BAB 5 - Savira Andini.

670 42 1
                                    

Malam mulai sepi, suara motor lalu lalang mulai berkurang. Jarum jam dinding di kamar Lara menunjuk ke arah sepuluh, artinya, sudah hampir tiga jam Lara duduk di depan layar. Ada beberapa berkas yang perlu ia siapkan untuk rapat besok pagi, bukan karena tidak cinta tubuh sendiri, tapi memang karena tuntutan demi gajian setiap akhir bulan.

Beberapa kali, notifikasi ponselnya berbunyi. Dari grup kantor, yang hanya berisi tiga seketaris direksi. Mereka menamai grup dengan 'trio kece', alasannya ... karena mereka bertiga merasa 'kece badai'. Lara cukup terhibur, setidaknya, bukan hanya dia yang lembur.

Kak Dewi :
Ada gosip, yang digosok semakin siip.

Kak Siska :
Waah, mantap nih. Informasi terpercaya, diukir dengan kredibilitas tinggi.

Kak Dewi :
Jelas, dooong.

Kak Siska :
Apaan tuh?

Meskipun ketiganya lembur untuk hal berbeda. Kedua seniornya justru terlihat asik menggosip. Ketika bosan atau jenuh, Lara ikut membaca pesan mereka. Dia juga sedang berkirim pesan dengan Koko, laki-laki itu sama dengan dirinya, sedang lembur. Bedanya, Koko lembur di kantor, sedang Lara membawa pekerjaannya ke kos.

Lara kembali membuka grup pesan 'trio kece', karena notifikasinya mulai ramai, lebih dari sepuluh pesan. Mungkin saja ada pembahasan yang memang menggugah selera.

Kak Dewi :
Calon istri baby bear besok mau dateeeng.

Kak Siska :
Serius lo? Waaah baby bear gue akhirnya dapat pawaang.

Kak Dewi :
Gosip gue nggak pernah diragukan beeb.

Kak Siska :
Semoga moodswing-nya berkuraaang deh.

Lara terpaku, membaca baitan pesan yang membuat hati dan matanya terasa panas. Sempat berhenti, tak lagi berniat tahu, tapi pada akhirnya dia tetap membawa matanya ke pesan yang paling akhir di grup itu.

Calon istri? Bukankah seharusnya terdengar baik?

Otak di kepalanya tak lagi bisa diajak bekerja sama. Lara meletakan ponselnya dengan asal ke meja, lalu membuang nafas berkali-kali. Kenapa harus? Dia bersedih?

Bunyi notifikasi grup di ponsel kembali membuat Lara tertarik, ia menguatkan tekad sebelum akhirnya kembali memberanikan diri membuka. Ada banyak pesan, semuanya berisi cerita yang hampir sama, kebahagiaan kedua seniornya yang mendengar atasan mereka hendak menikah. Kebahagiaan yang tidak menular, karena Lara justru merasakan sebaliknya. Dari puluhan pesan itu, hanya satu yang menarik perhatian Lara.

Kak Dewi :
Namanya Savira Andini, fotonya ada kok di ig baby bear, cek ajaaa. Cantiknya udah melebihi pevita pearce.

Lihat? Tidak? Lihat? Tidak? Lihat.

Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang tidak tahu diri. Lara membawa jarinya bergerak mencari aplikasi berlogo kamera di ponselnya, menuliskan nama Aksa di kolom pencarian, membuka satu persatu foto laki-laki itu yang dibagikan. Tidak membutuhkan waktu lama untuk Lara menemukan sosok wanita itu, karena koleksi foto yang dimiliki Aksa tidak sebanyak manusia pada umumnya.

Dan benar, wanita itu cantik. Aksa membagikan potret keduanya yang masih berseragam abu-abu. Aksa duduk di samping wanita itu yang sedang memeluknya. Sebuah caption romantis Aksa bubuhkan di sana, the one and only. Caption yang benar-benar mempresentasikan keberadaan wanita itu di hati Aksa.

Sekeping Cinta LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang