BAB KETIGA

0 0 0
                                    

Aku memasuki sebuah toko antik yang tertutup di sudut kota. Suara lonceng berdenting saat aku membuka pintu, mengingatkan pemilik toko akan kehadiranku. Ruangan itu dipenuhi dengan berbagai artefak bersejarah yang menggantung di dinding dan berjejer di rak-rak kayu.

Pemilik toko, seorang pria tua dengan janggut putih yang panjang, mengangkat kepalanya dan tersenyum ramah ke arahku. "Selamat datang, anak muda. Apa yang bisa saya bantu?"

Aku melangkah ke arahnya dengan langkah mantap. "Saya mencari artefak atau benda-benda bersejarah yang mungkin memiliki hubungan dengan legenda-legenda Tiongkok kuno."

Pria tua itu mengangguk dengan pengertian. "Anda mencari petunjuk yang tersembunyi dalam cerita-cerita yang terlupakan. Sungguh menarik. Mari, ikuti saya."

Kami berjalan melewati rak-rak penuh dengan patung-patung dan vas-vas kuno. Pria tua itu berhenti di depan sebuah meja kayu tua yang penuh dengan gulungan kertas dan kotak-kotak kecil yang tertutup rapat.

"Dalam kotak-kotak ini, Anda akan menemukan artefak-artefak langka yang terkait dengan legenda-legenda kuno," kata pria tua itu sambil membuka salah satu kotak. Ia mengeluarkan sebuah medali perunggu dengan lambang yang rumit di permukaannya. "Ini adalah medali dari era dinasti tersebut. Katanya, medali ini diberikan kepada jenderal yang berani dalam pertempuran dan cinta terlarang."

Aku memegang medali itu dengan penuh keterpesonaan. Merasakan getaran yang kuat di dalamnya, seakan medali itu menyimpan sejuta kisah yang tak terungkap. "Apakah Anda memiliki petunjuk lain yang bisa membantu saya dalam perjalanan ini?"

Pria tua itu mengangguk dan mengambil sebuah gulungan kertas yang dilindungi dengan hati-hati. Dia membukanya perlahan, mengungkapkan sebuah peta yang rumit dan berusia ratusan tahun.

"Inilah peta yang mengarahkan ke situs kuno yang terkait dengan legenda tersebut. Namun, hati-hati, pemuda. Situs itu dijaga ketat dan mungkin ada orang-orang yang tidak ingin kebenaran terungkap," kata pria tua itu dengan serius.

Aku merasakan adrenalin membanjiri tubuhku. Peta itu adalah jejak berharga yang akan membawa aku lebih dekat ke kebenaran yang tersembunyi. Namun, bahaya yang mengintai menjadi semakin nyata. Aku harus waspada dan siap menghadapi setiap rintangan yang mungkin terjadi.

Terima kasih kepada pemilik toko, aku meninggalkan tempat itu dengan medali dan peta di tangan. Aku merasa semakin dekat dengan kebenaran yang telah lama terpendam. Namun, aku juga menyadari bahwa jejak yang aku ikuti semakin berbahaya dan misterius.

Aku memasuki kendaraanku dan melihat peta di atas meja penumpang. Aku mengamati setiap detail dan mencari tahu lokasi situs kuno yang tersembunyi. Mataku terpaku pada satu nama: Gunung Jiulong.

Gunung Jiulong terkenal karena keindahan alamnya, tetapi juga memiliki cerita rahasia yang tersembunyi dalam rerimbunan hutan lebatnya. Inilah tempat yang harus aku jelajahi, tempat di mana jejak-jejak mimpi tersembunyi akan terungkap.

Dengan hati yang berdebar, aku memacu kendaraanku menuju Gunung Jiulong, menantikan petualangan yang menanti di sana. Aku harus siap menghadapi tantangan, mengungkap rahasia yang tersembunyi, dan menemukan kebenaran yang telah terpendam selama berabad-abad.

Dengan penuh semangat, aku melaju ke Gunung Jiulong, tempat di mana jejak-jejak mimpi tersembunyi akan terungkap. Suasana di sekitarku berubah saat aku meninggalkan kota dan memasuki daerah pedesaan yang dipenuhi oleh pepohonan hijau yang menjulang tinggi.

Perjalanan menuju Gunung Jiulong membawa aku melewati jalan berkelok-kelok yang menantang. Aku melintasi sungai yang deras dengan air yang mengalir dengan riak yang indah. Aromanya yang segar dan keindahannya yang alami membuatku semakin tertarik dengan petualangan ini.

Setelah beberapa jam perjalanan, aku akhirnya tiba di pintu gerbang Gunung Jiulong. Sebuah prasasti tua yang terukir dengan indah menyambut kedatanganku. Tulisannya berbunyi, "Selamat datang di Gunung Jiulong, tempat yang menyimpan misteri dan sejarah tersembunyi."

Aku melangkah masuk ke dalam kawasan gunung yang memukau ini. Hutan lebat mengelilingiku, dengan pohon-pohon raksasa menjulang tinggi ke langit. Suara alam bergema di sekelilingku, menciptakan suasana magis yang tak terlupakan.

Menggunakan peta yang aku dapatkan dari pemilik toko antik, aku melacak jejak yang mengarah ke situs kuno. Menelusuri jalan setapak yang dilanda rerumputan liar, aku merasa seperti menjelajahi dunia lain yang tersembunyi di balik keseharian.

Perjalanan itu tidaklah mudah. Aku melewati tebing curam, menyusuri lembah yang dalam, dan menyeberangi sungai yang ganas. Namun, setiap rintangan yang aku hadapi hanya membuat tekadku semakin kuat. Aku tahu bahwa setiap langkah membawa aku lebih dekat pada kebenaran yang kucari.

Setelah berjam-jam berjalan, aku tiba di sebuah lembah yang tersembunyi di antara gunung-gunung yang menjulang tinggi. Di sana, aku melihat reruntuhan bangunan kuno yang menjadi saksi bisu dari sejarah yang hilang.

Aku memasuki reruntuhan dengan hati-hati. Di antara puing-puing dan dinding yang runtuh, aku merasa ada energi yang kuat. Ruangan yang sekarang kosong dan hampa dulu pernah dipenuhi oleh orang-orang yang hidup dalam legenda itu. Aku merasa seakan-akan bisa mendengar bisikan-bisikan masa lalu.

Aku berkeliling di dalam reruntuhan, mencari petunjuk-petunjuk yang mungkin tersisa. Mataku terpaku pada sebuah prasasti batu yang masih utuh. Dalam diam, aku membaca tulisannya yang terpahat dengan jelas.

"Inilah tempat di mana jenderal legendaris dan putri terlarang bertemu. Di sinilah kisah cinta mereka mencapai puncaknya, meski dibayangi oleh konflik dan bahaya."

Hatiku berdebar kencang. Aku merasa semakin dekat dengan kebenaran yang kucari. Tetapi sesuatu yang tidak beres. Aku merasakan bahwa aku tidak sendirian di dalam reruntuhan ini.

Mengandalkan naluriku, aku bergerak perlahan-lahan ke arah suara yang terdengar. Dan di balik pilar-pilar yang hancur, aku melihat seseorang yang berdiri di hadapanku.

Dia adalah seorang pria berpakaian serba hitam, dengan tatapan tajam dan wajah yang penuh dengan teka-teki. Dia tersenyum, namun senyum itu tidak membawa kehangatan, melainkan rasa ancaman yang tak terucapkan.

"Kau tampaknya memiliki minat yang sama denganku, pemuda," katanya dengan suara bergetar.

Aku menahan napas, siap menghadapi apa pun yang akan datang. Perjalanan ini semakin rumit dan misterius. Namun, aku tidak akan mundur. Aku harus melanjutkan perburuan ini, mengungkap rahasia yang tersembunyi, dan menemukan kebenaran di balik misteri Gunung Jiulong.

Whispers of Destiny: Tracing the Veiled DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang