8

9 1 0
                                    

.
.
.
"Aku hanya belajar membuang hal yang tidak perlu dan tidak berguna"
...

Aku meninggalkan semuanya sejenak.
Walaupun ini akan terasa menyakit kan tapi kumohon bertahanlah.
Seperti halnya mimpi yang usai ketika
Kita terbangun dari tidur malam.
Aku takut aku akan melupakanmu.
Jikalau tidak sengaja mengingatmu apa yang harus aku lakukan? aku gelisah bahkan aku tidak bisa tidur dengan nyenyak karena memikirkanmu.

Hatiku dan bibirku sama sekali tidak bisa mengucapkannya.
Hatiku masih menginginkanmu.
Hanya satu yang aku bisa lakukan yaitu mencintaimu dari kejauhan.
Aku berharap kita bersama lagi.
Mungkin ini takdir yang di tentukan sejak dulu.

Saat itu hanya dirimulah yang aku kenal. Aku takut bahkan ketika aku memelukmu. Aku tidak bisa menahanya walau ini terlihat serahkah.

Jika pada akirnya pintu yang tertutup itu terbuka. Akan kah aku bisa bertemu denganmu lagi?
Aku ingin mengulangnya lagi walau sesaat. Seperti sebuah takdir, buatlah aku mekar layaknya bunga.
Walaupun aku memipikanmu setiap malam.

Hanya itu yang aku inginkan.
Aku merindukanmu.
Tolong, tetaplah di sisiku.

...

Matahari sudah mulai terbit, aku perlahan  membuka mataku dan
Manatap langit-langit kamar yang di hiasi origami burung dan bintang yang aku hias dulu bersama ibuku.

Burung burung mulai Berkicauan aku bangun dan berjalan kearah jendala kamar dan membuka nya. Menghirup udara segar sepuasnya pemandangan yang indah, langit menyuguhkan matahari yang baru terbit sangatlah indah.

Malam tadi cukup membuatku bahagia walau aku bertemu denganya di alam mimpi itu tidak membuatku menyesal sama sekali.

"Bu anakmu sudah sebesar ini apa ibu tidak rindu denganku? Aku sendirian di sini mas karang pergi entah kemana. Apa mas karang tidak rindu aku bu?"

Menghela nafas pelan lalu duduk di kursi dekat jendela.

"Mas karang kemana? Mas udah makan belum ya? Apa mas karang ga kangen kayana? Mas karang tega banget ninggalin kayana sendirian di sini. Kayana masih butuh mas karang"

Menatap foto kecil milik ku.
Foto masa kecilku bersama mas karang.

"Mas aku rindu ibu, rindu Sagara juga"

Rindu seseorang yang sudah tiada itu wajar. Aku kembali menutup mataku aku lelah menangis aku tertidur sembari memeluk bingakai foto seseorang yang sangat aku rindukan.

Sejak kejadian itu aku hanya berdiam diri di rumah tanpa minat sedikit pun untuk keluar dari rumah.

Sampai akirnya aku memberanikan diri untuk keluar rumah.
Hanya memakai hodie hitam dan celana jeans panjang mengitari semua permukiman dengan penuh senyuman seolah tidak punya masalah atau beban apapun.

Perjalananku berhenti sejenak melihat minimart yang dulu aku kerjai kini mulai banyak pengunjung biasanya kalo banyak customer aku yang di bagian menyapa bersama juan berebut tempat kasir dan berebut mengantar makanan ke meja makan tempat lelaki tampan datang.

Aku memang pecinta lelaki tampan.
Perjalananku kini ku lanjutkan lagi menelusuri taman ku lihat pria ber jas rapih sedang duduk di kursi taman menyesap rokok dan meminum kopi lattenya.

"Han? " Pangil ku lirih.

"Eh nyet maksud gua na"
Dengan cepat arhan mematikan putung rokok nya karena dia tau temannya ini punya penyakit asma.

"Lo kemana aja kok baru keliatan gua chat juga gak di bales"
Tanya nya sembari menyuruhku duduk di sebelah nya.

"Di rumah aja, ga ada paketan jadi ga tau ada chat masuk lo masih nyebat roko?"
Tanyaku menatap putung rokok yang mati.

OLD lOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang