"Hope is the light that shines through the cracks of despair, reminding us that there is always a way. And, Hope is the anchor that keeps us steady in the stormy seas of life."
Sparta, 10 Februari 2216 MC.
DRONE paralayang milik Ares yang mengudara di atas kuil Sanctuary of Artemis Orthia mendapatkan peringatan penerobosan masuk oleh beberapa orang asing. Penanda itu langsung terkirim ke jam tangan Nyxus miliknya. Padahal sebelum Ares mengeksplor kuil indah yang terbengkalai di depannya, ia sudah mengatur pesawat nirawak untuk merusak frekuensi gelombang mikro untuk memastikan siapa pun yang melintas akan tersesat dan tak bisa menemukan kuil tersebut. Namun, siapa sangka ada pembobol? Bagaimana bisa? Setidaknya mereka harus memiliki teknologi yang lebih canggih dari Sparta untuk melakukannya, bukan? Atau, mereka sama seperti Ares yang bahkan memiliki kekuatan di atasnya.
"Lagi-lagi pengganggu," gerutu Ares sambil berjalan di dalam lorong kuil yang tak berujung, mirip seperti labirin. "Jangan katakan kalau mereka menginginkan hal yang sama. Argh, benar-benar bikin emosiku naik saja!"
Ares kembali melanjutkan langkah menyusuri lorong gelap itu. Suasana semakin mencekam ketika ia semakin dalam memasuki wilayah kuil. Penerangan terbatas dari senter memaksa Ares harus bergerak dengan hati-hati. Mengingat kejadian lampau di kuil Athena, ia tak ingin kehilangan nyawanya. Dentuman keras tiba-tiba terdengar dan menggetarkan pijakan Ares. Kuil itu mendadak memancarkan cahaya, mencoba mengusir Ares secara paksa dengan sebuah bola pejal padat yang menggelinding, dan bergerak seolah-olah membentuk pelindung dari serangan luar.
Ares memeriksa jam digital canggihnya dan memperlihatkan sekelompok berjubah hitam itu tengah berkomat-kamit. Di tengah pelariannya dari kejaran bola raksasa, ia melihat beberapa lingkaran sihir tercipta di antara mereka dan kuil. Serbuan serangan elemental memelesat ke arah kuil. Namun, tak ada satu pun yang berhasil menembus penghalang tak kasat mata itu. Anehnya, dampak serangan mereka terkena pada Ares yang sedang berlari. Ia langsung terpental melayang keluar. Ia merasakan sebuah energi berbenturan saat melewatinya sebelum terjerembap tepat di depan ketua komplotan itu. Ares melompat cepat ke belakang, berusaha membentuk jarak lebih jauh dari kelompok yang ia anggap sebagai 'sekte sesat' itu.
Tanpa berbasa-basi, Ares langsung melancarkan serangan bertubi-tubi dengan Xiphos-nya. Meski kecepatan dan kegesitan Ares meningkat, tetapi tak satu pun dagger tajam itu berhasil mengenai targetnya. Bahkan sehelai benang dari pakaian mereka pun tak tersentuh. Ares menukik tajam dan mengecoh ketika melihat ada celah buta yang tak mereka sadari. Dalam sekali tusukan, Ares memenggal kepala salah satu dari mereka.
Tak ada setetes darah keluar, selain gumpalan asap kehitaman. Anomali terjadi, saat tubuh tanpa kepala yang berdiri tegak itu bergerak. Kepalanya melayang dan seketika kembali menyatu. Mata Ares membelalak ketika mengetahui musuhnya adalah kumpulan mayat hidup bermata merah menyala.
"Kau harus ma ... ti," lirih mayat hidup di depannya itu. "Hi-dup Dewi Circe!"
Gumpalan awan hitam tercipta secara ajaib di atas arena pertempuran. Rintik hujan perlahan semakin deras, mengguyur, dan mengaburkan pandangan Ares. Petir menyambar tak terkendali. Aliran listrik bertegangan tinggi itu mengejarnya, seakan berkeinginan untuk menghabisi Ares. Netranya menelisik jauh, mencari keberadaan komplotan sekte sesat yang menghilang dalam kegelapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Ares: My Sweet Boo Agent
AcciónSebuah gelombang misterius yang datang entah dari mana berhasil menyita atensi Ares Delwyn Novallion yang kala itu tengah mengobrak abrik setumpuk berkas proyek militer Pemerintah Greecia. Pasalnya di tengah kesibukan mencari benang merah kasus menc...