07. Arumi

476 108 10
                                        

•••

Menjelang akhir tahun, Indonesia diperkirakan akan memasuki musim hujan pada bulan Oktober hingga Desember 2023. Pada November ini, beberapa wilayah di Indonesia pun sudah mendapatkan curah hujan tinggi, salah satunya wilayah Jakarta.

Tepat di malam hari hujan turun dengan deras,a wan tertutup kabut, tak ada sinar rembulan. Angin menghembus kencang pepohonan yang berdiri kokoh, gemuruh guntur saling berpadu bernyanyi menghiasi suasana yang sepi. 

Sunyi kian mencekam, suasana kian mendingin. Hati mulai gelisah, mulutnya berkumat-kamit memanjatkan do'a.

Alaska :

Pekerjaan saya belum selesai jadi saya tidak akan pulang malam ini.


Iya, mas.

Alaska mengiriminya pesan bahwa tidak pulang malam ini karena lembur bekerja.

Walaupun kenyataannya, Arumi sangat berharap Alaska pulang malam ini. Ia terjaga dari tidurnya dari beberapa menit lalu. Diselimuti oleh rasa takut; entah mengapa perasaannya menjadi tak karuan.


Tidak dapat menutup mata untuk kembali tidur, ia memilih beranjak turun dari kasur berniat mengambil segelas air di dapur. Sejujurnya ia takut, apalagi dengan suara petir yang kian mengagetkannya.

Ceklek

Pintu apartement dibuka membuat Arumi sedikit panik. Mendadak perasaannya jadi tak karuan, dia yakin sudah mengunci pintu dari dalam ruangan.

Lagipula pintu apartement menggunakan kode pin, mungkin kah itu.. Alaska?

tapi..

Bukankah pria itu sudah memberitahu bahwa tidak pulang malam ini. Jikapun Alaska pulang, dia akan memberi tahu Arumi terlebih dahulu kan?

Alarm bahaya. Terdengar suara langkah seseorang yang membuatnya dengan cepat bersembunyi di bawah meja makan, berjaga-jaga jika itu bukan Alaska. Sialnya disaat-saat seperti ini, suara petir malah menyambar kencang bersamaan dengan kilat.

"AAAAAAAAAA! "

Arumi berteriak, suaranya menggelegar terdengar hingga penjuru ruangan. Tersadar dengan kebodohannya, dia langsung menutup mulutnya dengan tangan bergetar.

Suara langkah itu sempat berhenti sejenak, lalu kembali terdengar menuju ke dapur, kearahnya.

Arumi menutup matanya rapat-rapat merapalkan do'a meminta pertolongan kepada, Tuhan. Tangannya panas-dingin dan bergetar saking takutnya. Rasanya saat ini juga ingin menangis dengan keras.

Semoga Alaska, semoga Alaska. batinnya terus berdo'a.

Tawa kencang seseorang terdengar menggelegar. Harapannya seketika pupus, karena itu jelas bukan suara Alaska. Suara yang terdengar mengerikan ditelinga Arumi. Bahkan jika disuruh memilih, ia lebih memilih mendengar suara petir dibandingkan tawa menyeramkan itu.

" Sayangg, apa kamu berada dibawah meja ini? sini ke luar sama, om. " rayu pria berkepala botak dengan jenggot yang panjangnya. Lalu pria tua itu kembali tertawa dengan menyeramkan.

ARUMI [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang