Cerpen

17 1 0
                                    

Sebuah Kenangan Dan Hujan


Saat itu satu Minggu sebelum lebaran Hari Raya Idul Fitri. Aku menginjakkan kakiku lagi di kecamatan Ciwidey, tepatnya Desa Sukawening . Desa ini sudah banyak berubah, dahulu banyak sekali tanah kosong dimana dijadikan tempat bermain anak anak desa . Kini semua tanah kosong itu dibangun rumah rumah yang bertingkat tingkat terbuat dari bata. Seingatku dahulu kebanyakan penduduk membangun rumah panggung yang dindingnya terbuat dari anyaman bambu, yang dianyam oleh tangan tangan pengrajin yang menjadi kasar karena selalu tersabit bilah bambu-bambu tipis.

Dibeberapa tempat pun sudah tidak ada lagi kolam ikan disetiap depan rumahnya . Semuanya hilang digantikan tebalnya pasir yang dicampur semen. Rasanya sedih , padahal berenang di air amis kolam ikan adalah salah satu kenangan paling manis , paling seru dan paling menggembirakan. Semua kenangannya seakan terkubur bersama larutan pasir dan semen yang kini mengeras.

Aku berjalan sendiri dijalan utama desa. Jalannya besar dan minim kendaraan lewat , apalagi jika hari Jum’at. Desa akan menjadi seperti tidak berpenghuni, ini yang aku suka dari Sukawening , aku suka keimanan warga desanya , aku suka sawahnya , aku suka kolam ikannya , aku suka rumah rumah panggung yang lantainya akan berdecit ketika diinjak . Dan aku suka dia , dia yang aku temui saat  umurku masih sembilan tahun .

Aku adalah siswi baru saat itu. Anak baru dari kota melekat pada diriku, sudah bertahun lamanya dari aku kembali, setiap tempat yang aku singgahi menyimpan sebuah kenangan . Beberapa kenangan manis masa kanak kanak.

Sebuah sepeda motor melintasi ku dari arah berlawanan, dia bahkan sampai memutar kepalanya kebelakang dan tersenyum ramah sekali , memamerkan barisan gigi nya dengan satu gingsul manisnya .

“ Haii Nisa . Kamu Nisa kan ? Lama nggak ketemu , apa kabar ? ” ucapnya dari atas motor yang lalu ia mendekatiku menggunakan motornya .

“ Al -- hamdulillah ba--ik , gimana kabar Adam sendiri ? ” jawab ku terbata bata

“ Alhamdulillah. Mau ketempat reuni kan ? Yu bareng . ”

Aku terkejut dengannya yang mengingat wajahku. Padahal sudah hampir 6 tahun sejak kelulusan sekolah dasar kita tidak pernah bertemu lagi . Kalau untukku mengingat wajahnya bukanlah hal yang aneh . Aku pasti akan mengingat wajahnya , menyimpan setiap tawanya dan selalu terbayang semua hal yang berkaitan dengan dirinya. Dia cinta pertamaku, yang dengan lugunya anak usia sembilan tahun mengagumi, dan memperhatikannya. Aku hanyalah gadis pemalu yang bahkan tidak banyak berinteraksi dengannya. Hanya selalu memperhatikan semangatnya yang tidak pernah habis , tawanya yang memberikan banyak warna untuk semua orang , dan semua sifatnya yang ajaib.

Ada satu hal yang aku ingat dari sekian banyak kenangan. Hari pertama aku masuk sekolah , dengan image yang terjaga yaitu ‘anak baru dari kota’ . Dia pria yang ceria , dia orang pertama yang mendatangi mejaku dan bertanya hal hal konyol sebelum diikuti oleh siswa lainnya.

“ Dikota ada buah melon gak ? ”tanyanya sambil tertawa cekikikan

Aku mengangguk

“ Dikota ada kucing gak ? ” Tanya nya lagi

Dan aku hanya mengangguk

“ Dikota ada ikan nggak ? ”

Lagi lagi aku hanya mengangguk

Dia bertanya banyak sekali hal dengan kata yang sama “ dikota ada ” begitu selalu . Semua pertanyaan konyolnya adalah hal hal yang seharusnya dia tahu dimana pun yang dia sebutkan pasti ada. Mau itu kampung atau kota . Aku tertawa saat itu, lucu sekali. Aku yakin dia pasti sedang bercanda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebuah Kenangan Dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang