma! Ini soal lo!" jawab Nala.

"Hah? G-Gue?" Almira heran.

"Temuin gue di tempat biasa sore ini. we have to talk seriously and privately. BYE!" tutup Nala diseberang telepon dan langsung mematikannya.

Aneh.

Apa yang sebenarnya terjadi. tak biasanya Nala seperti ini, dan sepanik apapun dia akan pasti langsung menceritakannya lewat telepon. Mengingat ini menyangkut soal dirinya, Almira yakin there something happen.

"WHAT?!" teriak Almira.

Tak biasanya ekspresi yang dikeluarkan sepanik ini.

"I tell you know, and you know it." Tutur Nala.

"Dia bilang sendiri?" tanya Almira memastikan.

"Iyap! Dan dia maksa gue buat deketin dia sama lo!"

"Terus?"

"Masalahnya gue takut kalo nanti gue kebawa masalah sama Esther lagi" rengek Nala.

Diluar dugaan. Baru saja satu bulan menyandang status single Almira sudah dikejutkan dengan berita bahwa Bimo, mantan kekasih sahabat Nala, Esther ingin mendekatinya. Bagaimana tidak terkejut, pasalnya pasangan tersebut merupakan pasangan terkenal se ibu kota. Esther, anak donatur utama SMA Nusa Bangsa dan Bimo, Pewaris perusahaan property. Bagi sebagian orang dan media, mereka merupakan pasangan tak terpisahkan. Namun, di usia hubungan mereka ke tujuh, mereka memutuskan berpisah secara tiba-tiba. Yang mengetahui duduk masalahnya hanya orang-orang terdekat, termasuk Nala yang merupakan anggota geng The Queen yang sekarang sudah bubar. Almira sendiri sadar satu hal. Dirinya baru saja melepas seseorang dalam hidupnya, jika ia memilih membuka lebar kesempatan Bimo masuk kedalam hidupnya, ia sadar betul jika itu akan membuat dirinya terjerumus pada lubang kegelapan. Konsekuensi dekat dengan Bimo adalah ia akan menjadi topik media serta gossip yang akan merembet dari satu mulut ke mulut lain.

"Gak mau!" tegas Almira.

"Gue tahu mi. lo pasti nolak dan gue juga nggak mau suatu saat gue bakal terlibat drama Esther dan Bimo. Lo tahu sendiri kan Esther orangnya kayak apa?" tutur Nala.

"Tapi kalo cowok itu maksa buat deket sama gue as a friend gue oke-oke aja. Tapi untuk lebih, its big No!" lanjut Almira.

Kadang sesuatu yang kitak tolak kehadirannya justru menjadi titik tarik sesuatu tersebut datang. Dan Almira tidak akan menyangka hal yang ia hindari datang dikemudian hari. Semesta selalu punya cara mengatur nasib manusia. Dan kisah Almira tidak pernah terduga jalannya.

Mi Amor!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang