"Dion Antonio," ujar lelaki bertubuh tinggi kurus kepada Almira yang tengah sibuk memotret ruangan museum. "Jarang sekali saya lihat perempuan seumuran saya tertarik dengan hal berbau sejarah!" lanjut lelaki itu.
Almira kikuk. Dijabatnya lengan lelaki itu seraya menyebutkan namanya. "Almira."
"Alumni Nusa Bangsa? Teman dekatnya Arunala?" tebak lelaki itu.
Aneh. Baru kali ini Almira merasa tidak nyaman dekat laki-laki so asik yang terlihat so tahu juga. Ditatapnya kedua mata lelaki itu. Ah benar ternyata. Dia baru ingat jika lelaki ini adalah salah satu alumni Harapan Bangsa, sekolah yang menjadi rival SMA Nusa Bangsa dalam bidang akademik. Salah satu anggota siswa aktif dalam bidang fotografi. Arunala, sahabatnya pernah membicarakan orang ini. Jika tidak salah orang ini adalah mantan Fania, teman dekat Arunala.
"Bagi saya sejarah itu perlu diingat. Banyak hal yang bisa digali menjadi pengetahuan. Salam kenal, dan saya baru ingat kalau anda adalah mantan dari teman sekolah saya!" Almira berkata tegas dengan akhiran meledek.
Dion terkekeh. "Kalimat Anda dan saya terlalu kaku ya, ternyata. Mau gue ajak keliling museum?" ajaknya.
Almira mengangguk setuju. "Boleh"Ω
Empat tahun lalu, semua masih terasa nyata. Kenangan ternyata lebih menyeramkan daripada memprediksi masa depan. Sebab kenangan menyimpan luka.
Almira membulati kalender miliknya. Bolpoin warna ungu itu melingkar cantik ditanggal lima belas.
Why?.
Kini kalimat itu seringkali muncul dikepalanya. Seolah pertanyaan mengapa dan kenapa hubungannya harus berakhir menjadi mimpi buruk. Tapi disatu sisi melepaskan sosok Dion adalah jalan terbaik. Semakin berjalannya waktu, tanpa disadari hubungan keduanya tak menemukan kejelasan akan dibawa kemana. Almira dan Dion bagaikan dua sumbu berbeda. Luka-luka masalalu serta perubahan diri Dion membuat hubungan keduanya lebih baik diakhiri.
Pertemuan di museum yang awalnya Almira kira akan berakhir dengan percakapan basa basi biasa berubah dengan perasaan asing yang tiba-tiba muncul sebuah rasa nyaman. Dalam sekejap, Dion mampu menampilkan pesonanya kepada Almira. Paham fotografi, seni, serta ahli membuat kopi membuat Dion bagaikan pangeran dongeng dalam bayangan Almira. Diajak deep talk tengah malam, jalan-jalan di Bandung, dan segelintir luka masa lalu Dion yang diceritakan mampu membuat rasa nyaman dalam diri Almira berubah menjadi sayang.
Kenyataannya, Dion juga manusia biasa. Begitupun dengan Almira. Prediksi akan hubungan yang lama hanyalah kicauan belaka. Tak ada yang benar-benar mampu bertahan di perang besar yang melanda keduanya empat bulan lalu. Rasa kepercayaan yang setiap tahun dipupuk, berubah dengan pengkhianatan dan kecewa yang tiada duanya. Perbedaan paham menjadi ujung dari alasan mengapa mereka harus berpisah. Tak ada yang disesali memang. Hanya saja, rasa rindu pasca perpisahan kerap datang menghampiri.
Kenyataannya, tidak ada yang pernah benar-benar siap akan kehilangan. Bahkan orang yang sudah mempersiapkannya sekaligus. Hari-hari menjadi rumpang. Yang genap berubah menjadi ganjil. Tak ada gairah.
Ponsel Almira berbunyi. Sebuah pesan direct message dari instagram terpampang melalui notifikasinya.@bimooooo : Hai. Udah tidur?
Sudah dua hari Almira berbalas pesan lewat instagram dengan Bimo. Mantan kekasih Esther yang terbilang cukup problematik. Ia ingat betul kalimat pepatah Arunala tentang laki-laki itu. Mental abuse, family issue, bahkan kekerasan fisik yang diterima Esther sampai ke telinga Almira. Sekalinya melepas yang tidak baik, masa dirinya mendapat sosok yang sangat amat redflag?. Almira memilih mendiamkan pesan Bimo. Malam ini dirinya terlalu sibuk. Sibuk dengan pikirannya. Jangan diganggu. Seketika, gadis itu mengaktifkan mode 'dont disturb'. Hanya untuk malam ini saja, biarkan memorinya larut dalam kenangan. Biarkan luka perpisahan itu menjelma sejadi-jadinya. Izinkan dirinya menikmati kesedihan.
Just for tonight, let the tears drop in the silence.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mi Amor!
Non-FictionHidup Almira berubah ketika dirinya putus dengan Dion. Alih-alih menutupi rasa sakit, dirinya berusaha beradaptasi dengan dunia tanpa pasangan. Dalam menikmati fase kesendiriannya, Almira bertemu dengan banyak kejadian tak terduga. Bertemu dengan or...