C-6

162 21 0
                                    

Alice dan Minhe  datang menjenguk Renjun. Saat mereka datang, princess Mark dan jaemin ini segera memeluk renjun dan meminta sang kakak menaikan tubuh pendeknya ke atas ranjang persakitan. Menyingkirkan Ayden yang sedang bermanja dengan babanya. Si cantik ini bahkan tak peduli dengan protesan wish yang terkejut.

" astaga Alice pelan-pelan nak. Kau membuat kakak wish dan kak Ayden terkejut." Renjun menegur lembut si cantik itu.

" Baba Injun lice Lindu. Baba Ndak pulang. Adahal lice au bobo cama baba. Kak Minhe kelas Ndak nak uat yukk." Sambil nendudal di lengan renjun, si cantik ini mengutarakan isi  hatinya.

* Dek... Babanya jangan ditindih dong. Perutnya masih sakit itu. Ba maaf ya kadang dia suka drama ga jelas. " Minhe mencoba menjauhkan si kecil dari area sensitif renjun pasca operasi. Selain itu juga ia merasa ngeri dengan semua aura tak bersahabat itu.

" Hahaha. Tak apa nak, kalian kesini sendiri atau dengan mommy? Kak Sungchan tidak ikut?". " Kami dengan mommy, kak Sungchan masih di perusahaan bersama daddy. Tadi mommy bilang mau ambil data-data pasien dulu nanti akan menyusul."

Renjun dan Minhe itu perpaduan yang pas saat mereka bercerita atau diskusi. Selama renjun disini Minhe lebih banyak ekspresi dan menunjukkan jiwa kekanakannya di depan renjun. Maklum anak tengah.

" Ohh.. jie, wish ini Minhe anaknya aunty Nana dan uncle Mark. Dia jarang ikut ke Korea jadi mungkin kalian tidak tau. Adek ga boleh cemberut. Ini Alice adeknya adek juga lho." Dengan sabar Renjun menjelaskan dan mengenalkan mereka.

" Kalau yang dicana ciapa ba?" Tunjuk si cantik kearah sofa.

"  Ohh itu kak chenle dan uncle Jeno ayahnya kakak-kakak ini." Gemas renjun cubit pipi berlemak Alice. Andai putrinya nanti bisa melihat dunia akan secantik apa putrinya itu. Memikirkan ini membuat Renjun menjadi lemas dan sakit lagi.  Dadanya terasa nyeri dan keringat mulai membanjiri wajah ayu itu. Chenle yang sejak tadi memperhatikan babanya segera bangkit dan mengambil tisu lalu mengelap keringat itu. Tangannya membawa babanya kedalam pelukannya.

" Baba... Baba tenang ya lele dan adik-adik disini."

Jeno segera memanggil jaemin dan melaporkan kondisi renjun supaya lekas ditangani.

Setelah ditangani renjun sudah lebih tenang. Ia mengusap wajah Chenle dan memeluknya. Meminta pada anak sulungnya itu menuju taman. Awalnya Chenle menolak karena takut babanya masih sakit dan butuh istirahat tapi setelah aunty Nananya  mengijinkan akhirnya mereka berada di taman. Melepas rindu dan bercanda gurau seperti biasanya. Dari kejauhan keluarga mereka menyaksikan dua lelaki manis itu. Chenle benar-benar kembali hidup setelah bertemu babanya, seakan lupa bila mereka tak memiliki ikatan apapun.

" Lihat mereka! seperti dunia milik berdua saja. Chenle benar-benar tampak hidup sekarang." Taeyong berkata sambil tersenyum. Bila Omanya tampak bahagia, wish lebih merasa iri. Dari semua saudaranya hanya dia yang tak pernah ada kesempatan dekat dengan babanya. Ia pergi dari sana menyisakan pandangan sendu dari ayahnya. Yuta menyusul cucunya itu. Kakek itu sedari tadi memperhatikan cucunya itu.

......

"Wish"

" Ya?"

Yuta duduk disamping cucunya sambil merangkul pemuda yang mirip mantan menantunya itu. " Mengapa kau pergi? Ada sesuatu yang menggangu pikiranmu nak?" Masih dengan posisi yang sama mereka saling memandang satu sama lain.

" Kakek bolehkah wish benci kak Lele? Dia mengambil baba dari wish. Tadi wish ingin dengan baba tapi, baba malah bahagia dengan dia. Baba juga mendahulukan dia daripada wish dan adik-adik. Dia bukan anak baba tapi mengapa baba lebih sayang dia?" Wish meluapkan semua perasaannya pada kakeknya. Dengan menggebu-gebu.

" Nak, kamu tidak salah bila merasa iri hanya saja jangan berlarut-larut ya. Baba sayang semua anaknya. Chenle walaupun bukan darah dagingnya, dia yang membuat  baba menjadi orang tua pertama kalinya. Kalian adalah darah dagingnya maka kasih sayangnya tak akan pernah terganti dengan apapun. Nyawa saja ia pertaruhkan agar kalian dapat melihat dunia iyakan?" Sambil tersenyum dan membelai rambut cucunya itu Yuta menjelaskan perlahan.

"Ingin dengar satu cerita?"  "Apa itu kek?"

" Babamu itu seperti nenek Doy. Dia menjadi ibu untuk pertama kalinya bukan dari anak kandungnya tapi anak sahabatnya. Kasarnya babamu meniru nenek. Nenekmu sangat menyayangi babamu Tampa membedakan dengan dua pamanmu. Tapi kamu ingin tahu siapa yang merasa iri?" Yuta menjeda ceritanya ingin tahu reaksi wish. Wish menggelengkan kepalanya tanda tak tau. " Babamu yang kerap merasa iri dan kecil. Padahal saat nenek lebih mengutamakan babamu kedua pamanmu tak mempermasalahkan bahkan mereka berkata bahwa baba harus dikasihi lebih banyak. Babamu merasa tak pantas mendapat kasih sayang berlebih dari nenek padahal kedua adiknya yang notabenya anak kandung tak sebanyak dirinya. Mungkin itu juga yang dirasakan kakakmu saat tahu bahwa orang yang ia anggap ibunya ternyata bukan orang yang melahirkannya.jadi babamu ingin menghibur sedikit.wish daripada yang lainnya babamu paling sayang padamu. Saat kau masih dalam perut dan belum tahu bahwa ada bayi kembar didalamnya. Dia kerap berkata baby w, baby w. Namamu itu baba yang merangkainya. Kamu adalah harapannya. Harapan bisa bersatu dengan ayahmu, tapi pil pahit kembali babamu telan. Kau taukan maksud kakek?" Wish mengangguk ia sudah tau semuanya. " Tidak boleh begitu lagi ya nak. Kakek mau ke kamar mandi dulu kamu mau disini atau keruangan baba?" Sambil berdiri Yuta sudahi sesi cerita.

"Wish disini dulu kek."

Setelah kepergian Yuta, wish memandang langit senja itu dalam diam sebelum telepon berbunyi dan nomor Jisung yang tertera mengabarkan babanya masuk ruang ICU. Berdegup kencang jantung wish. Matanya berkaca-kaca inginnya ia cepat menemui babanya. Tidak peduli umpatan orang yang ia tabrak, ia hanya ingin cepat sampai.

Ada apa dengan babanya? Bukannya tadi dia sudah nampak sehat? Atau mungkin babanya, tidak babanya pasti bertahan. Malaikatnya pasti akan terus bersamanya.

.......

Tbc

Complicated (RJN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang