Setelah melakukan kesepakatan antara Galvin, Kai langsung pergi ke sebuah Indomaret terdekat untuk membeli es krim.
Satu kantong plastik besar berhasil di tenteng oleh Kai dan isinya tentu saja es krim, sesuai keinginan sang adik.
Dengan was-was, Kai celingak-celinguk keadaan sekitar hanya sekedar memastikan tidak ada orang yang melihat nya. di rasa aman, dia langsung memasuki lift.
Di lantai 3, Kai melangkah menuju kamar Galvin. ia membuka pintu kamar adiknya dengan hati-hati, takut menimbulkan suara dan berdampak membangunkan para penghuni mansion ini. mengingat ini sudah hampir jam 12 malam.
Dapat di lihat, si kecil sedang tertidur dengan Ken yang menemaninya sembari memeluk anak itu. Kai berdecak kesal melihat ada kembaran nya di sana. perlahan tapi pasti Kai mulai mendekati Galvin.
"Ino"
Dengan suara sekecil mungkin, Kai mencoba membangunkan Galvin sembari menusuk-nusuk pipi gembul anak itu. "Ino, bangunlah. abang sudah membawa kan mu es krim" ucap Kai sepelan mungkin.
Merasa terganggu dengan pipinya yang terus di tusuk-tusuk, akhirnya anak itu membuka matanya perlahan.
"Bang Kai?" panggil Galvin serak.
Kai menempel kan jari telunjuknya di depan bibir nya sendiri, memberikan isyarat agar anak itu tetap diam dan jangan bersuara. pasalnya Ken ada di sini. kalo tidak ada itu tidak akan jadi masalah untuk nya.
"Abang membawakan mu es krim, ayo ikut abang ke kamar. di sini tidak aman karena ada bang Ken" bisik pemuda itu.
Galvin menganggukan kepalanya, beralih menatap Ken yang tertidur pulas.
Dengan gerakan hati-hati, Galvin mencoba menyingkirkan tangan Ken yang memeluk perut nya. awalnya Ken merasa terusik, namun ketika Galvin mencium pipi pemuda itu, dia malah tersenyum dengan mata terpejam.
Setelahnya dia kembali tidur dengan nyenyak dan tidak terusik kembali. sepertinya Ken merasakan mimpi indah, hingga ia bisa kembali tidur dengan nyenyak dan tentram.
Kai berdecih melihat kembarannya di cium apalagi melihat Ken masih tersenyum dengan mata terpejam. "Sialan" batin Kai kesal sekaligus cemburu.
Galvin menghela nafasnya lega, melihat Ken tidak jadi terbangun dan malah semakin nyenyak tidurnya. "Hampir aja" gumam anak itu, menuruni kasur.
Kai menggenggam tangan Galvin yang terlihat sangat mungil di genggamannya. "Ayo, Ino"
.
.
.
Sesampainya di kamar Kai, Kai langsung mengunci pintu kamarnya dan berjalan menuju sofa, dimana Galvin sudah menunggunya di sana.
Untuk sekarang rasa kantuk anak itu sudah hilang dan sudah digantikan rasa tidak sabaran untuk menyantap es krim nya.
Kai terkekeh gemas, mengacak-acak rambut adiknya. ia gemas dengan tatapan berbinar sang adik. sepertinya Galvin sudah tidak sabar untuk mencicipi es krim yang sudah ia beli tadi.
"Wahh es krim nya banyak banget bang!!" pekik anak itu.
"Apa kau suka, Ino?"
"Suka banget!! makasih abang!!"
Kai tersenyum memberikan es krim pada Galvin, dan dengan cepat anak itu menikmatinya. merasa diperhatikan anak itu menoleh ke Kai dengan area wajah belepotan.
"Abang mau?" tanya Galvin mendekat kan es krim nya ke bibir Kai. namun pemuda itu malah menggeleng kecil.
"Tidak. kau habiskan saja es krim nya" ujar Kai lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Galvin Malvelino
Teen FictionGalvin Malvelino adalah remaja berusia 15 tahun yang tidak pernah membayangkan kalau ternyata dia adalah anak bungsu dari keluarga mafia yang bermarga Alvarendra yang selama ini telah hilang dan di cari-cari oleh keluarganya. Galvin yang dasarnya me...