Gelap.
Hanya itu yang terlihat sejauh mata memandang, kau tidak bisa mengetahui ataupun membedakan mana depan, belakang, atas, maupun bawah... Karena hanya kegelapan yang ada dan terlihat. Dan ditempat itulah, seorang pemuda sedang melayang(?) dan meringkuk dengan nyamannya dengan mata yang tertutup, menutupi iris nya yang mempesona, dan rambutnya yang berwarna pirang keemasan, satu-satunya yang sedikit berkilau dalam kegelapan.
'Dimana aku?'
'Apa yang telah terjadi?'
'Siapa... Aku?'
'Ini terasa... Sangat nyaman...'
"Na..."
'Hm?'
"Naru!"
'Siapa... Itu?'
"Naruto sadarlah!"
Pemuda itu, Naruto membuka matanya dengan lebar, dia menarik nafas dengan kencang, kemudian dia terengah-engah, hampir tidak bisa bernafas dengan baik, matanya yang melebar berangsur tertutup kembali, namun setelah itu matanya kembali terbuka, kali ini dengan setengah terpejam, matanya yang berwarna biru shappire menatap dengan sayu, sambil mencoba menetralkan nafasnya yang masih memburu.
"Naruto! Kau tak apa?" Pertanyaan dengan nada khawatir itu terdengar sayup-sayup di telinga Naruto yang masih setengah sadar.
"Tenanglah Kurama, Naruto belum sepenuhnya sadar" bukan jawaban dari Naruto yang Kurama dapat, namun dari makhluk sebelahnya lah jawaban itu berasal.
"Kita tidak bisa menunggunya seperti ini! Aku tidak bisa menunggunya seperti ini! Dia harus segera disadarkan! jika tidak dia akan kembali ke dalam kegelapan!" Seru Kurama dengan kesal dan penuh dengan ke khawatiran yang kentara sekali, dia memang memiliki sifat yang tidak sabaran dan keras kepala.
Sedangkan para makhluk yang mendengar itu pun hanya bisa terdiam sambil memperhatikan Naruto yang masih menetralkan nafasnya, mau bagaimanapun yang dikatakan Kurama ada benarnya, mereka tidak bisa membiarkan Naruto mereka kesakitan lagi dan tenggelam di dalam kegelapan, dan juga mereka tidak bisa menahan perasaan marah dan rasa ingin balas dendam kepada seseorang yang sekarang sedang memperhatikan interaksi mereka dengan Naruto.
Disisi lain, Naruto sudah mulai membaik, nafasnya tidak seberat tadi, dan pandangan nya mulai terlihat stabil, dia mengerjapkan matanya beberapa kali, sebelum sepenuhnya kembali sadar, dia melirik kesana kemari sambil mengernyitkan dahinya, dia mencoba untuk mendudukkan dirinya dengan perlahan, dan dibantu oleh Kurama dengan menggerakkan ekornya di belakang Naruto, dia merebahkan dirinya dibelakang Naruto, sehingga Naruto bisa menyenderkan badannya pada Kurama. Act of service nya bukan maen :)
"Kau baik-baik saja Naruto?" Kurama berkata dengan lembut, sebisa mungkin merendahkan suaranya agar Naruto tidak merasa pusing dan kesakitan karena suaranya, mungkin ia masih merasa trauma karena kejadian ketika Naruto yang kesakitan setelah Kurama mengeraskan suaranya saat sebelum mereka mati.
Para Biiju yang mendengar itu sudah tidak terlalu terkejut lagi, karena seiring waktu mereka bersama ketika di medan perang, mereka sudah melihat sendiri aksi Kurama yang menjadi lebih lembut hanya kepada Naruto, entah apa yang merasukinya, padahal pada Hagoromo pun Kurama bersikap kasar, walau sebenarnya itu adalah tanda kasih sayang darinya. Tapi jika itu mereka, mereka juga akan melakukan hal yang sama seperti Kurama, hanya Naruto lah yang rela melepaskan mereka dan membiarkan mereka bebas ketika dirinya sendiri akan mati dan meledak, dan mereka sangat bersyukur ketika keinginan Naruto itu tidak berhasil, dan mereka mati bersama nya.
Seperti yang Kurama katakan, lebih baik mati bersama daripada membiarkan Naruto mati sendirian, itu hanya akan lebih menyakiti hati mereka karena membiarkan Naruto mati sendirian, sudah cukup Naruto terlahir dan hidup sendiri, jangan pula dia mati sendirian walau itu dengan cara terhormat sekalipun. Naruto benar-benar membuat banyak perubahan baik itu dalam kehidupan mereka ataupun hati dan perasaan mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
°Ocean°
FantasiaPerang. 1 kata dengan banyak makna didalamnya. 1 kata yang bisa membuat kacau semuanya. 1 kata Yang bisa merubah segalanya. "Apa yang terjadi?" "Jawabannya hanya ada di akhir"