Hari yang sedikit sulit (1)

44 3 0
                                    

Ketika rasa malas menggerogoti. Jiwa rajin itu seketika sirna. Semua berselimut rasa malas. Tak mau beranjak dari tidurnya. Padahal ini sudah waktunya berpisah dari ranjang nyaman itu. Jam weker berdering, suara ayam berkokok terdengar, suara Ibu memanggil anaknya, dan tercium aroma sedap sarapan.

Kenanga tersadar bahwa dia tidak boleh dipengaruhi rasa malas. Anak itu pun bangun dari tidurnya, mengemaskan ranjangnya, dan meminum segelas air. Lalu ia berkemas, dan sarapan, ia siap untuk hari pertama sekolah di SMA Kilau Cahaya . Hari yang lumayan menakutkan, sebab dihari pertama ia sudah tertimpa musibah, yaitu telat di hari pertama sekolah.

Kenanga berlari menuju mobil.

Setibanya di sekolah, banyak anak sudah siap untuk upacara pertama mereka, Kenanga panik, ia berlari tak berhenti. Ia mencari kelas dimana Ia akan belajar dan bertemu teman-teman barunya.

"Akhirnya aku menemukannya", ucapnya sembari meletakkan tas.

Saat ia ingin keluar dari kelas, ia bertabrakan dengan seorang wanita yang membawa segelas kopi panas. Kopi itu mengotori seragamnya. Seragam nya yang semula putih kini berubah menjadi kecoklatan.

Orang itu ternyata adalah wali kelas Kenanga, "Maaf nak, Ibu tidak sengaja", ia pun segera membantu Kenanga membersihkannya.

"Tidak apa-apa Bu, tapi sekarang saya sedang terburu-buru", balas Kenanga.

"Iya Kenanga, hati-hati di jalan ya", balas Bu Guru.

"Terimakasih Bu", jawab Kenanga.

Kenanga berlari menuju lapangan. Setibanya di lapangan, ia langsung berdiri di barisan belakang.
Kenanga terlihat sedikit pucat.

Salah satu anak di barisannya bertanya padanya, "Hei ada apa denganmu?, Kau benar-benar terlihat pucat".

"Tadi aku berlari agar tidak telat memasuki lapangan", timpal Kenanga.

Mereka pun saling berkenalan. "Oh ya namaku Karina, siapa namamu?", tanya anak itu. "Aku Kenanga, salam kenal", balas Kenanga dengan senyumnya.

Upacara selesai, semua memasuki kelas. Saat Kenanga menaiki anak tangga bersama Karina, ia mendengar seperti ada yang memanggilnya namun suara itu tidak begitu jelas. Kenanga tak menghiraukan suara aneh itu. Ia merasa itu mungkin hanya halusinasi.

Kenanga memasuki kelas yang sangat ramai dipenuhi berisiknya anak yang sibuk berkenalan. Karina meminta Kenanga untuk memindahkan tasnya. Karina meminta Kenanga untuk menjadi teman sebangkunya, dengan senang hati permohonan ini diterima Kenanga. Hari ini tampak begitu sulit namun penuh makna yang mendalam. Kenanga sadar rasa malas harus dihindari.

Cerita KenangaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang