Jakarta selatan, 23 April 2007
"Ingat ram! Dia gadis SMA, kau tak boleh memandangnya seperti itu! Kau mengerti?"
Ucapan itu tergiang-ngiang di kepala Bram, matanya bergulir menatap gadis yang sedang duduk santai di atas ayunan kayu di tepi pantai, Sedikit tarikan naik pada kedua bibirnya, lalu kembali pada wajah semula, datar. Takkala mengingat jika ini telah sore, namun ia belum juga kembali di mansion bersama gadis itu. Padahal matahari sudah hampir terbenam.
Semilir angin menerpa wajah bram, ia membuka kacamatanya lalu menyimpannya di saku kemeja hitamnya, lalu menghampiri gadis itu.
"Nona belum ingin kembali? Matahari sudah hampir terbenam."
Angin yang menerpa wajah gadis itu membuat beberapa helai rambutnya terbang, wajahnya yang putih bersih terterpa sinar sunset, ciptaan Tuhan yang satu ini sangat sempurna di mata Bram.
"Nona Cessa?" Panggil Bram sekali lagi.
"Hah!"
"Nona tak ingin kembali? Ini sudah sore"
Gadis yang di panggil Cessa tersebut hanya menghiraukan ucapan Bram lagi dan lagi. "Tunggu matahari hilang dulu om"
"Bagaimana caranya matahari hilang nona?" batin Bram
"Huhh... Baiklah Nona" Bram menghela nafas nya, selalu saja seperti ini.
Suasana kembali sunyi, hanya suara kicauan burung terdengar dan air di tepi pantai yang bertubrukan dengan batu karang.
"OM.... om liat om, itu matahari nya udah mulai turun om, OMM..ini cantik bangettt!!"
Teriakan antusias dari Cessa menyadarkan Bram dari lamunan nya, lalu menatap gadis itu, benar, dia terlihat senang bahkan berdiri sambil menunjuk-nunjuk sanset itu. Ada-ada saja, apakah ia terlihat seperti ayah yang sedang menemani anaknya untuk bermain? Mungkin.
Bram menghampiri Cessa, mensejajarkan dirinya dengan Cessa, "Iyah nona, itu sangat indah, haha"
Cessa menatap Bram dengan datar, mood nya langsung berubah saat mendengar nada Bram. "Om ngga seneng!?" tanyanya dengan alis menukik.
"Eh-ehh tidak, saya tidak bermaksud begitu nona" Bram menjawab dengan kikuk, huhh hampir.
"Udah deh, aku ngga mood lagi, aku mau pulang aja, om ga asik"
Setelah itu, Cessa berjalan lebih dulu di hadapan Bram dengan langkah di hentak-hentak, mirip anak kecil yang merajuk pada ayahnya sebab tak di beri mainan, munkin itu pandangan orang-orang pada keduanya.
Mereka telah sampai di mobil sport milik Bram, sebelumnya ini adalah milik Ayah Cessa namun karena ia adalah bodyguard Cessa maka dari itu ia telah bertanggung jawab sepenuhnya pada mobil ini, alias mobil ini telah menjadi miliknya.
Bram lebih dahulu berdiri di samping kap mobil, lalu membuka pintu mobil tersebut mempersilahkan Cessa memasukinya, jika seperti ini, Cessa merasa dirinya Ratu di atas awan, huhh!.
"Untuk keamanan, nona silahkan gunakan sealbet nya" Ucap Bram.
"Pingimin nini, nyenyenye"
"itu juga untuk keselamatan anda nona" Ucap bram, lalu mengalah pada nona kecilnya ini.
Dalam perjalanan pulang, Bram sibuk menyetir dengan wajah datarnya, sedangkan Cessa lebih memilih berselancar pada dunia maya, cessa rasa sudah lama ia tak melihat akun ig nya itu, bahkan notifikasi membanjiri akunnya, tentu saja ia kan sala satu selegram di instagram.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Bram
Teen Fiction"Tujuan utama mu hanya menjaganya, bukan memilikinya!" Tujuan utamanya hanya menjaga Cessa bukan jatuh hati pada perempuan berparas cantik itu.