Prolog

4 2 1
                                    

Tau sifat dasar magnet?

Apabila kutub magnet yang sejenis didekatkan satu sama lain, kedua kutubnya akan saling tolak menolak. Sebaliknya, jika kutub magnet yang berbeda jenis didekatkan satu sama lain, maka keduanya akan saling tarik menarik.

Mungkin penemuan serendipity yang ditemukan oleh rakyat Yunani di kota Magnesia tersebut tidak berlaku untuk kedua insan yang sedang berdiri dengan tangan di telinga dan satu kaki diangkat di bawah terik sang surya saat ini.

Bagaimana tidak? Bak sepasang tokoh pada kartun Tom and Jerry, mereka selalu berselisih karena hal kecil yang membuat mereka berakhir di lapangan.

Dan lihatlah sekarang, Qaireen dan Athanza bahkan masih memperdebatkan hal yang sama sebelum mereka dihukum pada situasi yang berbeda.

"Terserah! Pokoknya gue ga mau tau, tuh proposal harus jadi sekarang!"

"Lo bego, hm? Liat sekarang kita lagi apa!"

Qaireen berdecak, "sebelum istirahat, semuanya harus udah clear! Gue ngga mau dicap ga becus gara-gara lo, bangsat!"

"Ga usah kasar! Nanti gue kerjain," ujar Athanza mengalah. Jika tidak, mungkin Qaireen sudah menceramahinya lebih lama karena ketidaksengajaanya membakar semua proposal kegiatan OSIS yang telah dikerjakan seharian oleh gadis itu.

Lagian, salah siapa meletakkan kertas-kertas itu di mejanya?

"Hoi!" panggil seseorang.

"Lempar bolanya kesini!" pintanya menyadarkan mereka bahwa ada sebuah bola dengan warna hitam putih menggelinding di bawah kaki Qaireen.

Baru saja hendak bergerak, Athanza menyeletuk, "sedikit aja lo gerak, gue jamin hukuman lo ditambah!"

"Sinting!" hina gadis itu menghiraukan ancaman Athanza.

Bersamaan dengan Qaireen yang menunduk untuk mengambil bola, bel tanda pergantian jam pun berbunyi.

Qaireen dan Athanza seketika berjalan menuju pohon besar untuk berteduh.

"Bola gue gimana?"

°°°

Saat ini, Qaireen tengah berada di kediaman Satria Antero, sepupunya. Dengan rambut yang telah diikat keatas bak Ariana Grande, gadis yang memakai dress berwarna biru itu terlihat duduk dengan anggun tanpa terusik sedikitpun oleh tingkah Satria yang memainkan rambut indahnya.

"Tumben amat, mau kondangan ke mana?"

Qaireen berdecak, "udah gue bilang, bukan kondangan!"

"Lo emang setumben ini make dress, Qai. Siapa yang ngga curiga?"

Ucapan Satria membuat Qaireen mengulum senyumnya, gadis itu kemudian tertawa sambil menatap Satria penuh makna.

"Serem, asu!"

Tak lama kemudian, suara langkah kaki yang ditunggu-tunggu pun berbunyi, membuat kedua insan tadi mengalihkan pandangannya pada wanita yang tak lain ialah nyonya keluarga Antero, Fezha.

"Ini mami juga ngapain pake dress ungu? Papi masih idup loh, mi!"

"Anak kurang ajar! Kamu nuduh mami janda!?" garang wanita tersebut mengangkat tas putihnya seolah ingin memukul anak laki-lakinya menggunakan benda bernilai jutaan itu.

"Udah, ah! Gue sama tante Fezha cabut dulu, jangan lupa nyuci piring!" pesan Qaireen menengahi perdebatan tak berujung antara sepasang ibu dan anak itu.

Jam telah menunjukkan pukul delapan malam, dengan langkah ringan, Qaireen dan Fezha memasuki salah satu restoran terkenal di Surabaya. Kedua perempuan berbeda usia itu tampak sedang mencari seseorang.

"Maaf, udah bikin kalian nunggu."


°°°

Pagi hari di kota Surabaya memang tak luput dari kemacetan. Seperti saat ini, Qaireen Azle Kim, gadis keturunan Korea-Sunda itu sibuk menekan klakson mobilnya sebab sebuah bus di depannya berhenti secara tiba-tiba.

Jam sudah menandakan bahwa lima menit lagi bel sekolah akan berbunyi dan Qaireen masih terjebak dalam kemacetan yang tiada ujungnya.

Tak dapat memaksakan kesabarannya, gadis itu lalu turun dari mobil mahal milik ayahnya lalu menghentikan sepeda motor yang dilihatnya.

"Anterin saya ke sekolah ya, mas!"

Qaireen kemudian masuk gerbang setelah memberikan upah kepada pria tadi. Untung saja gadis itu tepat waktu, namun bagaimana kabar mobil ayahnya saat ini?

Baiklah, setelah ini Qaireen akan meminta maaf kepada tuan Kim Zee Ji atas keegoisan dirinya, dan masalah selesai!

"Jam pertama, Fisika," gumam Qaireen  merogoh totebag putihnya.

Menyadari bahwa buku yang dicarinya tak ada didalam tas, wajah gadis itu memucat.

Nilai fisikanya sudah diujung tanduk dan bukunya menghilang!? Bisa saja ia jadi tak naik kelas karna guru killer itu!

Tak ingin pasrah, gadis itu lalu berlari menuju ruang Sains, mungkin saja bukunya berada di dalam sana.

Disisi lain, seorang pria dengan jaket putih mendengar sesuatu dari dalam sebuah ruangan yang akan ia tuju pun mempercepat langkahnya.

"Kesian banget lo, kodok. Walaupun lo jelek, gue ngga bisa biarin lo dibedah!" ujar seseorang dari dalam sana.

Menyadari orang itu akan melepaskan katak-katak yang susah payah dicarinya, pria itu lalu membuka ruangan tersebut.

Terpampanglah pemandangan yang tak diharapkannya, yakni seorang gadis mengangkat aquarium berisi katak tersebut membeku saat dirinya membuka pintu.

"Lo ngapain?"

Qaireen mengulum bibirnya, "ini mau dibedah, kan? Lo ngga kasian? Siapa tau kodok-kodok ini lagi nyari nafkah buat cebong-cebong di parit!"

"Kalo gitu tunggu apa lagi? Bawa aja," ujarnya menatap mata bulat itu, "ga jadi gue bedah."

Qaireen melotot kaget, jadi bukan kelasnya yang akan membedah katak-katak ini? Tahu begitu, Qaireen tak perlu repot untuk menyingkirkan mereka!

"By the way, gue Nicala!"

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang