•••
Raga mengemudikan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Disampingnya terdapat sahabatnya, Alaska yang sudah tepar tak sadarkan diri.
" Jangan anter gue—" huek..
Raga menghembuskan nafas kasar, sehabis ini ia akan menyuruh orang untuk membersihkan mobil kesayangannya.
Karena sahabatnya itu muntah. " Lo kalo mabok, nyusahin orang. " gumam Raga.
" Jangan anter gue ke mansion. "sela Alaska menahan Raga sebelum ia kembali terkapar.
Raga menyerit bingung. " Terus kemana? "
•••
Arumi terbangun dari tidurnya. Ia melamun sesaat, masih dengan wajah yang pucat dan tatapan yang kosong. Gadis itu beranjak turun dari kasur berjalan menuju lantai bawah.
Gelap. Menandakan hanya ia yang berada di sana. Ia segera menyalakan lampu dapur, membuka pintu kulkas lalu mengambil botol berisi air dingin. Saat ingin kembali ke kamar, langkahnya terhenti, ia dikagetkan dengan langkah dari ruang utama.
Arumi trauma, takut kejadian kemarin malam kembali terulang. Ia mengumpulkan niat untuk menghampiri siapa yang melangkah di ruang utama di jam 12 malam ini.
Namun, suara serak seseorang lebih dulu mengagetkan nya. "Kamu tidak tidur? " keningnya nampak menyerit heran, pasalnya sudah pukul 12 malam.
Arumi yang diserang rasa kaget menjawab, " Aku kebangun mas, dan mutusin kedapur buat ambil air. "ucap Arumi gugup.
Biasanya ia lebih dulu menyiapkan botol minum untuk di bawa kekamar agar dia tidak perlu repot-repot kedapur lagi, tapi untuk beberapa malam ini ia sering lupa menyiapkannya.
" Mas, baru aja pulang? " tanya Arumi basa-basi.
Pria itu hanya mengangguk, berjalan mengambil gelas, menuangkan air, lalu meneguknya hingga tandas. Semua itu disaksikan seksama oleh Arumi.
"Mas... " panggilnya masih setia berdiri mengurungkan niat kembali ke kamar untuk melihat setiap gerak-gerik Alaska.
Alaska yang merasa dipanggil menoleh kearah sumber suara dan menatapnya seolah mengatakan "Ada apa? "
" A—anu.. emm itu.. "
Arumi seketika ragu untuk terus melanjutkan kalimatnya. Alaska menghembuskan nafas kasar, kepalanya pening karena masih dikuasai alkohol.
"Apa, Ar? Kalau tidak penting saya tinggal. "
"Aku ingin mas jawab dengan jujur, apa mas tertekan sama pernikahan ini?" cicit Arumi menundukkan pandangannya kebawah.
" Hm? "
" Lupain aja, ga penting. " ucapnya terkekeh kaku.
" Yaudah kalo gitu, aku duluan, mas. "
Alaska mencekal tangan Arumi. "Atas kepentingan apa kamu menanyakan hal itu?"
Arumi diam sejenak, " Jika iya mas tertekan. Aku bersedia kok mengakhiri hubungan, ini. " pelannya diakhir kalimat.
Pria itu tersenyum miring, ia melangkah mendekat menuju Arumi. " Pikirkan dulu sebelum berucap, kamu terlihat ragu? " ejeknya menatap remeh.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARUMI [HIATUS]
Literatura Feminina"Tolong, jangan hancurin masa depan yang udah lama saya rancang bersama, Maureen. " • • • • • ⚠️JANGAN COBA-COBA MENDEKAT KALO CUMAN MAU PLAGIAT/MENJIPLAK KARYA KU. HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH TUHAN.