Pemandangan yang bisa di lihat dalam sebuah keluarga harmonis pada umumnya adalah apa yang terjadi malam itu di sebuah rumah sederhana pinggir kota. Makanan hangat yang ada di atas meja makan , suara keluarga yang saling bercerita kabar mereka pada hari itu sambil menyantap hidangan yang ada.
"Jadi paman sungguh naik pangkat? Wah selamat, itu sungguh sangat luar biasa" Alya memberikan ucapan selamat dari sisi meja makan.
"Terima kasih untuk ucapannya. Paman sungguh tidak mengira kasus sepele sebelumnya akan menjadi batu pijak paman untuk naik pangkat. Hahahaha"
"Apa yang sepele, tidak semua polisi bisa mengunkap kasus pencurian berantai yang terjadi, apalagi di pinggir kota. Mereka selalu mengabaikan kasus kecil seperti itu bukan. Mereka sungguh berharap mendapatkan kasus besar yang bisa membawa mereka keluar dari sini" ucapnya sambil menyisip wine yang dia pegang.
"Tidak semua orang di kantor berharap keluar dari kota ini contoh nya paman. Yang berharapa kota ini tetap tenang dan damai. Jadi paman akan memecahkan permintaan apapun demi menjaganya" balas Ayah dengan bangga.
Alya tertegun dan mengankat kedua tangannya menyerah dengan jawaban optimis dari polisi bersih di depannya.
"Begitulah ayah. Seperti baru kenal saja kamu ini."
*duk
"Hey apa yang salah dengan mu menedang lutut ku seperti itu"
"Bocah berisik"
"dasar tomboy"
"apa kamu bilang"
Alya dan Reo akan memulai pertengkaran mereka seperti biasanya. Namun sebelum itu terjadi sebuah garpu melesat di depan wajah mereka dan menebus dinding kayu.
"M.A.K.A.N D.E.N.G.A.N. T.E.N.A.N.G" ucap Jen dengan tersenyum dari sisi lainya dan membuat udara terasa dingin.
"Baik mom"
"Baik Jen"
Keduanya Kembali menikmati santap malam mereka.
"Ehem... ngomong-ngomong Alya, bagaimana kabar mu selama ini selama tinggal di kota. Apakah kamu menikmatinya?" Ayah mencoba mengembalikan atsmofir agar semuanya merasa nyaman.
"mm..biasa saja."
"apa maksudmu biasa saja. Bukankah kamu selalu mengingkan untuk pergi ke kota dan tinggal di sana?"
"mungkin. Tapi saat aku merasakan kota Ketika tiba di sana. Itu merasa biasa saja, lebih membosankan di bandingkan di sini dan disana penuh polusi dan berisik, berbeda dengan disini yang tiap saat bisa menghirup udara segar dan tenang." Jelas Alya tanpa emosi.
"Hmm sungguhkah? Apakah itu artinya Reo akan merasakan hal yang sama Ketika ia akan tinggal di kota?" Jen melihat kea rah ku dengan rasa khawatir.
"tunggu apa maksudmu dia akan tinggal di kota? Itu hal pertama yang belum aku ketahui malam ini" Kali ini Alya dengan cepat melihat ke arah ku bagaikan tatapan elang yang mengunci mangsanya.
Ukkh tatapan itu selalu membuatku merinding batin Reo dan segera menegakkan tubuhnya dengan waspada
"itu karena kamu tidak menayakan kabar ku lebih dulu. Dan juga itu bukan sesuatu yang hebat seperti kabar ayah hari ini" aku membalasnya dengan datar, dan mengalihkan mataku darinya.
"Apa yang tidak hebat, bukankah penerimaan mu sebagai mahasiswa full beasiswa dari universitas oxlan adalah hal yang paling luar biasa hari ini" Jen mengatakanya dengan mudah dan nada bangga bagaikan anaknya sendiri yang masuk kesana.
"OXLAN?? Serius kamu di terima di sana."
"Iya, aku baru dapat surat penerimaanya tadi pagi. Apakah sulit untukmu menerima aku jadi salah satu mahasiswa di sana"
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy to Man
General FictionBocah remaja dari desa yang meranjak menjadi dewasa , saat ia di terima masuk ke universitas bergengsi yang berada di kota besar ia harus menghadapi perbedaan status dirinya hingga memilih untuk bergabung dengan salah satu kelompok mahasiswa asrama...