Part 4

584 44 0
                                    

Happy Reading 








******

Bel pulang sudah berbunyi 15 menit yang lalu, semua siswa telah meninggalkan tempat ini. Ya kecuali anak anak yang masih punya kegiatan. Suasana yang tadi ramai kini menjadi sepi.

Begitu pula dengan Marcel bukanya pulang, ia malah ditarik oleh oknum bernama Hendra ke Taman belakang sekolah. Si hendra gak tau ajah kalo Marcel lagi ketar ketir takut diamuk antek antek nya, pasti bocah bicah itu pada gacor do warung mang Ujang.

"Ada apa sih ? Maen tarik ajh lu!"

"Diem! gegara antek antek lu. Gue bangkrut cel!"

"Yeu... itu sih derita lu!"

"Diem lo! Gue mau kenalin lo sama sohib lama gue, di baru pindah kesini"

"Terus apa urusan nya sama gue?! Dah lah mo balik!"

"Eitsss. Tunggu bentar napa! Ck cari relasi lah Cel, biar  sohib lo gak itu itu mulu"

"Noh Orang nya dateng" tunjuk Hendra pada seseorang yang muncul dari arah belakang Marcel. Ia membalikkan tubuhnya.

Degg

"Nih kenalin sohib gue waktu SD, Namanya Liam. Dan Liam kenalin dia Marcel, lengkapnya Marcelino" Ucap Hendra memperkenalkan mereka.

Lain halnya dengan dua orang itu,kalut demgan pikiran nya masing masing. Segala pertanyaan  larut dalam pikiran mereka.

Liam menatap setiap pahatan wajah di hadapannya, merasa tidak asing dengan wajah tersebut. Tunggu! Wajah ini mirip seperti Arcel adiknya, demi apa pun ia tidak pernah melupakan wajah adiknya, ia bahkan hampir setiap hari memandang wajah adiknya di foto. Bahkan namanya sama dengan adiknya.

Apa dia Arcel??

Ingin rasanya menepis hal itu, tapi kenapa hatinya mengatakan Iya, ada rasa hangat dalam dirinya kala menatap lekat mata orang yang berada di hadapan nya. Cairan bening tertahan di pelupuk mata Liam apakah ini benar Arcel? Jika memang benar ingin rasanya ia memarik tubuh itu kedalam pelukan nya.

Skenario tuhan yang tidak pernah bisa dihindari, bahkan sekeras apapun Marcel menolak dan menghindar nyatanya waktu ini akan. Memori masa lalu berputar di kepalanya, kilasan masa kecil dulu.

"Iyam ayok main!"
"Acel jangan lari terlalu kencang! Iyam gak kuat ngejar"
"Iyam mandi hujan yuk!''
"Iyam ayok buat perahu!"
"Hiks hiks Iyam, Acel takut hiks"
"Acel jangan takut. Itu hanya bunyi kembang api"
"Iyam gak butuh mainan semuanya buat Acel, biar Acel senang"

Marcel mengepalkan tangannya kuat. Harusnya ia tidak meng iyakan ajakan Hendra, seharusnya ia langsung pulang bersama adiknya. Bukan terjebak dalam suasana seperti ini.

"Hello.... ko pada bengong. Jabat tangan kek" Ujar Hendra sambil melambaikan tangan didepan wajah mereka berdua.

"Sorry Hen,... gue harus cabut adik adik gue udah nunggu"  belum melangkah jauh sebuah suara menghentikan Marcel hingga membuat tubuhnya menegang.

"Ar..arcel" suara lirih yang berasal dari Liam. Yang masih bisa di dengar Marcel.

Tubuh Marcel menegang panggilan ini, harus kembali ia dengar. Tidak tolong jangan sekarang. Ia sudah berdamai dengan keadaan, tolong jangan bawa luka yang sama pada Marcel. Sungguh demi apapun ia hanya ingin hidup bahagia bersama adik adiknya sudah cukup baginya.

"Sorry lo salah orang, Nama gue Marcel!" Ucap Marcel dengan menekan di akhir kalimat. Tanpa membalikan tubuhnya.

Hendra bingung ada apa ini, mengapa mereka terlihat seperti mengenal satu sama lain.
"Sorry kalo respon dia kayak gitu, gue yakin tuh curut lagi badmood tapi sebelumnya..."

MARCELINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang