Prolog

7 1 0
                                    

Hai Peri Manisku. Selamat merayakan anniversary pertama kita. Maaf, karena menjadi pecundang dan melanggar janji yang kubuat untuk selamanya bersama berhadapan dengan kelitan semesta. Maaf, karena aku tidak berhasil menuntaskan misiku untuk menjaga setetes air mata agar tidak jatuh ke pipi lembutmu. Maaf juga karena menjadi alasan jatuhnya hal paling berharga yang selama ini kujaga segenap raga. Sebenarnya, aku tidak ingin bercerita tentang rapuhnya aku di depan kamu, aku ingin dikenal sebagai laki – laki tegar yang selalu menjaga apapun tentang kamu. Tapi, diluar kendaliku, kamu sendiri yang tahu soal kerapuhan yang selama ini kusimpan. Aku pernah berjanji waktu itu kan, waktu senja mengedarkan semburatnya di semesta, aku tanya kalau

Kamu suka senja, Na?

Lalu, jawaban kamu begini

Iya aku suka, kenapa?

Kamu ingat kan Na? Waktu itu, aku belum menemukan jawaban tepat untuk pertanyaan rumit ini. Atau lebih tepatnya aku memilih bersembunyi dari pertanyaan yang kubuat sendiri. Jadi Na, ini jawaban pertanyaan rumitmu.

Aku juga suka senja Na. Aku suka senja bukan karena warnanya yang orang – orang sebut indah, tapi karena singkat senja itu ada. Aku berharap kamu bisa memahami bagaimana permainan semesta seperti waktu senja Na. Kamu pasti mengerti ini.

Ini sudah terlalu lama Na. Bagaimana? Apa penggantiku lebih baik? Kalau ada yang berani menjatuhkan air dari pelupuk mata indah yang selalu kujaga itu, bilang saja padaku. Ah, aku hampir lupa, ini hanya candaanku. Aku rindu melihat lengkungan indah di pipimu, semenjak hari itu kamu selalu bermain dengan kesepian. Aku minta maaf karena tidak bisa menarik lengkungan itu sendiri di pipimu. Tapi Na, kamu harus tahu sesuatu.

Aku menugaskan hatiku untuk selalu menjaga kamu."

Tersenyumlah Na, tertawalah seperti biasanya. Kembalilah seperti Faruna yang kukenal. Kamu harus percaya Na, aku bersama kamu di manapun, di setiap malam aku juga selalu membisikan kalimat pengantar tidurku seperti biasanya. Dan Runa, Peri Manisku, semangat hidupku. Terima kasih karena mengijinkanku bersama gadis sesempurna kamu, terima kasih karena menjadi alasanku mati – matian melawan virus mematikan yang semakin hari merapuhkan kekuatanku. Percayalah, aku menunggu kamu di surga nanti Na. Aku sayang kamu peri manisku.

Aku lebih sayang sama kamu .  Aku cinta kamu. "

SendyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang