Mereka berjalan pulang dalam keheningan, Wooyoung yang biasanya banyak bicara mendadak menjadi sosok yang pendiam, tangan mereka masih tertaut sejak dari dalam kelas. San ingin menanyakan banyak hal, tapi ia pikir mungkin Wooyoung butuh waktu sendiri.
"Maaf ya sekolah pertama kamu jadi gini." Ucap Wooyoung sambil menghela nafas, bagaimanapun ini bukan kesalahan San lalu kenapa dia yang di diamkan?
"Gapapa, kamu ada yang sakit nggak? Tadi aku denger kaya ditendang gitu. Terus nangis juga."
"Owh enggak sakit kok." Wooyoung terkekeh diakhir kalimatnya, San yang memang tidak melihat kejadian tersebut dan hanya mendengar jadi ia juga tidak bisa protes. Akhirnya mereka sampai dirumah San,
Wooyoung tidak langsung pulang ya karena memang tidak ada orang juga dirumahnya"Kamu ada pacar ya dikota?" Wooyoung bertanya sesaat setelah mereka duduk dikursi yang terdapat didepan rumah
"Emangnya kenapa?" San heran kenapa jadi tiba-tiba menanyakan hal itu
"Owh enggak si nanya aja."
"Dulu iya sebelum aku buta, sejak aku udah ga bisa liat kita lost contact terus Kak Hea bilang kalau dia liat pacar aku itu jalan sama temen aku, dia pikir aku udah putus makanya dibilangin." Jelas San, Wooyoung memutar hadapannya kearah temannya itu
"Jadi kamu bukan tunanetra dari lahir?" Yang ditanya menggeleng
"Aku ga bisa liat dari tahun kemarin gara-gara kecelakaan dilab kimia."
"Lab itu apa?"
"Laboratorium."
"Hah? Laboratorium kimia? Sekolah kamu ada laboratorium nya? Wahh pasti sekolah kamu mahal banget." San terkekeh mendengarnya
"Kok bisa sih?" Wooyoung bertanya lagi
"Iya bisa, aku waktu tu lagi jongkok ambil pena terus ada zat yang nggak sengaja kesenggol terus jatoh cipratannya kena mata aku yaa jadi gini dehh."
"Owh jadi mata kamu ada hitam-hitam nya itu karena bekas kena zat itu?" San mengangguk dan keheningan melanda, Wooyoung sibuk membayangkan bagaimana kejadian mata San terkena zat itu
"Kamu makan siang disini aja." San mengajak
"Aku udah sering makan siang disini, kamu aja kali-kali makan siang dirumah aku." Padahal Wooyoung hanya berniat untuk bercanda tapi jawaban San membuatnya terkejut
"Iya boleh, bentar aku ganti baju dulu."
"Loh? Kamu mau?" Tanya pemuda itu tidak percaya jika tawarannya diterima baik oleh tetangganya itu
"Iya kenapa enggak?"
"Tapi makanan dirumah aku nggak kaya dirumah kamu."
"Gapapa." Jawab San sambil berjalan masuk kedalam rumahnya.
Wooyoung mengehela nafas panjang, ia teringat kejadian disekolah tadi. Ia tidak tau jika akan menjadi seperti ini saat San masuk ke sekolahnya. Awalnya Wooyoung hanya ingin ada teman, ia ingin ada seseorang untuk bermain atau sekedar berbagi cerita. Itu sebabnya saat ia melihat San untuk pertama kalinya ia begitu bahagia karena setidaknya ia akan ada teman ditambah ternyata mereka satu sekolah dan sekelas. Tapi harapan tetaplah harapan, yang menentukan semuanya tetap tuhan.
Wooyoung takut jika San akan menjauhinya karena ia mendatangkan masalah ke kehidupannya, ditambah kondisi San yang seperti itu pasti akan sangat sulit baginya menerima ujaran kebencian seperti tadi setiap harinya. Haruskah ia menjauhi San saat disekolah? Tapi bagaimana caranya jika San ingin ke kantin? Ruang guru? Lapangan? Atau sekedar ke toilet? Siapa yang akan menemaninya? Membantunya berjalan dan menjadi matanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes For You ft.Woosan
FanfictionBahkan diumurnya yang ke-70, ia masih bisa mengingatnya dengan jelas.