Arai namanya

25 4 1
                                    

Sebagian orang senang melihat bagaimana gemerlap kehidupan mewah seorang artis. Dan terkadang ingin menjadi seperti mereka. Terlihat sangat hebat dan menyenangkan. Akan banyak orang yang menyapa dan meneriakkan nama mu kemana pun kamu berjalan.

Namun tidak demikian dengan Arai. Dia tidak pernah membenci orang yang berprofesi sebagai artis, tapi dia tidak pernah ingin menjadi bagian dari mereka.
Menurutnya itu adalah kehidupan yang membosankan, sekaligus menakutkan. Karena makin terkenal kamu, makin banyak orang yang tertarik dan memperhatikan segala hal tentang mu. Hingga hal terkecil dalam dunia mu.

"Hey, maju ke depan!" Seru seorang pria paruh baya pada Aksa yang membuyarkan lamunannya.

"Jangan hanya melamun" lanjut pria paruh baya itu yang ternyata bernama Wahyu, sambil tersenyum menatap Arai.

Dan Arai hanya tersenyum kikuk sambil maju ke barisan depan.

"Yang benar saja, bagaimana bisa aku berakhir di sini" Arai menjerit dalam hati.

Pasalnya dia yang tidak pernah tertarik untuk menjadi seorang aktor. Kini dia sendiri yang datang untuk casting sebuah film. Film ini bahkan belum resmi dibuat sudah menjadi perbincangan banyak orang. Karena diadaptasi dari cerita wattpad yang telah dibaca jutaan kali dan di gandrungi banyak orang.

"Kak arai yah?" Tanya seseorang yang duduk di sampingnya.

"Iya?" Balas Arai dengan wajah bingung

"Itu kak, namanya di panggil"

Arai ternyata melamun lagi hingga tidak mendengar namanya diteriakkan. Namun dia tetap berjalan dengan santai menuju bilik ruangan tempat mereka di casting.

"Ternyata kamu lagi toh, kerjaannya melamun mulu dari tadi!" Kata Wahyu geleng-geleng kepala melihat pemuda satu ini.

Arai menghela napas panjang. Dia benar-benar tidak menyukai berada dalam situasi seperti ini.

Bayangkan saja, setelah disuruh untuk memperkenalkan diri. Arai diminta untuk berpose, mulai dari tampak depan, samping kiri, dan samping kanan. Setelah itu, Arai mulai melafalkan beberapa diaglog disertai mimik wajah yang sekiranya membantu menampakkan karakter yang di perankan olehnya. Arai memilih untuk mengambil peran pendamping yang tidak memiliki banyak dialog. Dia cukup tahu diri akan potensi aktingnya.

Selang beberapa jam kemudian, Arai akhirnya menyelesaikan rangkaian castingnya pada hari ini. Dan melempar dirinya di kasur yang dia rindukan dari tadi pagi.

"Gimana castingnya hari ini?"

"Keterima gak?"

"Kamu ambil peran jadi Aksa kan?"

"Saingannya susah atau gimana?"

"Eh emang yang ikut casting berapa orang?"

Pertanyaan membabi-buta dari kakaknya sangat menjengkelkan. Arai hanya berjalan gontai menuju pintu kamarnya.

"YAHKKK..ADEK DURHAKA YAH KAMU!" teriak sang kakak karena di dorong keluar dengan paksa dan dikunci kan pintu di depan wajahnya oleh Arai.

Pilihan terbaik yang Arai lakukan saat ini adalah tidur. Tidur untuk mengobati rasa lelahnya hari ini.





Arunika Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang