Part 2

0 0 0
                                    

Kini Nadira sedang dikamarnya tengah bersiap untuk pergi ketempat rapat, tiba - tiba dikagetkan dengan handphonenya yang berdering, segera ia pun mengecek handphonenya ternyata ada panggilan dari Zafran, dira pun segera mengangkatnya,

Assalamualaikum Fran, ada apa? Aku masih bersiap duluan saja dengan yang lain nanti aku menyusul sapa nadira pada Zafran sedikit berteriak karna dia juga sedang mengenakan jilbabnya dan dia pun mengaktifkan Laundspeaker nya agar dia tetap dapat mendengarkan apa yang Zafran ucapkan dalam teleponnya sembari dia melakukan persiapan untuk rapat.

Waalaikumsalam Ra, bisa gak sih kamu ini gak usah pake teriak dan dengerin gitu aku ngomong, kamu ini selalu saja nyerocos tanpa kasih kesempatan lawan bicaranya ngomong dulu! jawab zafran mendengus kesal,

yee, santai kali Fran sensi banget gitu doang! Kan aku udah bilang aku lagi siap - siap juga, kamu nelpon aku buat nanyain aku masih dimana kan? Dan supaya aku cepat bersiapnya balas nadira dengan percaya diri,

tuh kan sotoy kan! jawan Zafran dengan sedikit kesal maka nya dengerin dulu ra, jangan main potong omongan orang lanjutnya, aku mau minta tolong, nanti sembari jalan ke majelis, tolong sembari belikan buku untuk catatan rapat hari ini! jelas Zafran karna kebetulan buku catatan kegiatan mereka yg sebelumnya sudah terisi penuh,

ooh gitu, ya udah Fran nanti aku beli kan, ada lagi gak biar aku beli sekalian? ucap nadira seraya bertanya takut jika ada yang terlewat lagi nanti jadi bulak – balik fan waktu rapatnya menjadi sangant molor dari yang sudah di jadwalkan,

Kayanya nggak deh Ra, untuk sementara buku aja, makasih ya Ra, aku tutup teleponnya wasalamualaikum! ucap zafran sambil menutup telponnya tanpa mendengarkan jawaban salam terlebih dahulu dari Nadira, aah dasar nyebelin belum juga aku jawab salamnya udah main matiin aja Nadira mendumel sambil memukul mukul handphonenya

Saat tiba dimajelis Nadir lah yang paling terakhir datang sedangkan yang lain sudah siap dengan rapatnya, Dira sebagai sekertaris di majelis sedikit merasa tidak enak karna dia terlambat datang, sambil menahan rasa malunya Dira pun masuk keruangan rapat yang akan segera dimulai ,

Assalamualaikum semuanya, maaf ya aku telat karna harus beli buku dulu tadi, hehehe Ucap Nadira sembari terseyum menahan malunya,

waalaikumsalam ! Jawab teman – temannya sambil menengok kearah sumber suara berasal, siapa lagi kalau bukan suara Nadira,

Bukannya udah biasa ya kamu telat - telat terus Dira ! kali ini hanya Zafran yang bersuara dengan ketusnya, yang langsung dihadiahi tatapan tajam dari Nadira yang menurut Zafran tidak ada kesan menakutkan sama sekali itu.

Dih, Sewot banget aku telat juga karna aku beli buku titipan kamu ya Fran balas Nadira tidak kalah ketusnya,

alah alesan aja, kalau pun gak aku suruh beli buku dulu tetep kamu datang yang paling terlambat Ra! Zafran kembali menimpali Nadira, karna mengusili Nadira hingga marah adalah hal yang ia suka terkadang sampai membuat Nadira menangis,

Serah kamu deh Fran aku lagi gak mau buang tenaga ladenin kamu, aku capek ! Nadira dengan pasrahnya menjawan ocehan Zafran karna sungguh dia sedang malas berdebat dengannya, karna ujung – ujung nya pasti Dira lah yang menangis, kesal pada ulah Zafran si tukang usil itu,

Udahlah, kalau kalian debat terus waktu banyak yang terbuang, dan rapat pun gak akan ada hasil apa – apa, percuma banget ! Riki melerai perdebatan antara Zafran dan Nadira, karna hal itu sungguh membuang buang waktu percuma.

Rapat pun selesai berjalan cukup lancar, karna disepanjang rapat selalu ada perdebatan antara Nadira dan Zafran tanpa ada yang mau mengalah sampai harus dilerai oleh teman lainnya, karna kalau tidak perdebatan itu tidak akan pernah berakhir, dan rapat kali ini juga cukup memakan waktu karna baru selesai di pukul 10.00 malam, dan akhirnya Nadira, Zafran, Deva, Hadi, dan Riky pulang bersama, sedangkan zahwa arah rumahnya berbeda, disepanjang perjalanan mereka pulang diwarnai candaan mereka yang gak jelas kecuali dengan Zafran dan Dira mereka sama - sama tidak ada yang membuka suara sampai membuat Deva, Hadi dan Riky heran dengan sikap mereka karna tidak biasanya, Alasannya bisa dipastikan karna buntut perdebatan mereka saat rapat tadi, dan sekarang mereka saling merasa kesal satu sama lain. Tak lama DevHaRi sampai dirumah mereka masing – masing terlebih dahulu, tinggalah Nadira dan Zafran, sepanjang jalan mereka saling melemparkan tatapan sengitnya, Apa Kamu liat - liat ! dengan mode galaknya Nadira menegur Zafran

Dih, Apaan Sih geer banget! timpal Zafran tak kalah galak katanya sih di pohon itu suka ada hantu yang gelantungan ! lanjutnya dengan gaya tengilnya menakut nakuti Nadira hingga menangis dan berteriak dengan kencang, dan berjalan cepat mendahului Nadira,

ZAFRAAAAN!! Bener - bener ya kamu ninggalin aku ! Ibu Nadira taku Huaaaaaaa! Zafran jahat banget kamu ! Teriak Nadira menumpahkan kekesalannya pada Zafran, Melihat itupun Zafran tertawa dengan puasnya, namun tak lama Nadira pun terjatuh, membuat Zafran menghentikan ketawa dan berlari menghampiri Nadira,

Ya allah Dir maaf Dir Zafran minta maaf merasa bersalah karna perbuatannya membuat Nadira terluka,

Puas kamu? Hah ! bahagia liat aku kesusahan, jatuh gara – gara candaan gak jelas kamu? Hah! dengan rasa kesal yang sudah memuncak dia memarahi Zafran,

Ra, maaf gak ada niat aku buat kamu ketakutan sampai jatuh gini, tadinya aku cuma mau bikin gak marah lagi sama aku karna perdebatan kita dirapat tadi, ya udah aku anterin sampe ke rumah, masih bisa jalankan? lagi Zafran meminta maaf dan menjelaskan tujuan dia membuat candaan seperti itu, namun kali ini dia juga mencemaskan sahabatnya ini,

Apa? Apa? Biar aku gak marah lagi ? dan selamat kamu berhasil bikin marah aku bertambah berkali lipat! Dan kamu gak perlu sok peduli dan mau anterin aku sampe rumah segala GAK PERLU! ucap Nadira sambil melangkah pergi meninggalkan Zafran dengan langkah yang sedikit pincang, dan Zafran hanya melihat Nadira dari kejauhan memastikan sahabatnya itu sampai rumah dengan aman mengingat ini sudah malam dan jalan cukup sepi.

Tak Menjadi Takdir KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang