11

58 10 1
                                    

Masih pada hari yang sama, sore ini Hanara hanya berdiam diri di dalam kamar nya yang di temani dengan beberapa kertas kasus yang Sampai sekarang belum di pecahkan.

"Iisshh!"

"Ini kapan selesai nya sih anying kalo kek gini terus?" Ucapnya dengan frustasi, dan menjatuhkan tubuh nya di atas kasur yang empuk.

mengingat masalah yang ia punya saat di perusahaan, apa harus ia memberhentikan pekerjaan nya sebagai detektif ini?.

Hanara masih mempertimbangkannya, apakah ia akan melepaskan pekerjaan di dunia perdetektifan atau melepas pekerjaan nya disini?. Pikiran nya begitu kacau saat ini. Belum lagi dengan Sasaeng yang mengikuti Dino saat bepergian. Mengingat Dino, Hanara mulai turun dari tempat tidur nya dan berjalan ke arah Utara, dan berhenti di salah satu kamar yang tak dikunci.

Tok tok tok!

"Masuk aja" suruh orang di dalam. Karna sudah mendapatkan izin dari yang punya kamar, Hanara pun masuk ke kamar tersebut.

"Eh Ming, kok lu ngelamun gitu? Kenapa?" Tanya Hanara pada Mingyu yang berada di dekat balkon kamar.

"Gak papa mba" Jawab Mingyu yang enggan menatap lawan bicara nya. Karna merasa bersalah atas yang terjadi tadi siang, Hanara mulai mendekat ke arah Mingyu, dan terkejut saat sudah berada di samping nya.
Bagaimana tidak, wajah Mingyu saat ini sangat tidak baik baik saja. Mata yang bengkak serta merah, wajah yang basah karna air mata (?).

"Eh eh? Kok gini? Lu kenapa?" Tanya Hanara panik.

"Gak papa mba" jawab Mingyu lagi. Hanara yang mendengar itu hanya bisa diam. Ia masih setia Duduk di samping Mingyu.

"Mba" panggil Mingyu tiba tiba.

"Kenapa?" Jawab Hanara.

"Gue mau tanya, lu lebih sayang ke pekerjaan lu di detektif apa disini?" Tanya Mingyu tiba tiba. Hanara yang mendengar itu sontak kaget. Apa yang akan ia jawab?

"Mba?" Panggil Mingyu lagi untuk menyadarkan Hanara dari lamunan nya.

"O-oh. Hmm. Gimana yah jawab nya" ucap Hanara gugup.

"Gak papa jawab aja"

"Hufft"

"Kalo boleh jujur, gue lebih sayang ke pekerjaan detektif gue. Ta—"

"Oke" jawab Mingyu memotong ucapan Hanara dan kembali menatap langit. Ia merasa kecewa dengan jawaban nya. Jawaban nya tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan.

"Tapi, gue juga sayang sama pekerjaan ini. Kalau di tanya alasan kenapa, kalian itu udah kayak adek adek gue. Walaupun gue masih baru baru disini, tapi gue udah nyaman sama kalian. Kalian itu udah gue anggap kayak keluarga gue. Mungkin kalau gue masih jadi detektif penuh sampai saat ini, mungkin gue hidup dengan kesendirian" henti Hanara untuk mengambil nafas sejenak.

"Tapi jadi seorang detektif juga udah jadi cita cita gue dari kecil. Bukan cuma keinginan gue. Jadi detektif juga keinginan dari ayah. Jadi dengan jadi detektif gue senang dan juga ayah pasti senang di atas sana. Tapi kalau di suruh pilih, gue gak bisa. Pilihan itu sulit banget. Gue gak bisa mutusin secara cepat. Gue harus mikirin matang matang supaya gue gak menyesal di kemudian hari" Mingyu yang awal nya menatap ke langit sekarang malah beranjak menatap wanita dengan rambut hitam panjang dan terurai serta dengan kacamata yang masih setia di wajah nya.

"Tapi gue bakal pilih pilihan itu, yang pasti nya gak bikin gue nyesel" sambung Hanara kemudian melihat kearah Mingyu dengan senyuman.

"Jadi udah ya, jangan Nangis gini dong. Gak lu banget. Apapun keputusan gue, semoga lu terima ya. Dan juga semisal nya gue milih detektif, kalian gak boleh judes atau mudah marah sama maneger baru nya yah. Jangan sama in kepribadian orang. Dia pasti juga punya cara dia sendiri supaya bisa dekat sama kalian" ucap Hanara dengan membersihkan air mata Mingyu dengan tisu dan merapikan rambut Mingyu yang sedikit berantakan.

"Nah gini dong! Kan tampan. Carat kalo liat Lu begini pasti klepek klepek mah kalo kata gue" ucap Hanara dengan senyum kemudian mengelus rambut Mingyu yang membuat sang pemuda ikut senyum dan mengangguk.

"Udah yah jangan nangis. Kalo lu nangis nanti gue juga nangis" ucap Hanara masih dengan senyuman.

Mingyu masih diam di posisi yang sama. Menatap mata Hanara dan mendengarkan semua celotehan dari perempuan di depan nya ini.

"Mba gue harap lu masih sama kita" ucap Mingyu kemudian. Hanara yang mendengar itu hanya bisa tersenyum kembali.

"Bakal gue pilih dengan tepat. Ya udah tidur gih. Jangan begadang gak baik buat kesehatan" suruh Hanara yang di angguki Mingyu.

"Ya udah kalau gitu gue ke kamar gue dulu ya" ucap Hanara yang menyelimuti tubuh Mingyu dan tak lupa juga mengelus rambut Mingyu kembali.

Setelah selesai melakukan kegiatan nya itu, Hanara pun pergi keluar niat untuk kembali ke kamar nya. Tetapi saat berjalan ke arah kamar milik nya, ia melihat seorang yang tengah termenung di balkon rumah ini, dengan menatap langit yang cantik.

"Mba maafin Dino mba. Seharusnya Dino bilang sama mba kalo Dino di ikutin orang. Kalau mba tau, mba gak bakal kena sama perusahaan" ucap nya. Dino.

Hanara yang mendengar tuturan itu, mulai berjalan mendekat ke arah nya.

"Gak papa. Mba seharusnya juga harus peka dengan keadaan. Jadi disini mba juga ada salah" jawab Hanara yang tiba tiba duduk di samping Dino. Dino yang mendengar itu seketika kaget saat mendengar dan juga ia duduk di samping nya.

"Mba?"

"Iya?"

"Gak papa hehe" tawa Dino hambar.

Setelah perkataan yang di ucapan Dino, mereka berdua Sekarang hanya terdiam. Sampai Hanara membuka suara.

"Dino tau spesifik orang yang ngikutin Dino gak?" Dino kaget.

"M-maksud mba?" Tanya Dino tak paham.

"Dino tau gimana orang yang ngikutin Dino itu? Atau ciri ciri nya?" Tanya Hanara kembali.

"Kurang tau mba" jawab Dino. Hanara yang mendengar jawaban itu hanya bisa mengangguk.

"Ya udah kalau gitu jangan disini ihh! Dingin. Ayo ke kamar, gue anterin" ajak Hanara yang kembali ke kamar Mingyu. Ya Dino dan Mingyu satu kamar.

Setelah selesai mengantarkan Dino ke kamar nya, Hanara kembali balik ke kamar nya. Tetapi lagi dan lagi langkah nya terhenti karena satu ruangan yang pintu nya terbuka yang menarik perhatian Hanara. Ia mulai mendekat ke arah sana.

"Halo?" Ucap nya. Tapi tak ada jawaban.

"Halo?" Ucapnya lagi. Sama. Tak ada jawaban.

Karena tak ada jawaban, Hanara pun niat untuk menutup pintu ruangan tersebut tetapi kegiatan nya berhenti karena salah satu benda yang ada di ruangan sana bergerak sendiri. Dengan niat sekecil biji anggur, Hanara pun berjalan ke arah sana untuk memastikan.

"Huftt! Akhirnya ketemu" ucap orang itu yang membuat Hanara terkejut.

"Eh lu?"

"Ngapain?"

"Eh? Gak papa. Tadi gue cuma jalan eh ngeliat ruangan lu pintu nya ke buka. Ya udah gue masuk" jawab Hanara.

"Kalo gitu gue balik dulu yah?"

"Iya" jawab orang itu singkat.









Hayyyy
Hehehe maapkeun malming kemarin gak
Up. Soalnya saya ujian uhuuu.
Sekarang ujian nya udah siap.
Jadi siap untuk menemani malming
Temen temen semua nya..

Jangan lupa vote and komen nya

See you di chapter selanjutnya 👋🏻

Detektif Berkedok Manager Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang