12.

29 3 2
                                    

DUDA; SOOBIN


Suara nyaring telepon dari handphone pria yang baru keluar dari meeting room sedikit menjauh dan mengangkatnya.

"Benar dengan Choi Soobin?"

Soobin mengerutkan dahinya. Melihat kembali nama yang tertera di layar ada hal ganjal, suara Aeri berbeda. "Betul,"

"Ah, Soobin-ssi bisa anda datang ke Blue Night sekarang?" ujar di sebrang sana.

"Anda siapa dan kenapa ponsel—"

"Maaf nanti akan saya jelaskan. Sekarang tolong kemari karena Aeri mabuk berat dan hampir menghancurkan setengah Bar."

Tanpa bicara panjang Soobin matikan sebelah pihak. Ia berlari menuju basement kantor lalu segera menancap gas setelah menemukan mobilnya.

Mobil sedan putih itu terus menyalip beberapa kendaraan lain sehingga di tegur salah satu pengemudi, Soobin hanya mengatakan maaf yang terpenting sekarang Aeri. Semoga gadis itu tidak melakukan hal gila lainnya.

Sampainya di Bar Soobin langsung menahan Aeri yang mau melempar gelas. Keadaan di dalam sudah kacau, banyak pecahan kaca dari gelas yang mungkin di sebabkan oleh gadis itu.

Sebagian pengunjung berkumpul di sudut ruangan menghindari sasaran Aeri.

"Berhenti Choi Aeri!" Han Jiyeon pun menghela nafasnya lega melihat kedatangan Soobin.

"KAMU PRIA BRENGSEK, KAI!" racaunya sambil berteriak. Soobin berusaha memeluk Aeri yang kian memberontak.

"Lepas! Dasar bajingan! Kamu harus bayar semuanya!" Jiyeon mengajak Soobin untuk bawa Aeri keluar. Sebelum keluar Soobin membungkuk maaf.

Aeri menangis dan pukul dada Soobin. Tangan kekar berotot itu mengelus surai panjang Aeri.

"Tenang, Aeri ... " ujarnya terus sampai nafas Aeri tidak memburu seperti tadi. Sekarang hanya terdengar isakan lembut dari bibir gadis itu.

"Masuk ke mobil, ya." Soobin dudukan Aeri di dalam mobil. Kemudian beralih pada Jiyeon.

"Kamu yang telepon saya tadi?" Jiyeon mengangguk.

"Saya Jiyeon teman Aeri, maaf mengganggu tadi saya kelawahan. Jadi telepon anda."

Soobin menghela nafasnya lembut. "Terima kasih." Jiyeon mengiyakan setelahnya pergi. Seorang bartender mendekati Soobin.

"Anda di panggil oleh manager." katanya lalu jalan mendahului Soobin ke dalam. Ia pun mengikuti arah langkah kaki itu. Para pegawai sibuk membereskan kekacauan tadi dan beberapa orang mulai berjoget ria kembali.

Di hadapan nya sudah ada si pemilik tempat. "Perkenalkan saya Choi Soobin yang akan menjadi penganggung jawab perempuan tadi. Berapa kerusakan dan kerugiannya?"

•••


"Huekk ... Huekk."

Soobin datang dengan wajah khawatir setelah dengar suara muntahan dari kamar mandinya. Dia memijit tengkuk Aeri yang masih memuntahkan isi perutnya.

Aeri membasuh wajahnya. Saat melihat dirinya di pantulan cermin sangat memprihatinkan.

"Mandi saja, nanti ke bawah. aku udah buatin teh herbal pereda mabuk." Aeri mengangguk.

"Soobin!" panggil Aeri saat pria itu melangkah keluar.

"Ada apa?" jawab laki-laki itu dengan wajah datarnya dan mengangkat satu alis.

"Bajuku dan ... "

"Ada di atas kasur, lengkap dengan dalamannya juga." wajah Aeri memanas kemudian mengangguk dan Soobin pergi. Tidak mungkin ia terus berada di sini, kecuali Aeri mau di mandikan olehnya.







•••


Cuaca yang hangat hari ini buat Soobin tiduran di atas paha Aeri sambil menonton drama Korea yang sedang hits.

Sejak tadi rambut pria itu Aeri mainkan, karena asik sebab rambutnya yang sehat dan hitam buat mata Soobin kantuk.

Tapi tidak jadi karena ada anak tengil mengganggunya. "Appa, turun!" Beomgyu berkacak pinggang.

"Sebentar lagi." sang Ayah berposisi miring menghadap perut Aeri. Jujur posisi ini sedikit ambigu bagi Aeri. Beomgyu pun mendengus sebal.

"Bilangnya 10 menit, ini udah lebih!"

"Hm, biarin."

"Appa ... " rengekan panjang dari si kecil. Ini sudah kesekian kalinya Aeri berada di situasi tidak bisa berbuat apa-apa. Terlalu malas masuk ke dalam perdebatan antara anak dan ayah satu ini.

Soobin terkekeh sampai nafas hangatnya tembus menyapu perut Aeri. "Nanti saja, Appa masih betah di sini." ujarnya semakin buat bocah itu merengek kuat.

"Udah sana turun, kakiku pegel!" sarkas Aeri membuat Soobin mendongak dan mempoutkan bibirnya sebal.

"Kalau tidak mau?" Aeri mendorong tubuh bongsor lelaki itu sampai terjatuh. Beomgyu tertawa lebar melihat Ayahnya kesakitan.

Pria jangkung itu bangun sambil mengusap bokongnya. Sadar yang akan dilakukan Ayahnya, Beomgyu segera memeluk Aeri posesif seperti koala tanpa memberikan kesempatan lagi bagi pria itu.

Si anak sudah mengeluarkan wajah jahilnya pada Soobin buatnya berdecih jengkel kemudian pergi tanpa mengatakan sepatah kata apapun.

"Eey, Appa seperti anak kecil."

•••

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[2] DUDA ; SOOBIN TXT - ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang