2. GABRIELLA XIAVERA AMMERSON

1 1 0
                                    

Hello guys

Happy reading 🌻
.
.
.

Seorang gadis cantik tengah berdiri ditengah keramaian bandara Soekarno Hatta. Gadis itu membuka kacamata hitam yang menghalangi pandanganya dan mengedarkan pandangan mencari orang yang ia tunggu-tunggu.

"GABRIELLA!" Teriakan cempreng seorang perempuan terdengar bersamaan dengan tiga orang gadis cantik berlari menghampirinya.

Dia Gabriella Xiavera Ammerson, anak pertama dari dua bersaudara keluarga Ammerson. Keluarga konglomerat yang berhasil meraih peringkat ketiga perusahaan tersukses diasia.

Gabriella tersenyum manis menyambut kedatangan sehabat yang selalu bersamanya sebelum ia memutuskan untuk pindah ke Sydney bersama kakek dan neneknya saat menaiki bangku kelas sembilan. Namun, mereka masih bertukar kabar hingga sekarang.

Dyxie memeluk erat Gabriella hingga membuat gadis itu tak dapat bernafas. "Gue ga bisa nafas, Xie," tegur Gabriella memukul pelan pundak Dyxie.

Dyxie tersadar langsung melepaskan pelukannya dan menampilkan senyum lebarnya. Zhao Dyxie atau dengan nama Indonesia Dyxie Kevanya adalah gadis dengan garis keturunan Chinese dari sang ayah.

"Gue kangen tau sama lo," Ucap seorang gadis dibelakang Dyxie yang langsung menghambur masuk kedalam pelukan Gabriella. Veronica Anora Jaquelin namanya, gadis sedikit tomboy bermulut pedas dengan bandana putih selalu menemaninya.

"Kalian ga sekolah?" Tanya Gabriella setelah pelukan keduanya terlepas.

"Izin." Jawab singkat seseorang disamping Anora yang sendari tadi hanya memerhatikan mereka.

Gabriella terkekeh pelan mendengar jawaban singkat gadis dingin itu, "Lo masih sama kayak dulu. Dingin." Ucapnya berjalan mendahului ketiga sahabatnya. Avasha Audrey Garcia, perempuan dingin tak tersentuh, sangat anti dengan urusan asmara atau laki laki, tapi bukan berarti ia belok hanya saja malas.

"Jangan lupa bawain koper gue," Ucapnya santai dan kembali melangkahkan kakinya menuju mobil Mercedes-Benz C-Class putih yang sudah terparkir rapi didepan bandara.

"Bangsat, belum sehari udah gatau diri!" Hardik Anora mengeret koper besar sahabat laknatnya dengan berat hati.

Diperjalanan Gabriella menyembulkan wajahnya keluar jendela mobil bermaksud untuk menghidup udara dengan bebas ditanah kelahirannya ini.

"Kejedot tiang listrik mampus lo," Kata Anora yang duduk disampingnya seraya menyilangkan kedua tangannya didepan dada, Gabriella mendengus malas.

"Sirik aja lo!"

•••

Setelah sekitar dua puluh menit perjalanan akhirnya mobil putih itu berhenti tepat didepan rumah mewah bernuansa Eropa dengan halaman luas disekelilingnya.

Seorang wanita paruh baya datang dengan berlari kecil. Gabriella tersenyum melihat keberadaan asisten rumah tangga yang telah bekerja sendari ia kecil menyambut kedatangannya.

"Bunda sama ayah ada Bi?" Tanya Gabriella kepada Bi Ola menyerahkan beberapa bingkisan digenggamnya.

Wanita itu tersenyum dan menjawab, "Ada non. Tuan sama nyonya ada diruang keluarga."

"Gaby kedalam dulu ya Bi, tolong bilangin sama Mang Eko antar koper Gaby kekamar."

Bi Ola mengganguk, "Siap non."

Gabriella diikuti teman-temannya memasuki rumah mewah tersebut. Matanya memerhatikan setiap inci rumah yang tidak ada perubahan masih sama seperti saat ia tinggal dirumah ini.

Manik indah Gabriella terhenti disebuah singel sofa yang diduduki oleh pria paruh baya yang tengah fokus membaca koran dengan posisi membelakanginya.

Gabriella menghampiri pria tersebut dari belakang dan memeluknya erat membuat sang empu terjengkit kaget akibatnya, "Ayah!" Seru Gabriella berbinar senang.

Geraldo Ammerson, pria berkepala empat berstatus sebagai ayah dari Gabriella. Pria itu tersenyum hangat membalas pelukan putri semata wayangnya.

"Kenapa ga bilang kalo udah sampe, hm?" Tanya Gerald mengelus lembut rambut coklat panjang Gabriella.

"Biar suprise," Gerald terkekeh pelan dan mengecup puncak kepala sang anak.

Anora, Audrey, dan Dyxie yang sendari tadi hanya memerhatikan mulai melangkah mendekat untuk menyalami pria yang telah mereka anggap sebagai ayah mereka sendiri, begitupun sebaliknya.

Gerald menyambut dan mengelus puncak kepala ketiganya sayang, "Ayo keruang makan, bunda udah masak banyak."

•••

Disinilah mereka sekarang pusat perbelanjaan terbesar dikota Jakarta. Setelah acara makan makan tadi mereka memutuskan untuk berbelanja kebutuhan sekolah untuk Gabriella yang akan bersekolah di SMA yang sama dengan ketiga sahabatnya.

"Gab, lo ga cape apa dari Sydney ke Jakarta 8 jam perjalanan, ditambah lo udah berdiri disana selama 2 jam lebih!" Cetus Dyxie yang diangguki oleh Anora, kedua gadis itu tampak kelelahan dan terduduk lesu disebuah kursi yang tersedia ditoko tersebut.

"Gue sejam aja udah capek anjir!" Lontar Anora memijat betisnya yang terasa pegal.

"Lebay. Ini bukan apa apa dibanding waktu lo dihukum berdiri didepan tiang bendera sampe jam istirahat!" Jawabnya masih sibuk memilih baju yang akan ia beli.

"Kalo ga dihukum juga gue gamau kali Gab," Balas Dyxie.

"Gimana ga dihukum kalo kerjaan lo aja bolos terus!" Terang Anora yang mendapatkan delikan galak dari Dyxie.

"Ngaca lo ketek kuda," Dyxie meraup kasar wajah Anora sebelum berlari menjauh dari sana guna untuk menghindari amukan gadis berbandana itu.

"Sialan lo, Xie! Sini lo, jangan lari!" Anora bangkit mengejar Dyxie yang berlari keluar dari toko pakaian ini.

Audrey memijat pelipisnya lelah, lelah akan sikap teman temannya.

•••


See you next part.

Zergan Xabiru Greyson Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang