Senin, 7 Juli 1971
Waktu itu, aku sama sekali tidak tau dimana aku berada, satu-satunya yang aku tau adalah Ayah dan Ibu membawa ku kerumah Kakek dan Nenek dari pihak Ibu ku yang berada didesa, jauh dari kota. Sejak aku kehilangan penglihatan ku satu tahun yang lalu, mereka selalu terlalu mengkhawatirkan bagaimana aku disekolah nantinya, bahkan aku menyelesaikan kelas 11 ku dirumah secara online. Setelah aku menyelsaikan kelas 11, mereka memutuskan untuk memindahkan ku kesekolah yang berada didesa, aku tidak tau apa keuntungan memindahkan ku kesana, tapi mereka mengatakan bahwa anak-anak didesa lebih baik ketimbang anak dikota, mereka tidak akan membully atau menjahili ku karena tuna netra. Padahal sejak aku buta aku belum pernah menjejakkan kaki lagi disekolah lama mu, lalu kenapa mereka menarik kesimpulan seperti aku akan menjadi korban bully karna buta?
Yaa, sejujurnya aku juga sudah tau alasan sebenarnya mengapa mereka memindahkan ku. Semua itu karena mereka belum siap menerima kondisi ku yang sekarang, mereka tidak mau malu jika harus membawa anak cacat dalam pertemuan kolega bisnisnya.
Awalnya aku menolak untuk dipindahkan kesini, tapi bagaimanapun anak membuat pilihan orang tualah yang selalu memutuskan, jadi aku hanya pasrah dipindahkan ke desa walupun sebenarnya aku tidak terlalu akrab dengan Kakek dan Nenek ku dari pihak Ibu ku itu. Karena mereka berada didesa jadi kami jarang mengunjungi mereka, berbeda dengan Kakek dan Nenek ku dari pihak Ayah yang berada dikota.
"Lama banget Bu, perasaan waktu itu bentar aja deh." Itu adalah suara Kakak ku Seonghwa, kami pergi bersama untuk mengantarkan ku ke desa
"Ya iyalah, orang waktu itu kamu masih kecil. Lagian didalam mobil kerjanya cuma main doang sama San, ya mana kerasa lamanya." Jawab Ibuku
"Satu lagi, kenapa kerasa lama karna kamu yang bawa mobil hehe, waktu itu kan Ayah yang bawa mobil." Dan itu adalah suara Ayahku
"Makanya ayo gantian, Hwa juga capek ini bawa mobil dari tadi."
"Yaelah baru juga sekali kesini, Ayah dulu jemput Ibu kamu dari rumah Nenek kesini sekali seminggu sendiri naik motor lagi."
"Salah Ayah ngapain cari istri sejauh mata memandang."
"Kalau ga sama Ibu, ya kamu ga ada Seonghwa. Mungkin sendahwa yang bakal lahi."
"Hidih, lagian kalo udah ditakdirkan lahir mah lahir aja."
"Ya tapi kamu ga bakalan ganteng kaya sekarang kalau pabriknya bukan mu ini loh Choi Seonghwa!" Ibu ku menambahkan
"Nahh betul, ditambah bibit nya ungul."
"Pabriknya aja yang bagus kali."
"Udah ih, akunya aja yang emang ganteng."
Dan mereka bertukar dialog tanpa mengajak ku, mungkin sebenarnya tidak harus diajak tinggal aku saja yang ikut, tapi entah kenapa aku merasa tidak ada bagian ku disana. Aku tidak bisa melihat apa yang mereka lakukan dan bagaimana ekspresi mereka, satu-satunya yang aku tau hanya dari suara mereka. Karena merasa diabaikan aku kembali memasang headphone dan mendengarkan musik dengan volume tinggi seperti biasanya.
"San? Sannie!" Aku terkejut karena Ibu menggoyangkan tubuhku, aku melepaskan headphone tersebut dan sedikit memiringkan kepala
"Kamu ngantuk?" Tanya Ibu yang duduk disebelah ku
"Enggak kok Bu." Jawabku sambil menggeleng, lalu aku tidak lagi mendengar suara mereka mengobrol, apa mereka sudah selesai? Atau mereka berhenti berbicara karena aku? Entahlah aku tidak tau.
Aku tidak tau berapa menit setelahnya tapi yang jelas tak lama setelah itu kami sampai ditempat tujuan, aku tau bukan karena diberi tau, tapi karena aku mendengar suara teriakan Kakak ku "YEY SAMPE JUGA."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes For You ft.Woosan
FanfictionBahkan diumurnya yang ke-70, ia masih bisa mengingatnya dengan jelas.