3. Garis Takdir

13 4 0
                                    

~•••~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~•••~

"Sudah sampai!" seru Kayden semangat sekali.

Dua jam perjalanan kutempuh, menumpang mobil Kayden. Akhirnya sampai juga di kafe yang ia maksud. Awalnya aku hanya terkesima dengan arsitektur kafe dari luar. Tampak minimalis tapi elegan.

Saat kakiku melangkahi pintu masuk, aku tercengang. Beberapa saat aku hanya bisa menganga sambil menutupi mulut.

"Ka-Kaisan?"

Mataku bergetar melihat sekeliling. Sampai aku menatap pada Kayden yang tersenyum simpul.

"Maaf, Kiya. Aku hanya bisa mengubah suasana kafe seperti kau sedang bertemu Kaisan. Kau tahu, aku terlalu mustahil mendatangkan Kaisan untukmu." Kayden menutup ucapannya dengan tawa.

Wah! Luar biasa!

Foto-foto dari penggalan video musik lagu-lagu Kaisan tertata rapi di pigura dinding. Bunga yang mirip dengan set di video musik "Kelopak Bunga", ada di vas bunga kafe ini.

"Kau benar-benar ubah kafe ini menjadi Kaisan, Kay!" Aku begitu antusias, akhirnya bisa berkata-kata.

"Bahkan mendengar lagunya saja sudah cukup untukku merasa dekat dengan Kaisan. Kau sungguh berlebihan, Kay!" omelku sambil tersenyum semringah.

Kayden lalu mengajakku duduk. Lagu Kaisan menemani aku dan dia. Benar, hanya ada aku dan dia sebagai pengunjung kafe ini.

"Mengapa kau lakukan ini, Kay? Kau menyewanya hanya untuk menghadirkan Kaisan, untukku?"

"Jangan lupa, aku juga penggemar berat Kaisan, Kiya."

Ah, iya. Aku terlalu percaya diri. Ini bukan untukku, ini untuk kita.

"Tapi memang spesial untukmu juga, Kiya. Jangan tiba-tiba suntuk begitu, dong!" Kayden tertawa mencubit pelan pipi kananku. Suka sekali dia ini buatku kesal.

"Aku ingin merayakan kebahagiaanku setelah sidang. Entahlah, setelah aku mengenalmu, membuat kau bahagia jadi kebahagiaan tersendiri bagiku."

Aku sontak menoleh ke samping kiri, sembunyikan senyum tersipu.

"Kita pesan minum saja dulu, ya. Kita akan lama di sini, pelan-pelan saja menikmati hidangannya."

Berangguk, aku hanya ikuti arahannya. Kursi kafe juga empuk dan nyaman, aku tentu akan betah berlama-lama di sini, apalagi bersamanya.

Sesuai rencana, aku dan Kayden berbincang banyak hal. Tentu Kaisan jadi topik utama di antara topik-topik meluas lainnya.

"Takiya," panggil Kayden lembut.

Jika ia memanggil dengan lengkap, tandanya akan ada pembicaraan serius. Aku balas menatapnya dengan saksama.

"Kamu ... maukah kamu jadi pasanganku, mencintai karya Kaisan ... selamanya?"

Lagu KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang