Sudah seminggu sejak Jayden sadar dari tidurnya, akhirnya dia diperbolehkan untuk pulang. Kemana? Tentu ke kediaman Wicaksana.
Jayden dinyatakan sembuh, meskipun harus check up rutin selama sebulan sekali. Karena kecelakaan beberapa waktu lalu menyebabkan retakan pada tulang rusuknya, dan Jayden belum bisa beraktivitas terlalu berat karena itu. Dia masih dalam pengawasan dokter.
Namun, ada yang membuat mereka sedih. Setelah membuka mata dan bisa berbicara, Jayden tidak mengenali keluarganya. Karena terseret arus sungai yang begitu kuat, kepala Jayden membentur sebuah batu yang membuat ingatannya menghilang.
Meskipun Jayden tidak mengenali mereka, dia begitu familiar dengan semua wajah keluarga Wicaksana. Suara mereka, perlakuan mereka, bahkan rumah yang dia datangi ini! Sudah, cukup! Jayden pusing memikirkan itu.
"Selamat datang kembali, Kakak!" Ellena meloncat dan merentangkan kedua tangannya tepat didepan pintu masuk.
"Nih, nih, gue buatin cappuccino cake kesukaan lo!" Yoga menunjukkan piring yang dia pegang ke Jayden.
Tidak bohong, Jayden memang sangat menyukai makanan manis itu. Melihat sikap Ellena dan Yoga yang menurutnya begitu lucu, Jayden tersenyum lebar. Rasanya, dia sudah terbiasa melihat sikap mereka berdua. Padahal belum lama mereka bertemu.
"Ini rumah ku?" tanya Jayden kepada Ayah dan Ibu yang berada disampingnya.
Bunda tersenyum dan mengelus pipi Jayden, "iya sayang, ini rumah kita. Sekarang, kamu selamanya tinggal disini, dan gak perlu kesana kemari untuk cari kontrakan. Paham?" ucap Bunda lembut.
Mereka tidak peduli dengan Jayden yang kehilangan ingatannya, yang terpenting sekarang keluarga mereka kembali utuh dan lengkap. Mereka juga yakin, Jayden akan kembali mengingat mereka dengan perlahan.
"Ayo, masuk. Kita ke kamar kamu!" Ayah berjalan duluan sembari membawa tas yang merupakan pakaian Jayden selama tinggal sendirian ke kamar.
Kamar Ellena, Yoga dan Jayden berada di lantai atas. Selama Jayden tidak ada, kamar itu tidak pernah mereka masuki karena terus dikunci begitu rapat. Dan setelah mengetahui bahwa hari ini Jayden kembali, kemarin Yoga dan Ellena langsung membersihkan kamar itu yang benar-benar tak layak untuk di tempati.
Debu yang cukup tebal, terdapat sarang laba-laba, sudah sangat cocok disebut sebagai gudang. Dengan semangat yang kuat, Ellena dan Yoga berhasil membersihkan dan merapihkan kamar itu lagi agar lebih layak di tempati. Sudah tentu mereka menggunakan pengharum ruangan agar bau khas gudang tidak menyelimuti kamar itu.
Begitu Ayah membuka pintu, semerbak harum bunga lavender langsung masuk dengan sopan ke indra penciuman mereka, "pinter juga kalian berdua bersihkan ini!" Puji Ayah kepada Yoga dan Ellena. Mereka berdua tersenyum dan memilih untuk tos.
Ketika netranya mengedarkan pandangan ke seluruh sudut kamar, tiba-tiba saja kepala Jayden terasa ditusuk beribu jarum yang tajam. Siluet buram dan tidak jelas dari tiga bocah kecil berputar di kepalanya bak cuplikan-cuplikan film.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐋𝐋𝐄𝐍𝐀
Teen FictionEllena Arunika Wicaksana; ya, itu namanya. Terlihat jelas dari namanya bahwa dia adalah seorang gadis yang begitu anggun, baik, tutur kata lembut, wajahnya yang indah bak princess Disney, nada bicaranya selalu pelan, dan- "Gak usah ngarang lo, Bulan...