BAB-6 WETON DAN PANTANGAN

41 4 0
                                    


BAB-6 WETON DAN PANTANGAN

"Jadi kamu lihat Mas Bayu jalan di pinggir pantai dan lama-lama malah kelihatan mau nyebur? Gitu?" Pak Amat mengulangi apa yang diceritakan oleh ana sulungnya itu.

"Nggih, Pak. Aku yang liaht Bayu mau kendang (hanyut) dibawa ombak ya jelas aku otomatis mau nolong, Pak. Anak orang kalau samapi matai ya gawat, Pak." Anton menceritakan dengan sorot mata yang bersungguh-sungguh.

Pak Amat sendiri yang melihat wajah anaknya yakin jika Anton pasti tidak akan berbohong. Apalagi keadaan Anto memang persisi seperti apa yang diceritakan.

Namun, masalahnya Bayu sendiri datang ke rumahnya dalam keadaan bersih dan kering. Tidak ada tanda-tanda sedikitpun jika dokter muda itu nekat terju ke laut. Dan itu membuat Pak Amat berpikir yang tidak-tidak.

"Mas Bayu sendiri gimana? Kamu yakin tadi nggak lihat anak saya pergi dari rumah kamu?" Pak Amat balik menatap Bayu yang masih duduk di kursi plastik dan bersandar di tembok kamar Anton.

"Saya nggak lihat Anton, Pak. Tadi saya sedang ada di dapur untuk cuci kaki. Terus Anton menepuk bahu saya katanya suruh cepat-cepat cuci kakinya. Anton tidak sabar dan balik lagi menunggu di depan. Tapi saat saya ke depan anak bapak sudah tidak ada. Saya pun langsung datang ke rumah bapak karena takut Anton marah atau bagaimana kok saya ditinggal sendirian padahal tadinya Anton ngajak saya pergi bersama." Bayu pun yang menjelaskan sama seperti Anton. Terlihat bersungguh-sunggubdan sama sekali tidak seperti orang berbohong dang mengada-ngada.

"Kok bisa? Yang ada kamu duluan tadi ninggalin aku pulang terus jalan maju padahal sudah aku panggilpanggil Tahu-tahu kamu malah belok dan langsung nyebur laut. Mana tadi ombaknya menggulung besar banget. Sekali libas habis kita." Anton tidak terima dengan cerita yang diutarakan oleh Bayu karena perkataan sahabatnya itu menurut Anton sangat jauh berbeda dengan apa yang dirinya alami.

"Lah mana mungkin aku nyebur laut sore-sore, Ton. Apalagi hampir magrib. Kamu sepertinya berhalusinasi deh Ton. Lihat! Buktinya bajuku ini kering loh dan akua da di rumahmu pas warga bawa kamu kesini. Tanya Arum sama Pak Amat kalau tidak percaya." Bayu pun berusaha meyakinkan Anton jika dirinya itu tidak berbohong. Bayu bahkan menunjuk pakaian yang tengah dirinya kenakan dan memang kering, bersih, sama sekali tidak terkena air laut.

"Aduh, mumet aku!" Anton yang semakin pusing kepalanya karena memikirkan apa yang terjadi pun memegangi kepalanya dan merebahkan pasrah tubuhnya di kasur.

"Ya sudah, kamu istirahat saja. Jangan mikirin yang macam-macam. Nanti malam bapak biar tirakat dulu. Kamu istirahat saja." Pak Amat menepuk pelan kaki sang anak.

"Saya gimana, Pak?" Bayu menunju dirinya sendiri. Jujur saja lelaki muda itu takut balik ke rumahnya sendiri karena jalanan sudah gelap.

"Mas bayu tidur di rumah sini saja. Perasaan bapak tidak enak kalau Mas Bayu pulang sendirian. Beso pagi kalau matahari sudah terbit atau kalau langit sudah benar-benar terang Mas Bayu baru boleh pulang ke rumah." Pak Amat menatap Bayu dengan tatapan yang entah.



yok ke izzo. sudah sampai bab 26 loh. Gratis kok. yok ramaikan

ABDI LAWANG KERATONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang