Selama pelajaran berlangsung, Lino tak fokus pada materi. Ia terus memikirkan kejadian tadi yang menurutnya sangat memalukan. Ia sudah banyak menjalin hubungan, mengapa saat berkenalan terlihat sangat bodoh? Gue malu anjing. Batinnya.
Hingga saat bel istirahat berbunyi pun Lino tak menyadari jika ketiga sahabatnya sudah berada dihadapannya.
"Woi. Kuy makan, laper nih"
Lino berdecak saat pundaknya dipukul lumayan keras oleh Billy. Siapa juga yang meminta ditungguin?
"Gue nungguin lo karena biasanya juga gitu" cetus Tegar seolah tahu isi pikiran Lino
Billy yang sudah tidak sabar pun langsung menarik lengan Lino untuk mengikutinya. Langkah Lino berhenti saat beberapa detik bertatapan dengan Alyna. Alyna dengan tatapan datarnya dan Lino dengan tatapan bingungnya. Mungkinkah ia ilfeel?. Pikir Lino.
"Lyn, ayo" ajak Rey dan langsung menarik tangan Alyna dan Tegar, berjalan beriringan dengannya. Meninggalkan Lino dengan seribu pertanyaan dibenaknya.
<><><><><><>
Saat ini, mereka berlima sedang menunggu pesanan mereka. Ah, lebih tepatnya sedang menunggu Billy dan Lino yang sedang berdiri didepan stand mie goreng. Beberapa menit, mereka berdua datang dengan nampan yang berisi makanan serta dibelakangnya ada ibu-ibu yang membantu membawakan minumannya. Setelah meletakan makanan dan minumannya, mereka tak lupa mengucap terima kasih kepada pedagang tersebut.
Selama makan, tak ada suara selain suara dentingan alat makan dan suara berisik dari teman-teman lainnya yang sama dengan mereka. Mengisi perutnya yang kosong.
"Lo kenapa sih? Suka lo sama gue?"
Ucapan Alyna berhasil menarik perhatian seisi kantin, karena suara Alyna yang cukup kencang, saat itu juga suasana kantin tak terlalu berisik.
Lino yang ditanyai seperti itu pun hanya mengernyitkan dahinya bingung. Apa lagi ini?.
"Kenapa Lyn? Siapa yang suka sama lo?" Billy mulai angkat bicara
Alyna tak menjawab, hanya menunjuk Lino dengan dagunya angkuh. Alyna risih dan Alyna benci saat sedang makan lalu ada yang memperhatikannya secara berlebihan. Lino contohnya.
"Apaan? Salah kalo gue liatin lo?" Lino masih berusaha untuk tidak membentak.
"Bego. Udah gue tebak dari awal. Lo suka sama gue? Sorry. Lo gak menarik" final Alyna dan langsung pergi begitu saja. Meninggalkan isi kantin dengan orang-orang didalamnya yang sedang berbisik-bisik.
"Gue atas nama Alyna, sorry. Gue kejar dia dulu" ucap Tegar seraya menepuk pundak Lino dua kali.
Tak lama, Lino pun ikut berdiri dan pergi meninggalkan kedua sahabatnya. Ia sangat kesal. Mempermalukan orang, apakah hobi Alyna?.
Lino berjalan menuju kelasnya. Mungkin ia akan membolos. Ia akan bertambah kesal jika harus melihat wajah Alyna dan mengingat kejadian yang mempermalukan dirinya. Baru saja keluar kelas, ia langsung disuguhi pemandangan dimana Alyna dan Tegar yang sedang berpelukan diujung koridor. Ia mendengus kesal, mungkinkah sahabatnya itu suka dengan Alyna?.
Saat ia mulai berjalan, terdengar Tegar yang tengah memanggilnya. Dapat ia lihat jika Alyna tengah menangis. Ia yang dipermalukan, Alyna sendiri yang menangis. Dasar perempuan. Dengan perasaan dongkol, ia langsung berlari menghindar dari mereka berdua. Ia malas, malas melihat Alyna yang munafik.
"Lino!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi! I Love You
Teen FictionLino Izhari Sandyakala. Sosok laki-laki dengan paras bak dewa yang mampu menyihir banyak perempuan untuk suka kepadanya. Akan tetapi, tak ada satupun perempuan yang kuat berpacaran dengannya. Banyak yang bilang, jika Lino itu tak romantis dan perhit...