Hai, gue Nara Zivanya. Kalian bisa panggil gue, Nara. Gue anak pertama dan gue memiliki satu adik perempuan, ia bernama Salsa Zavania. Gue biasa panggil dia dengan Zava, entahlah gue sangat menyukai namanya.
Keluarga gue adalah keluarga cemara, ya cemara disaat - saat tertentu saja. Selebihnya, there are only wounds.
Semua berawal dari gue disaat berumur 6 tahun, ya titik kehancuran keluarga gue hilang di mulai dari gue umur 6 tahun. Cinta pertama, yang gue bangga - banggakan, yang gue anggap hebat ternyata luka paling dalam yang nggak akan pernah bisa sembuh.
I know, maybe you think this is trivial. But, for me this is not trivial at all. Dimana gue ngeliat, mama gue hancur karena melihat seseorang yang ia cintai, ia perjuangkan begitu hebatnya, mengkhianati dirinya.
Dan gila-nya lagi, keluarga dari papa gue tau semua tentang pengkhianatan papa gue ke mama gue sendiri. Bahkan, mereka yang ngasih tau ke mama gue sendiri, dan sialnya gue denger semua itu.
Apa yang akan gue lakuin?
Nangis?
Kecewa?
Marah?
Bukan, tapi yang gue lakuin gue harus pura - pura kuat dan bahkan gue harus pura - pura tidak mengetahui semuanya.
Dimana malam itu, menjadi malam yang sangat amat menyakitkan buat gue dan mama.
Dari malam itu, gue belajar bahwa rumah cemara yang dibangun mama gue udah hancur, lebur dan tak tersisa.
Sakit? Banget, haha.
Rasanya, nggak pernah percaya. Bahwa, yang papa gue lakuin itu adalah sebuah kenyataan.
Gue nggak pernah berharap, pengkhianatan hadir di dalam keluarga cemara gue. Tapi, harapan hanya sekedar harapan, bukan?
Pa, papa mungkin nggak akan pernah nunjukin pengkhianatan yang papa buat ke nara. Tapi, nara akan selalu tau semua tentang papa, dari hal sekecil apapun itu.
•••
"Bu, saya bisa jamin bahwa saya dengan suami ibu tidak berselingkuh. Ibu bisa tanya dengan pak ahmad, supir pribadi saya. Saya selalu stay di kantor dan sepulang dari kantor saya langsung ke rumah, bahkan tidak pernah sedikitpun jalan bareng dengan pak dikta" ujar marisa
Adhisty tertawa dengan lemas, "ah, gitu rupanya. Sepertinya saya salah melihat, tapi mengapa baju yang kamu pakai mirip seperti baju perempuan yang suami saya bawa di dalam mobilnya ya? Bukankah baju yang kamu pakai, itu baju dari design sendiri?" Ujar adhisty
Marisa, wanita itu gelagapan dan sedikit panik. Bahkan dikta, suaminya sedikit gelisah.
Adhisty tersenyum, "kenapa? Kok pada panik? Saya hanya bertanya, apakah pertanyaan saya lancang? Sepertinya tidak, silahkan diminum dulu bu marisa, oh ya sayang ini kopi nya minum dulu. Muka kamu pucet sekali, kamu sakit?"
Dikta menggeleng, "nggak sayang" ujar dikta.
Marisa wanita itu mengepalkan tangannya dengan kuat, sungguh ia sangat malu berada disini.
"Oh ya, saya ada bukti juga nih berupa video. Sebentar ya, saya carikan."
"Kamu! Sungguh tidak sopan ternyata ya, sampai sebegitunya? Haduu, pak dikta. Istri bapak benar - benar memalukan sekali ya? Ah, saya curiga apa jangan - jangan istri bapak ini iri dengan saya ya? Ya maaf ya bu, secara saya masih kelihatan seperti gadis, berbedalah ya dengan ibu yang sudah memiliki dua anak, pasti badan ibu juga sud-"
Omongan marisa terpotong karena adanya sahutan dari adhisty.
"Bu marisa, maaf sebelumnya. Kenapa jadi saya yang salah ya? Saya berhak dong, minta video cctv depan supermarket di komplek perumahan mertua saya? Saya kan hanya ingin tahu, suami saya beneran berselingkuh atau tidak. Iri ya? Alhamdulillah, saya sedikitpun tidak memiliki rasa iri kepada bu marisa" ujar adhisty dengan skakmat.
Yashhh!! Muka marisa kini sangat memerah, menahan amarah.
"Kamu, kamu benar - benar ya! Saya akan melaporkan kamu atas tuduhan kamu ke saya! Pak dikta tolong ajarkan sopan santun kepada istri bapak. Saya permisi, ah ini sungguh membuat saya sakit kepala!" teriak marisa
Dikta menghela nafas, "adhisty, kamu membuat saya malu. Saya tidak habis pikir dengan kamu" ujar dikta seraya pergi dari sana.
"Nggak mau lihat videonya dulu mas? Agar mas tidak malu?" tanya adhisty
Dikta hanya diam lalu melanjutkan jalan nya untuk ke kamar, adhisty terkekeh sakit. Ah, beginikah rasanya di campakan oleh orang yang sudah ia bela mati - matian?
Padahal kedua orang tua adhisty sudah pernah bilang, bahwa mereka tidak menyukai dikta. Ntahlah, karena alesan apa.
Namun kini, adhisty sadar. Dikta tidak sebaik yang adhisty lihat, mungkin dulu iya, tapi sekarang bahkan ia tidak mengenali suaminya sama sekali.
"Saya sudah bilang, bahwa saya tidak pernah menyukai dia. Bahkan keluarganya sendiri saja dengan tidak tahu malunya, membebani kamu untuk biaya pesta pernikahan" ujar sarah.
Sarah adalah orang tuanya adhisty, ya sarah dan wandi adalah kedua orang tuanya adhisty.
Adhisty hanya menghela nafas, "nasi sudah menjadi bubur"
"Kebanyakan tingkah, tidak lihat apa dirinya? Hidup saja masih dibiayai dengan mertuanya. Masih bisa makan enak aja udah alhamdulillah, ini kok selingkuh pula" ujar sarah dengan sadis.
"Mah, udah ah biarin. Ntar juga ada karma buat mereka, gapapa"
"Kamu nya aja punya otak dangkal, diajak menikah dengan yang sudah mapan malah memilih laki - laki yang tidak pernah mau berjuang" sinis sarah.
Ya, begitulah adhisty dan orang tuanya selalu berbeda pendapat yang akhirnya menjadi perdebatan.
Kini, hanya ada adhisty sendirian di ruang tamu. Ia benar - benar shock dengan kejadian, yang baru saja ia alami. Ingin menyangkal, namun bukti kuat sudah berada di depan matanya bahkan saksi hidupnya mertuanya sendiri.
Rasanya seperti tidak mungkin, pria yang sudah ia temani bertahun - tahun khianatin dirinya. Adhisty terus - menerus menghela nafas, ia bingung jalan apa yang harus ia pakai. Haruskah ia bercerai? Namun, bagaimana nasib kedua putrinya?
Mereka masih terlalu kecil, untuk mengetahui apa itu perceraian.
Stay tuned ya guys!
Aku usahakan untuk up tiap hari yaa!!❤️.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUST ISSUES
Teen Fiction"Nar, gua serius sama lo" "Diem rivan, gue gapeduli. Paham lo?" Rivan khairil, si pria famous namun tidak perduli dengan ke famousannya. Ia hanya peduli kepada Nara Zivanya, si sang pujaan hati, namun sayangnya gadis itu memiliki luka yang sangat am...